Tokoh Muda Lokal Bawa Perubahan di Desa-desa
Percepatan pembangunan bagi seluruh desa di Tanah Air, di antaranya disokong Rp 400 triliun dana desa yang digelontorkan ke 74.957 desa dalam lima tahun ke depan.

Sebanyak 5.360 mahasiswa mengikuti acara penerjunan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (28/6/2019).
JAKARTA, KOMPAS - Percepatan pembangunan bagi seluruh desa di Tanah Air, di antaranya disokong Rp 400 triliun dana desa yang digelontorkan ke 74.957 desa dalam lima tahun ke depan. Para tokoh muda lokal pun perlu dilibatkan demi mempercepat pembangunan.
Berdasarkan penelusuran lapangan Harian Kompas bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, yang melibatkan 5.372 mahasiswa UGM hingga desa-desa di pelosok negeri, para tokoh muda lokal telah berkiprah dan memberi solusi. Didukung aparat desa dan komunitas, peran pemuda terbukti sangat besar.
Di Gunung Kidul, Yogyakarta, para pemuda menggerakkan desa-desa wisata hingga menjadi tenar saat ini. Di Bintuni, Papua Barat, sejumlah pemuda menggerakkan komunitas bertanam sayur secara inovatif, sedangkan di Banggai Kepulauan, para pemuda memetakan dan mengenali potensi wisata lautnya. Di Jayapura dan Sidoarjo, anak-anak muda aktif dalam gerakan literasi anak.

Wisatawan menunggu giliran memasuki Gua Pindul di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Jumat (6/5/2016). Desa wisata tumbuh subur di sana dengan penggerak para pemuda.
"Orang pikir, semua desa ditinggal anak-anak muda. Tidak. Mereka justru yang bisa memajukan desanya,” kata Kepala Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPkM-UGM) Irfan D Prijambada, Senin (19/8/2019). Sejak tahun 1960-an, mahasiswa terjun di tengah masyarakat dengan maksud menyelami masalah masyarakat secara langsung.
Kondisi terus berkembang dan KKN pun berubah seiring perkembangan jaman dan merespons masalah di lapangan. Mahasiswa dituntut bersama warga desa menjadi agen perubahan bersama-sama.
Tahun 2019 ini, sebanyak 5.372 mahasiswa UGM menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN), tersebar dalam 186 unit di 107 kabupaten/kota pada 32 provinsi. Programnya, tidak jauh dari pemberdayaan masyarakat.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kedua dari kanan) dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono (ketiga dari kanan) ikut menari bersama para mahasiswa dalam acara pelepasan peserta Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM, Jumat (28/6/2019), di Lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam acara itu, UGM melepas 5.372 mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan KKN-PPM di 107 kabupaten/kota di 32 provinsi.
Liputan lapangan Kompas dan data KKN UGM Juli-Agustus 2019 menemukan beragam potensi di daerah, mulai inisiatif tokoh lokal, produk lokal, sinergi, hingga modal sosial daerah. Temuan itu diolah dari 159 unit lokasi KKN dengan analisis Quality Score Card Deployment (QSD) oleh tim peneliti UGM dan tim Litbang Kompas, bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Hasilnya menunjukkan, kemampuan organisatorial menghimpun warga (gotong-royong) membawa perubahan di desa. Itu karakter paling menonjol di daerah. Perubahan kian cepat saat ada tokoh wirausaha berbasis produk lokal yang produktif dan padat karya.
Temuan lain, penyediaan infrastruktur fisik ternyata bukanlah prioritas utama seluruh desa untuk berubah. Akses pada teknologi informasi justru mengambil peran penting pada geliat perubahan di desa. Teknologi digital memutus jarak dan kesenjangan. Konsultasi dengan ahli dapat dilakukan tanpa tatap muka. Produk juga dapat dipasarkan dengan aplikasi daring atau media sosial.

Petani di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mengecek kondisi lahan dengan aplikasi di ponsel yang terhubung dengan alat pemantau sensor tanah dan cuaca bernama RiTX, Minggu (18/08/2019). Kabupaten Situbondo menjadi wilayah pilot project penerapan smartfarming oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Di balik perubahan di desa-desa, peran generasi muda sangat menentukan seiring tuntutan jaman yang cepat berubah.
Teknologi jelas-jelas menjanjikan pembaruan, di antaranya pertanian presisi (smart farming) yang diterapkan di Situbondo dan Batu di Jawa Timur, serta Sukabumi di Jawa Barat. "Seluruh informasi pertanian, seperti pemupukan, penyiraman, cuaca, dan analisis lain diinformasikan lewat telepon seluler berbasis Android," kata Bayu Dwi Apri Nugroho, dosen UGM yang juga pengembang teknologi smart farming.
Dialog perubahan
Di daerah tujuan KKN, dialog terjadi antara mahasiswa peserta KKN dengan pemuda desa dengan latar belakang berbeda. Di Gunung Kidul, dialog itu memaksimalkan desa wisata seperti Goa Pindul dan Gunung Api Purba Nglanggeran.
“Akibat diskusi, anak-anak muda jadi ingin mengembangkan wilayahnya. Pengembangan wisata dibuat berbasis masyarakat. Itu bisa dibilang penggeraknya pemuda semua,” kata Kepala Bappeda Kabupaten Gunung Kidul, Sri Suhartanta.

Beberapa tahun terakhir, wisata alam di Gunung Kidul melejit. Pantai-pantai baru bermunculan dikelola warga. Di musim libur sekolah, jalanan di pelosok dilintasi sepeda motor dan mobil rombongan.
Gerakan pemuda juga mendorong pemerintahan transparan, seperti di Desa Tanjung Harap, Kecamatan Serba Jadi, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Usulan pengadaan sistem informasi desa (SID) pun sempat ditolak.

Hujenah (kiri) dan Murniati mengemas keripik hasil kerajinan kelompoknya di Desa Tanjung Harap, Kecamatan Serba Jadi, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Kamis (22/8/2019). Promosi dan pemasaran melalui situs web dan media sosial desa membuat keripik pisang gosong produksi mereka laris manis. Bahkan, mereka tak sanggup memenuhi semua pemintaan pasar.
“Kami jelaskan ke kepala desa, kepercayaan dan partisipasi warga desa justru membesar dengan keterbukaan informasi,” kata Taufik Syah Nasution (32), inisiator perubahan desa.
Taufik yang kini diangkat jadi sekretaris desa terus mengembangkan SID. Dengan SID, aparat desa dapat bekerja dimanapun, termasuk membuat 36 jenis surat melalui sistem pengarsipan otomatis.
Sistem itu juga mendongkrak pesanan produk rumahan warga, yakni keripik pisang gosong. Melalui situs web desa, pesanan melonjak dengan omzet Rp 1,8 juta per minggu. Tawaran kontrak dari minimarket terpaksa ditolak. "Kami tak bisa memenuhinya," kata Hujenah (48), anggota kelompok keripik pisang singkong.
Aset besar
Berdasar analisis QSD, keberadaan tokoh muda lokal adalah aset besar yang sangat potensial. Namun, tanpa kebersamaan atau gotong-royong di desa, ketokohan mereka tidak akan optimal.

Konseptor Program Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur, Rika Fatimah, sedang menjelaskan program G2R Tetrapreneur di hadapan peserta, Kamis (6/9/2018), di kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. G2R Tetrapreneur merupakan program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mengembangkan gerakan wirausaha berkelanjutan di desa.
"Sebagai aset yang punya kekuatan, gerakan pemuda itu harus dioptimalkan sedini mungkin," kata Konseptor dan Ketua Peneliti Tim DPkM UGM Rika Fatimah. Ia juga konseptor Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur DIY.
Ditambah kesadaran publik yang berpihak pada produk hasil padat karya warga desa, keterbatasan pendanaan diharapkan tidak mengorbankan konsistensi mutu. Perubahan di desa-desa pun dapat berkesinambungan. Itu juga yang dirancang di lima desa di Bantul, Gunungkidul, Sleman, dan Kulon Progo.
Seiring tumbuhnya kesadaran pemda pada pengembangan desa, permintaan daerah agar dijadikan lokasi KKN UGM meningkat. Bila sebelumnya hanya 350 unit tahun 2018, tahun ini naik menjadi 600 unit lokasi.

Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan (ketiga dari kiri), dan Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kerja Sama dan Alumni, Paripurna (ketiga dari kanan), menunjukkan nota kesepahaman kerja sama antara Pemerintah Kubu Raya dan UGM, Sabtu (27/7/2019), di Kantor Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Salah satu bentuk kerja sama itu adalah pengiriman mahasiswa UGM untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Kubu Raya.
Perjumpaan antara mahasiswa dengan warga desa akan memunculkan transfer pengetahuan yang membangun. Ada tukar menukar informasi yang bersifat saling menguntungkan, termasuk memotivasi satu sama lain dan memberi solusi.
Di Kubu Raya, Kalimantan Barat, misalnya, mahasiswa KKN UGM merespons persoalan ketersediaan air bersih dengan membuat instalasi sederhan penjernih air. Akses air bersih sangat menentukan kualitas hidup warga desa, termasuk kesehatan mereka.
Kepala Bappeda Kabupaten Lombok Utara Heryanto menambahkan, transfer pengetahuan dari mahasiswa kepada warga desa sangat menguntungkan mengingat kualitas sumber daya manusia di pedesaan masih kurang. Berkembangnya kualitas sumber daya itu yang nantinya membantu desa membuat dirinya menjadi mandiri. (NSA/HRS/FRN/FLO/BRO)

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, memeriksa instalasi penjernih air yang terpasang di Kantor Puskesmas Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Sabtu (27/7/2019). Peralatan untuk menjernihkan air itu dibuat oleh para mahasiswa UGM yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Kecamatan Rasau Jaya, Kubu Raya.