Setelah komunitas suku Arfak, pemilik hak ulayat di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat, menyatakan komitmen menjaga kedamaian, kini giliran pemuda dari kawasan Pegunungan Tengah berjanji ikut mengawal kota tersebut.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
MANOKWARI, KOMPAS — Setelah komunitas suku Arfak, pemilik hak ulayat di Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat, menyatakan komitmen menjaga kedamaian, kini giliran pemuda dari kawasan Pegunungan Tengah berjanji ikut mengawal kota tersebut. Bagi mereka, Manokwari merupakan rumah bersama bagi semua etnis yang mesti dijaga kedamaiannya.
Komitmen tersebut disampaikan tokoh pemuda Pegunungan Tengah, Aloysius Siep, dalam konferensi pers di Manokwari, Senin (2/9/2019). Hadir dalam kesempatan itu Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey dan Kepala Polres Manokwari Ajun Komisaris Besar Adam Erwindi.
Menurut Aloysius, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan telah meminta dirinya untuk ikut menjaga keamanan di Manokwari. Diakuinya, ada pemuda dari Pegunungan Tengah yang terlibat dalam unjuk rasa pada 19 Agustus lalu. Aksi massa berujung rusuh itu awalnya mengutuk ujaran kebencian bernada rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur.
Aloysius mengaku telah melakukan pendekatan dengan para pemuda dari Pegunungan Tengah agar ikut menjaga kedamaian di Manokwari. ”Kami bersyukur sudah diterima (masyarakat suku Arfak) untuk tinggal di sini. Kami akan ikut menjaga daerah ini,” katanya.
Saat ditanya tentang adanya agenda terselubung dalam aksi mengecam rasisme, yakni seruan menuntut kemerdekaan, Aloysius tidak membantah. Namun, menurut dia, isu rasisme dan ideologi tidak bisa dicampur aduk. Kedua hal itu terpisah dan berbeda.
Berdasarkan pantauan Kompas, isu unjuk rasa susulan pada Senin ini sangat meresahkan warga. Perekonomian di kota itu lesu. Banyak pedagang pasar tradisional dan pertokoan tidak membuka tempat usaha mereka. Di Pasar Wosi, puluhan lapak yang menjual pakaian dan bahan kebutuhan pokok ditutup rapat. Pemilik toko memasang banyak gembok di pintu.
Meski demikian, Kepala Polres Manokwari Ajun Komisaris Besar Adam Erwindi menjamin kondisi kota Manokwari aman. Ia mengimbau masyarakat beraktivitas seperti biasa. Rencana unjuk rasa batal dilaksanakan pada Senin, tetapi beredar selebaran akan ada unjuk rasa damai pada Selasa besok.
Kejar dalang
Sementara itu, Kepolisian Daerah Papua Barat telah menetapkan 20 tersangka yang diduga melakukan tindak pidana dalam kerusuhan pada 19 Agustus. Pengakuan para tersangka mempermudah polisi mengusut auktor intelektualis di balik kerusuhan tersebut.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey mengatakan, para tersangka kini sudah ditahan polisi. Mereka berinisial FN, BW, AS, MA, DA, YS, MS, RD, IW, YW, DR, AW, FM, IM, M, KS, MSM, PT, RK, dan YEA.
Para tersangka yang terlibat kerusuhan di Manokwari sebanyak 10 orang, di Sorong 7 orang, dan di Fakfak 3 orang. Tindak pidana yang dilakukan di antaranya perusakan dan pembakaran gedung, penjarahan, serta pembakaran bendera Merah Putih.
Polisi sudah menemukan alur untuk mengungkap dalang. ”Penyidik kami sudah memetakan kasus ini sehingga semakin terang. Nanti akan dibuka semua agar publik tahu proses hukum yang dilakukan. Satu hal yang pasti adalah akan ada penambahan tersangka baru,” katanya.