Inflasi Terkendali, Ruang Pelonggaran Moneter Diperkirakan Berlanjut
Inflasi Indonesia diperkirakan akan terus terkendali hingga akhir tahun ini dan tahun depan. Ini akan membuat ruang pelonggaran moneter berlanjut. BI diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps, masing-masing sebesar 25 bps pada triwulan IV-2019 dan triwulan I-2020.
Oleh
hendriyo widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – HSBC Global Research menilai inflasi Indonesia terkendali. Pengendalian inflasi ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini dan tahun depan. Ini akan membuat ruang pelonggaran moneter berlanjut.
Kepala Ekonom HSBC Global Research Kawasan ASEAN Joseph Incalcaterra mengatakan, kendati inflasi pada Agustus 2019 lebih tinggi dibandingkan Agustus 2018, inflasi tersebut masih terkendali. Inflasi itu masih berada dalam target inflasi 2019 Bank Indonesia (BI), yaitu 2,5-4,5 persen.
Sektor pangan dan transportasi yang semula menyumbang inflasi cukup tinggi mulai terkendali. Harga cabai yang tinggi hanya persifat temporer dan diperkirakan turun seiring bertambahnya pasokan.
“Terkait dengan harga beras yang merangkak naik, BI menilai masih ada ruang untuk mengendalikan harga beras melalui manajemen stok yang baik dan subtansial oleh pemerintah,” kata Incalcaterra dalam keterangan pers, Senin (2/9/2019).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Agustus 2019 sebesar 0,12 persen. Inflasi tersebut lebih tinggi ketimbang Agustus 2018 dan 2017 yang terjadi deflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,07 persen.
Kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga memberikan andil inflasi paling tinggi, yaitu 0,09 persen. Tingkat inflasi kelompok ini sebesar 1,21 persen. Adapun kelompok pengeluaran bahan makanan andilnya terhadap inflasi minus sebesar 0,06 persen. Kelompok tersebut justru mengalami deflasi sebesar 0,19 persen.
Incalcaterra memperkirakan inflasi hingga akhir tahun ini akan dalam rentang target bank sentral. Namun, pada tahun depan inflasi diperkirakan berada pada rentang atas dari target inflasi 2020 BI yang diturunkan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 2 persen-4 persen.
Kendati begitu, inflasi tersebut masih tetap membuka pelonggaran moneter BI yang akan dilakukan secara bertahap untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Setelah pada tahun ini suku bunga acuan dua kali diturunkan hingga 50 bps, BI diperkirakan akan kembali menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate.
“Kami memperkirakan BI akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps, masing-masing sebesar 25 bps pada triwulan IV-2019 dan triwulan I-2020. Hal ini perlu diikuti dengan kebijakan fiskal yang ekspansif agar mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal,” kata dia.
Kami memperkirakan BI akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps, masing-masing sebesar 25 bps pada triwulan IV-2019 dan triwulan I-2020.
Waspadai harga pangan
Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan, bahan pangan memang menyumbang deflasi. Kendati begitu, kenaikan harga sejumlah bahan pangan tetap perlu diwaspadai, karena musim kemarau pada tahun ini lebih panjang. Beberapa bahan pangan yang perlu dicermati adalah cabai dan beras.
“Harga cabai merah dan rawit mengalami kenaikan harga karena musim kering yang panjang. Pada Agustus 2019, cabai merah memberikan andil inflasi sebesar 0,1 persen dan cabai rawit 0,07 persen,” kata dia.
BPS juga mencatat, harga gabah kering panen di tingkat petani naik 3,04 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp 4.759 per kilogram (kg). Adapan gabah kering giling di tingkat petani juga naik 0,60 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp 5.309 per kg.
Hal itu menyebabkan harga beras medium di penggilingan pada Agustus 2019 naik 0,14 persen dibandingkan Juli 2019 menjadi Rp 9.224 per kg. Harga beras medium itu mendekati harga eceran tertinggi (HET) beras medium yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 9.450 per kg untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan.
Sementara di tingkat eceran harga beras medium rata-rata nasional sudah melebihi HET. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) mencatat, harga beras medium kualitas I dan II per 2 September 2019 masing-masing Rp 11.800 per kg dan Rp 11.500 per kg. Di DKI Jakarta, harga beras medium kualitas I dan II masing-masing Rp 12.900 per kg dan 11.900 per kg.