Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berharap Presiden dan DPR benar-benar memilih calon pimpinan KPK terbersih dari yang ada. Hal ini penting karena ke depan KPK harus lebih baik dan tak mengalami pelemahan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap Presiden dan DPR benar-benar memilih calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi terbersih dari yang ada. Hal ini penting karena ke depan KPK harus lebih baik dan tidak mengalami pelemahan.
”Jangan terus-terusan berpolemik. Karena itu, kita berharap Presiden dan DPR benar-benar memilih calon pimpinan KPK terbersih dari yang ada,” ujar Haedar menjawab pertanyaan Kompas seusai memberikan kuliah umum di hadapan ribuan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Dome UMM, Malang, Jawa Timur, Senin (2/9/2019).
Hadir pada kesempatan ini, antara lain, Ketua Badan Pembina Harian UMM yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden A Malik Fadjar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, serta Rektor UMM Fauzan.
Menurut Haedar, jangan sampai lembaga yang dulu dihadirkan reformasi untuk pemberantasan korupsi mengalami pelemahan karena orang-orang yang hadir di dalamnya tidak punya komitmen tinggi. Haedar sendiri percaya bahwa di negeri ini masih banyak elite, termasuk calon pimpinan KPK, yang punya integritas.
”Dia (pimpinan KPK) harus bertanggung jawab bahwa pemberantasan korupsi ini mempertaruhkan bangsa. Saya pikir monggo, segala aspirasi sudah sampai dari berbagai kekuatan sipil. Saya pikir insya Allah Presiden juga arif dan tentu memahami aspirasi itu,” katanya.
Pada kesempatan ini, Haedar mengingatkan semua pihak untuk melepaskan kepentingan-kepentingan jangka pendek dan sektoral terhadap KPK dan institusi negara yang lain. Jangan sampai KPK dan lembaga pemerintah menjadi tempat perebutan kepentingan yang naif (sempit) serta menghilangkan kepentingan bangsa yang lebih besar.
Perkuat karakter
Sementara itu, kepada para mahasiswa baru, Haedar dan UMM mengingatkan agar mereka menjadi generasi yang punya karakter kuat, berkeahlian, dan punya peran sosial kemasyarakatan. Hal ini penting karena di era industri 4.0, jika tidak hati-hati, generasi milenial kita akan menjadi asosial dan egoistik.
Di era industri 4.0, jika tidak hati-hati, generasi milenial kita akan menjadi asosial dan egoistik.
Demikian pula dalam konteks kebangsaan, para mahasiswa baru harus dibekali semangat memberi, bukan mengambil. Demikian pula ketika mereka sudah menjadi elite, di mana pun berada nantinya, semangatnya adalah memberi.
”Orang yang bisa membawa Indonesia maju adalah mereka yang sudah selesai dengan dirinya. Tidak identik dengan kekayaan atau jabatan puncak, tetapi kecukupan hidup membuat mereka mau berbagi, mau berperan. Tapi, kalau tidak pernah cukup, maka semangat elite hanya semangat mengambil,” ujarnya.
Menurut Fauzan, UMM berkomitmen mengantarkan para mahasiswa baru menjadi generasi yang siap hidup di era industri 4.0 dan 5.0. Untuk menuju ke sana tidak ada kata lain bagi para mahasiswa baru kecuali mampu menangkap dan beradaptasi dengan lingkungan di mana mereka berada.
”Sekarang kalian mahasiswa, tetapi esok kalian menjadi pemimpin bangsa. Mari siapkan diri. Ubah mindset agar mampu memasuki era 4.0. Dinamika perubahan tidak lagi menggunakan hitungan minggu, tetapi jam. Mereka yang suka mengeluh dan berpikiran marjinal akan tertinggal dan ditinggalkan,” kata Fauzan kepada para mahasiswa.