Mencari Jejak Desa Penari
Cerita tentang KKN di desa penari viral di media sosial. Banyak yang penasaran di mana lokasi desa itu berada. Bisa jadi cerita ini hanya sebagai trik promosi wisata.
Nur, Widya, Ayu, Wahyu, Bima, dan Anton menjadi nama yang banyak diperbincangkan dalam seminggu terakhir. Hal itu tak lepas dari kehadiran sosok mereka dalam cerita misteri ”KKN di Desa Penari” dari penulis anonim SimpleMan dengan akun Twitter @simpleM81378523

Ilustrasi. Situs Umpak Songo di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Situs Umpak Songo diyakini sebagai sisa bangunan peninggalan Kerajaan Blambangan di wilayah paling timur Pulau Jawa itu. Foto diambil 19 Juni 2016.
Rasa takut bercampur penasaran tersaji setiap membaca satu per satu cuitan di akun Twitter @simpleM81378523 yang ditulis mulai 24 Juni hingga 5 Juli. Hanya pembaca dengan rasa penasaran sangat besar yang mampu rampung membaca ratusan utas tersebut. Tentunya rasa penasaran tersebut mampu mengalahkan rasa takut, bosan, dan malas.
Salah satu hal yang membuat warga media sosial penasaran adalah lokasi desa tersebut. Pengarang hanya menyebut kejadian tersebut ada di Kota B, Kecamatan K, Desa W, dan Alas (hutan) D. Lokasi tersebut ada di Jawa Timur. Aneka spekulasi bermunculan.
Kultur penari
Banyuwangi dicurigai sebagai salah satu kabupaten tempat KKN itu berlangsung. Adanya tradisi menari dan mistis yang kuat menjadi faktor penguatnya.
Banyuwangi memang terkenal dengan gandrung. Gandrung merupakan pertunjukan tarian yang diiringi lantunan lagu-lagu. Tak jarang syair lagu tersebut mengandung wejangan dan mantra. Mantra-mantra gandrung, menurut budayawan Banyuwangi Aekanu Hariyono, dipercaya sebagai penyembuh.
Baca juga: Tahu Petis dan Misteri Gedoran di Kampung Mandar

Gandrung Poniti hadir dan tampil dalam diskusi Forum Komunikasi Seni dan Budaya Banyuwangi di kantor Dinas Pariwisata Banyuwangi, Rabu (10/7/2019).
Ia mencontohkan tembang ”Kembang Menur” yang pernah digunakan untuk menyembuhkan gandrung Temu Misti ketika sakit keras pada umur 1 tahun. Kini tembang yang sama kerap digunakan Temu ketika ada orang yang meminta penyembuhan.
Tari gandrung biasa ditampilkan dalam aneka hajatan orang Osing (suku asli Banyuwangi). Mereka biasanya tampil semalam suntuk hingga subuh menjelang.
Tak hanya tari gandrung yang menyimpan daya magis. Di Banyuwangi juga tumbuh dan hidup tradisi tari seblang. Seblang merupakan ritual tradisional yang dilakukan turun temurun sejak tahun 1930 setiap bulan Syawal.
Baca juga: Ritual Seblang, Tontonan dan Tuntunan

Mengunjungi situs Makam Mbah Ketut, leluhur Desa Olehsari.
Penari seblang dipilih setelah ada seseorang kerasukan. Penari yang terpilih biasanya merupakan keturunan dari Mbah Milah, penari seblang pertama.
Penari seblang yang terpilih biasanya seorang gadis. Pada hari H, ia akan menari selama 7 hari berturut-turut sejak pukul 14.00 hingga menjelang Maghrib.
Kepulan asap dari tungku kecil menyebarkan harum kemenyan. Rancak tabuhan gamelan dan pukulan gendang mengiringi syair berbahasa Osing yang dinyanyikan sejumlah wanita. Kolaborasi aroma dan irama membuat nuansa mistis semakin menyeruak.
Saat beraksi, wajah penari tersembunyi di balik omprok (mahkota). Di atas panggung permanen berdiameter 4 meter ia menari mengitari para pemusik yang berkumpul di tengah. Ia menari tak sadarkan diri. Gerakan tarian yang diperagakan ada dalam pengaruh roh leluhur yang merasuki raganya. Gerakan yang paling kerap diperagakan ialah gerakan tangan keluar seperti menyapu melambangkan upaya mengusir pegeblug dan segala keburukan dari Desa Olehsari.
Baca juga: Tradisi Agung Tari Seblang

Gerakan tangan seolah mengusir.
Di Banyuwangi, tari seblang, seperti yang diceritakan sebelumnya, hanya ada di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah. Ciri-ciri lokasi dan inisial nama tempat yang disampaikan SimpleMan dalam cerita ”KKN di Desa Penari” tidak cocok dengan kondisi Desa Olehsari.
Warganet juga menduga Desa Bayu, Kecamatan Songgon, sebagai lokasi tersembunyi yang diceritakan SimpleMan. Berbagai analisis disampaikan oleh warganet untuk mengarahkan lokasi tersebut benar-benar terjadi di sana. Misalnya Danau Rowo Bayu di kaki Gunung Raung yang dianggap sebagai ”sinden” (pemandian para penari) seperti di dalam cerita.

Puncak Gunung Raung, Selasa (23/10/12), saat dipantau Kecamatan Songgon, Banyuwangi, terlihat tertutup awan tebal.
Di Desa Bayu mungkin saja ada tradisi gandrung. Tari gandrung bisa dibawakan di mana saja. Namun, dalam vlog Raditya Dika berjudul ”Klarifikasi KKN Desa Penari Langsung dari Sumbernya @SimpleM81378523” sosok anonim SimpleMan membantah jika kisah tersebut terjadi di Rowo Bayu, Banyuwangi.
Mungkin dugaan lokasi desa penari bukan di Banyuwangi. Jika demikian, di mana lokasi yang mungkin menjadi latar tempat kisah misteri tersebut? Mari kita telaah dari petunjuk sang penulis, SimpleMan.
Kota B
Penulis kisah misteri tersebut tampaknya tidak terlalu mahir dalam membedakan kota dan kabupaten karena menyebut kabupaten sebagai daerah yang berada dalam administrasi kota.
”Nang kota B, gok deso kabupaten K***li**, akeh proker, tak jamin, nggone cocok gawe KKN” (di kota B, disebuah desa di kabupaten K*******, banyak proker untuk dikerjakan, tempatnya cocok untuk KKN kita),” cuit SimpleMan.
Dari sembilan kota di Jawa Timur, hanya Kota Blitar yang menggunakan istilah B. Kabupaten di Jawa Timur yang diawali huruf B adalah Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, dan Bondowoso. Sementara kabupaten yang berawalan dengan huruf K di Jawa Timur hanya Kediri.

Peta Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Kompas menduga, penulis bermaksud menyampaikan informasi bahwa kisah mistis tersebut di Kota/Kabupaten B, dengan kecamatan/kota kecamatan K. Dengan demikian, lokasi menyempit menjadi 6 kota/kabupaten, yaitu Kota dan Kabupaten Blitar, Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, dan Bondowoso.
Dari keenam kota/kabupaten tersebut, semuanya memiliki kecamatan atau kota kecamatan berawalan K. Di Kota Blitar terdapat Kecamatan Kepanjen Kidul. Di Kabupaten Blitar terdapat kecamatan Kanigoro, Kademangan, dan Kesamben.
Perlu dicatat, Kecamatan Kanigoro merupakan kota kecamatan yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Blitar. Apakah ini lokasi ”KKN di Desa Penari” tersebut? Sabar, kita bedah daerah yang lain terlebih dahulu.
Kabupaten Bangkalan juga memiliki kecamatan berawalan huruf K, yaitu Kamal, Klampis, Kokop, Konang, dan Kwanyar. Sementara di Banyuwangi, terdapat Kecamatan, Kabat, Kalibaru, dan Kalipuro.
Bojonegoro menjadi kabupaten dengan jumlah kecamatan berawalan huruf K terbanyak, yakni Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman, Kedewan, Kedungadem, dan Kepohbaru. Sementara di Bondowoso, hanya ada Kecamatan Klabang yang berawalan huruf K.

Kepala Kepolisan Resor Bondowoso Ajun Komisari Besar Febriansyah (depan) ikut serta dalam pencarian Thoriq, pendaki yang hilang di puncak piramida Gunung Ranggeno, Bondowoso.
Desa W
Sampai titik ini, lokasi pasti Kota B dan Kabupaten K masih menjadi misteri. Namun, dalam lanjutan cuitan SimpleMan, ia kembali menyebut Desa W sebagai lokasi KKN Nur dan kawan-kawannya.
”Sampailah mereka di Desa W****, tempat mereka akan mengabdikan diri selama 6 minggu ke depan,” cuit SimpleMan.
Kompas berusaha mempersempit pencarian dan terpaksa mencoret Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bangkalan, dan Kabupaten Banyuwangi. Penyebabnya, kota/kabupaten tersebut tidak memiliki desa berawalan huruf W di kecamatan yang berawalan huruf K.
Sementara di Bondowoso, Kompas menemukan dua desa berawalan huruf W di Kecamatan Klabang. Kedua desa tersebut ialah Desa Wonoboyo dan Wonokerto.
Bojonegoro, yang semula menjadi kabupaten dengan jumlah kecamatan berawalan huruf K terbanyak, ternyata juga memiliki banyak desa yang berawal dengan huruf W. Desa-desa tersebut ialah desa Wotanggare di Kecamatan Kalitidu, Desa Wedi di Kecamatan Kapas, Desa Wonocolo di Kecamatan Kadewan, dan Desa Woro di Kecamatan Kepohbaru.

Warga Bojonegoro melintasi hutan jati yang meranggas pada 2018.
Alas D
Penelusuran lokasi terjadinya kisah misteri KKN di Desa Penari sampai titik ini mungkin terjadi di tujuh desa, dalam lima kecamatan di dua kabupaten. Apakah masih ada petunjuk lain? SimpleMan masih menyebut satu lokasi lagi, yaitu Alas D.
”Mboten, mas, berhenti di jalur Alas D engken enten sing jemput" (tidak mas, nanti berhenti di jalur hutan D, nanti ada yang jemput) sahut Nur,” cuit SimpleMan.
Tak hanya itu, SimpleMan juga memberi keterangan bahwa lokasi KKN di Desa Penari berjarak 4 jam hingga 5 jam dari kota S. ”Mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S,” tulis SimpleMan.
Di Jawa Timur, hanya Kota Surabaya yang berawal huruf S. Penelusuran menggunakan fasilitas Google Maps menunjukkan perjalanan dari Surabaya ke Bojonegoro paling lama 3 jam 31 menit, sedangkan perjalanan dari Surabaya ke Bondowoso sekitar 4 jam 40 menit.
Maka, semakin meruncinglah dugaan lokasi kisah misteri KKN di Desa Penari tersebut. Kota B, Desa Kabupaten K, Desa W yang dimaksud penulis kemungkinan ialah Desa Wonoboyo, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso. Namun, alas D masih menjadi misteri karena tidak ada petunjuk khusus yang mengarah ke sana.
Promosi
Sejumlah warganet juga menduga kisah misteri ”KKN di Desa Penari” merupakan upaya untuk mempromosikan pariwisata Banyuwangi. Terlebih pada bulan September, Banyuwangi akan menggelar sejumlah agenda festival salah satunya pertunjukan tari kolosal Gandrung Sewu.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam suatu obrolan ringan dengan Kompas, Jumat (30/8/2019), bertanya, apa yang sedang ramai di media sosial saat ini. Kompas lantas menjawab soal Banyuwangi yang disangkutpautkan dengan kisah misteri ”KKN di Desa Penari”
”Hah, apa itu?” tanya Anas, heran.
Ketua Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banyuwangi Fikri Mustaqim mengatakan, cerita misteri ”KKN di Desa Penari” bukan bagian dari promosi pariwisata GenPI Banyuwangi ataupun Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. GenPI merupakan komunitas yag dibentuk Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan potensi wisata di masing-masing daerah.
Baca juga; Banyuwangi Promosi Budaya dan Wisata ke Arab Saudi

Sejumlah pelajar menarikan gandrung dalam Festival Gandrung Sewu di Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (20/10/2018). Festival Gandrung Sewu tahun ini bertema ”Layar Kumendung”, yang mengisahkan perpisahan bupati pertama Banyuwangi, Mas Alit (1774-1782), dengan warga yang ia cintai.
Namun, Fikri tidak membantah bahwa di bulan September akan ada banyak festival di Banyuwangi. Ia juga menyayangkan tuduhan warganet yang menyebut kisah misteri tersebut merupakan upaya promosi wisata Banyuwangi.
”Cara promosi harus memiliki etika dan tujuan yang jelas sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah,” ujarnya.
Dugaan lain muncul, kisah misteri ini merupakan bagian dari promosi sebuah film. Di media sosial kini banyak berseliweran sejumlah gambar menyerupai poster film lengkap dengan judul ”KKN di Desa Penari” dan sejumlah artis yang didapuk menjadi pemerannya.
Cara promosi harus memiliki etika dan tujuan yang jelas sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah.
SimpleMan ternyata punya maksud mengapa harus merahasiakan lokasi tersebut. Hal itu sudah menjadi janjinya kepada sang narasumber yang juga tokoh dalam cerita, Widya dan Nur.
Lebih lanjut SimpleMan juga memiliki tujuan terkait kisah yang ia tulis itu. Melalui kisah yang ia tulis, ia ingin mengajak agar siapa saja menjaga tata krama jika datang ke suatu tempat.
Kebenaran kisah KKN di desa penari masih menjadi misteri. Lokasi KKN juga menjadi misteri. Mungkin, hanya SimpleMan yang mengetahuinya, atau malah Anda sebagai pembaca?