Riau menyimpan berbagai durian varietas lokal yang tak kalah lezatnya dengan varietas-varietas unggul lain di Nusantara.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·5 menit baca
”Memang ada durian asli Riau?” tanya seorang teman asal Jakarta yang berkunjung ke Pekanbaru, beberapa waktu lalu. Pertanyaan itu tentu saja saya jawab dengan anggukan kepala. Riau memang memiliki beberapa jenis durian dari beberapa daerahnya. Walakin, ketenaran durian Riau memang kalah pamor dibandingkan dengan cdurian tetangganya, Sumatera Utara, yang terkenal dengan sebutan durian medan.
Sebenarnya, Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau senantiasa menyediakan buah durian hampir sepanjang tahun. Lihat saja di tengah kota, di sepanjang Jalan Sudirman, dari jembatan layang Tuanku Tambusai sampai Jalan Harapan Raya. Di ruas jalan sekitar 1 kilometer itu terdapat setidaknya empat penjual durian dengan harga bervariasi mulai Rp 50.000.
Di saat musim durian tiba, lapak-lapak dadakan bermunculan di segala penjuru kota.
Durian itu memang tidak seluruhnya jenis lokal Riau. Pedagang di sana biasanya membeli durian dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, atau daerah lain di Sumatera.
Beberapa lapak kecil kaki lima juga tersebar di beberapa sudut kota di tengah Pulau Sumatera itu. Di antaranya di depan kompleks SD Teladan Jalan Hang Tuah, di sepanjang Jalan Arifin Achmad, Jalan Soekarno-Hatta, dan Jalan Soebrantas. Di saat musim durian tiba, lapak-lapak dadakan bermunculan di segala penjuru kota.
Kualitas durian lokal Riau sangat beragam. Dari yang mutunya biasa, bagus, sampai sangat bagus. Sebagian besar memiliki rasa manis dan bertekstur halus. Namun, bagi pencinta durian sejati, rasa manis bukanlah pilihan utama. Durian yang banyak dicari penggemar adalah bertekstur halus, sedikit kering, biji kecil, buah tebal, lembut tanpa serat, serta terasa manis, tetapi memiliki semburat pahit di ujung kecapan lidah.
Kabupaten Kampar yang merupakan tetangga terdekat Kota Pekanbaru merupakan salah satu sentra penghasil durian lokal Riau. Pada saat panen raya, buah durian terdapat di mana-mana. Harganya pun bisa ditebus dengan hanya Rp 15.000 sampai Rp 25.000 per buah.
Hanya saja, sebagian besar varietas durian Kampar memiliki kualitas dengan skor rata-rata dan tidak istimewa. Kalau untuk sekadar melepas kangen cicip buah durian, sudah cukup.
Soal rasa, omeh kampar boleh dibandingkan dengan durian-durian unggul Sumatera. Teksturnya lembut dengan rasa manis dan sedikit pahit di ujung.
Namun, ada satu varietas durian yang sangat dicari penggemar, yaitu durian omeh (emas) kampar. Sesuai dengan namanya, buah durian ini berwarna kuning keemasan. Buahnya tidak terlalu besar dan tidak pula kecil. Daging buahnya empuk dan tidak terlalu tebal.
Soal rasa, omeh kampar boleh dibandingkan dengan durian-durian unggul Sumatera. Teksturnya lembut dengan rasa manis dan sedikit pahit di ujung. Sayangnya, produksi omeh kampar sangat sedikit sehingga nyaris tidak beredar luas di pasar. Para penggemar sejati durian Riau biasanya sudah memesan langsung kepada pemilik pohon sebelum omeh dipanen. Kalaupun omeh dapat ditemukan di pedagang kaki lima, itu adalah keberuntungan semata.
Chairul Riski (54), petani di Kawasan Danau Bingkuang, Kampar, memiliki 150 pohon durian. Namun, hanya lima batang jenis omeh kampar. Lebih dari setengahnya berupa durian varietas lokal dengan kualitas biasa. Selebihnya jenis montong daun kecil, musang king, dan bakul.
”Omeh kampar memiliki penggemar khusus. Jumlahnya tidak banyak, tetapi terus dicari. Harganya lebih mahal daripada durian lokal,” kata Riski, pentolan Komunitas Durian Unggul Riau.
Bibit omeh banyak dicari karena merupakan varietas unggulan lokal yang cocok untuk cuaca Riau yang panas.
Meski demikian, dalam beberapa tahun mendatang, omeh diperkirakan bakal lebih banyak beredar di Pekanbaru. Menurut Hasan (50), salah seorang penangkar dan pedagang bibit tanaman buah-buahan di Danau Bingkuang, saat ini jenis omeh sudah banyak ditanam oleh para petani dan pebisnis.
”Kemarin saya membibit ratusan batang omeh dan sekarang sudah habis. Beberapa pembibit lain bahkan memesan kepada saya. Bibit omeh banyak dicari karena merupakan varietas unggulan lokal yang cocok untuk cuaca Riau yang panas. Omeh juga tidak terlalu rewel dibandingkan varietas dari luar,” papar Hasan.
Namun, varietas durian unggul Riau bukan hanya omeh. Di Pulau Bengkalis, pulau di tepi Selat Malaka, terdapat durian M1 yang tersohor. Sekilas, durian M1 memiliki bentuk dan rasa yang sama dengan durian musang king yang terkenal di Malaysia.
Muhammad Nur, salah seorang penangkar durian M1 di Bengkalis, memiliki beberapa pohon M1 yang usianya sudah ratusan tahun. Ia juga sudah membibit M1 dan menjualnya kepada kenalannya, termasuk di Komunitas Durian Unggul Riau.
Pada Juni-Juli kemarin semestinya merupakan masa puncak panen durian M1 di Bengkalis. Hanya saja, menurut Nur, karena musim panas yang cukup ekstrem, banyak putik yang gugur sehingga tidak banyak durian M1 yang selamat sampai panen.
Masih ada durian unggulan Riau yang patut diperhitungkan juga. Salah satunya berasal dari Desa Pawan, Pumandang, dan Menaming di Kabupaten Rokan Hulu. Tiga desa ini dulunya merupakan sentra penghasil durian terkenal di Riau.
Duriannya berwarna kuning cerah dan sering disebut durian tembaga. Isinya cukup tebal, manis, dan sedikit pahit. Sayangnya, dalam 10 tahun terakhir, durian dari ketiga desa itu semakin langka dan mulai menghilang di pasar.
Penyebabnya, ternyata banyak pemilik durian menebang pohon yang bahkan sudah berusia 100 tahun dan diganti dengan tanaman kelapa sawit. Alhasil, ribuan batang durian ternama asal Rokan Hulu itu hilang.
Meski demikian, sisa-sisa durian dari Pawan dan Pumandang masih dapat dinikmati secara terbatas. Pada acara Festival 1.000 Durian yang digelar di Danau Sipogas, Rokan Hulu, pada Februari 2019, sebuah durian pawan laku dijual secara lelang seharga Rp 700.000 dan sebuah durian pumandang seharga Rp 1,5 juta. Pembelinya adalah pejabat tinggi kabupaten itu.
Dalam dua tahun terakhir, acara festival makan durian semakin sering dilaksanakan di Riau. Selain di Rokan Hulu, pada Maret 2019, dilakukan acara serupa di Pusat Pertokoan Living World Pekanbaru.
Pada Sabtu (31/8/2019), Grup Riau Pos juga menggelar acara makan durian sepuasnya di Pekanbaru. Acara ini khusus menyajikan durian asal Kampar. Ada dua jenis yang disajikan, yaitu jenis lokal dan montong.
Dari ratusan buah durian lokal yang tersedia, menemukan omeh kampar ternyata sangat sulit. Untunglah Kompas sempat mencicipi sebutir durian omeh yang secara kebetulan tersaji di meja kenalan.
”Saat ini banyak anggota kami (Komunitas Durian Unggul Riau) baru menanam varietas unggul lokal, seperti M1, menaming, dan omeh. Ada anggota yang menanam sampai ribuan pohon. Tiga atau empat tahun lagi, acara makan durian di Riau akan menyediakan buah yang semakin bermutu,” kata Riski.
Kalau apa yang disebutkan Riski benar, tidak lama lagi, kualitas durian lokal Riau tentunya akan semakin berkilau. Kita tunggu saja.