Membangun Wisata Halal ala Taiwan
Taiwan menerima kunjungan wisatawan asing lebih dari 11 juta orang pada 2018 atau setara dengan hampir separuh jumlah penduduk negara pulau tersebut. Untuk membuat nyaman wisatawan Muslim, Taiwan pun mengembangkan wisata halal.
Upaya membuat wisatawan Muslim betah di Taiwan dilakukan dari hal yang mendasar, yaitu makanan. Besarnya perhatian itu ditunjukkan dengan adanya area khusus makanan halal dalam Pameran Kuliner Taiwan atau Taiwan Culinary Exhibition yang diselenggarakan di Taipei, 26-29 Juli 2019.
Di area yang khusus menyajikan makanan halal itu terdapat sejumlah stan dari restoran halal yang ada di Taiwan, baik yang menyajikan masakan mancanegara maupun makanan asli Taiwan. Keberadaan stan itu mewakili hampir 200 restoran dan hotel di seluruh Taiwan yang telah memiliki sertifikat halal.
”Kehadiran restoran dan hotel halal itu membuat wisatawan yang datang ke Taiwan makin merasa aman dan nyaman, khususnya saat mencoba kuliner Taiwan,” kata Ketua Taiwan Visitors Association Yeh Chu-Lan dalam pembukaan Pameran Kuliner Taiwan, Jumat (26/7/2019).
Zaharah Chen dari Asosiasi Muslim China (Chinese Muslim Association/CMA), salah satu lembaga yang memberikan sertifikat halal, mengatakan, minat sejumlah pengusaha restoran untuk menyajikan masakan halal cukup tinggi.
Sebelum mendapatkan sertifikat halal, mereka diberikan informasi tentang kriteria makanan halal, mulai dari jenis atau bahan makanan yang digunakan, cara penyembelihan hewan, hingga penggunaan bahan tambahan untuk menyedapkan masakan, seperti anggur, darah, atau alkohol.
Meski demikian, seperti diungkapkan Linda Huang dari Restoran Southeast Food yang menyajikan makanan khas Thailand dan Yunnan, China, dihilangkannya sejumlah bahan penyedap makanan asli Taiwan yang tidak halal itu tidak mengurangi cita rasa masakan asli.
”Rasa makanan tidak jauh berbeda,” katanya. Walau memasang logo halal, pengunjung restoran Linda tidak melulu wisatawan Muslim atau penduduk Muslim di Taiwan. Warga lokal Taiwan non-Muslim pun banyak yang meminati restorannya.
Menurut Zaharah, ada sekitar 60.000 penduduk Muslim di seluruh Taiwan yang sebagian besar adalah ekspatriat, termasuk pekerja migran dari Indonesia. Jumlah warga Muslim asli Taiwan hanya sekitar 3.000 orang.
Para pekerja migran Indonesia itu juga banyak yang bekerja menjadi pelayan restoran halal di Taiwan, baik restoran Indonesia maupun negara lain. Situasi itu tentu bisa membuat sebagian wisatawan Indonesia semakin nyaman karena komunikasi, termasuk dalam memilih makanan, menjadi lebih mudah.
Pekerja migran Indonesia juga banyak yang bekerja jadi pelayan restoran halal di Taiwan.
Restoran lokal yang menyajikan masakan asli Taiwan yang halal itu pun beragam, mulai dari beef noodle, sejenis ramen dengan kuah kaldu sapi yang terkenal di Taiwan, ayam goreng khas Taiwan yang dibentuk pipih, hingga beberapa jenis bubble tea, minuman asal Taiwan yang populer di sejumlah negara.
Menyebar
Keberadaan makanan halal itu juga mudah ditemukan, mulai dari Bandar Udara Internasional Taoyuan hingga sejumlah pusat kota besar yang ada di seluruh Taiwan, seperti Taipei, Taichung, dan Kaohsiung. Bahkan, makanan halal itu juga bisa dijumpai di pedagang kaki lima sejumlah pasar malam.
Restoran halal itu juga bisa dijumpai di kota kecil, seperti Taitung, daerah pertanian yang ada di tenggara Taiwan. Jika restoran halal di kota besar buka hampir setiap hari dan bisa didatangi tanpa reservasi lebih dulu, untuk restoran halal di kota tertentu harus dilakukan pemesanan tempat beberapa hari sebelumnya.
Amir Shaikh, pria keturunan Pakistan yang membuka toko dan restoran Halal City Mart di Taitung, mengatakan, penduduk Muslim di kota itu hanya sekitar 300 orang. Itu pun sebagian besar adalah pekerja migran perempuan asal Indonesia yang tidak bisa setiap saat berkunjung ke restorannya.
Selain membuka restoran halal, Amir juga menjual berbagai produk makanan halal dan sejumlah suvenir bernuansa Islam. Restoran itu juga menyediakan mushala yang nyaman dan bersih sehingga wisatawan Muslim tetap dapat menjalankan ibadahnya.
Baca juga: Pedoman Pariwisata Halal Disusun
Pilihan makanan halal itu juga mudah ditemukan di hotel-hotel berbintang. Bahkan, sejumlah hotel juga menyediakan peralatan makan khusus hingga tidak tercampur dengan alat-alat makan yang mungkin digunakan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung bahan tidak halal.
Tak hanya makanan jadi, oleh-oleh khas Taiwan pun banyak yang mencantumkan logo halal dengan proses sertifikasi dari lembaga halal di sejumlah negara, termasuk Indonesia dan Filipina. Oleh-oleh ataupun makanan olahan halal itu juga mudah ditemukan, baik di supermarket maupun pasar malam.
Hotel dan mushala
Selain makan, kebutuhan pokok turis lainnya adalah tempat tinggal. Kini, sejumlah hotel di Taiwan berusaha memanjakan para turis Muslim dengan memberikan kemudahan bagi mereka jika ingin melaksanakan shalat lima waktu.
Kemudahan itu, antara lain, diberikan dengan menyediakan petunjuk arah kiblat yang cukup jelas, baik di atas meja maupun di langit-langit. Penanda kiblat itu pada umumnya mudah dikenali wisatawan saat baru memasuki kamar hotel. Namun, ada pula hotel yang menaruh arah kiblat di laci meja, seperti yang dilakukan sejumlah hotel di Indonesia.
Tak hanya itu, hotel tersebut juga menyediakan jadwal waktu shalat Taiwan. Jadwal shalat itu sangat membantu wisatawan mengingat waktu shalat di setiap daerah berbeda, bergantung pada posisi matahari. Kertas jadwal shalat itu umumnya diletakkan bersamaan dengan sajadah dan Al Quran.
Bagi wisatawan yang ingin melaksanakan shalat ketika sedang berkegiatan di luar hotel, Pemerintah Taiwan juga menyediakan mushala di sejumlah tempat umum, seperti bandar udara, stasiun kereta api, dan sejumlah tempat wisata nasional. Selain itu, saat ini, di seluruh Taiwan juga ada tujuh masjid yang tersebar di sejumlah kota.
Semua restoran, hotel, dan tempat ibadah, baik mushala maupun masjid, itu bisa diakses wisatawan dengan mudah melalui aplikasi halal.tw atau Taiwan Halal. Aplikasi-aplikasi itu makin mempermudah perjalanan wisatawan karena bisa memandu mereka menuju berbagai fasilitas tersebut.
Afra Liu dari Divisi Internasional Badan Pariwisata Taiwan (Taiwan Tourism Bureau) Kementerian Perhubungan dan Komunikasi Taiwan mengatakan, Taiwan mulai mengembangkan wisata halal sejak 2008 karena melihat besarnya pasar wisatawan Muslim di seluruh dunia.
Saat ini diperkirakan ada sekitar 2 miliar penduduk Muslim dunia. Data Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index 2019 menunjukkan, ada 140 juta wisatawan Muslim yang melakukan perjalanan ke sejumlah negara pada 2018. Jumlah turis Muslim itu meningkat 10 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Untuk menginisiasi wisata halal itu, lanjut Liu, Taiwan mengundang sejumlah ahli dari Indonesia dan Malaysia untuk merancang wisata halal yang sesuai dengan ketentuan agama. Selain itu, Pemerintah Taiwan juga melibatkan CMA untuk membuat sertifikat halal bagi restoran dan hotel di Taiwan.
Upaya pengembangan wisata halal yang progresif tersebut menjadikan Taiwan berada di peringkat ketiga untuk kategori negara-negara non-anggota Organisasi Konferensi Islam dengan wisata halal terbaik 2019. Peringkat pertama dan kedua pada kategori itu diduduki Singapura dan Thailand, sedangkan di peringkat ketiga ada Taiwan, Inggris, dan Jepang.
Kini, Taiwan terus mengembangkan wisata halalnya. Mereka terus menambah restoran yang memiliki sertifikat halal dan hotel yang ramah bagi turis Muslim. Mushala pun terus diperbanyak di tempat-tempat wisata yang ramai dikunjungi turis.
”Taiwan ingin memastikan wisatawan yang berkunjung ke Taiwan terpenuhi kebutuhannya, termasuk wisatawan Muslim,” kata Liu.