Perusahaan berbasis layanan dalam jaringan atau daring saling berkolaborasi di era ekonomi digital saat ini. Pemanfaatan data konsumen menjadi salah satu komponen dalam kolaborasi tersebut.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan berbasis layanan dalam jaringan atau daring saling berkolaborasi di era ekonomi digital saat ini. Pemanfaatan data konsumen menjadi salah satu komponen dalam kolaborasi tersebut.
Salah satu contoh kolaborasi yang terjalin adalah antara agen perjalanan daring (OTA) dan promotor acara. ”Kolaborasi dengan tiket.com membuat kami dapat lebih mudah dalam pemasaran dan promosi event berbasis analisis data,” kata Managing Director DMEASIA Roderick Tjandra dalam konferensi pers perayaan ulang tahun ke-8 tiket.com di Jakarta, Jumat (30/8/2019).
Dalam kolaborasi tersebut, tiket.com menjual tiket acara yang dipromosikan DMEASIA. Dengan adanya kolaborasi itu, Roderick menyatakan, pihaknya dapat menganalisis profil pembeli tiket dari acara yang diselenggarakan.
Promotor acara juga dapat mengevaluasi ketertarikan dan kesesuaian penonton dengan artis yang menjadi bintang utama. Dampaknya, promosi dan pemasaran acara dapat semakin tepat sasaran dengan kelompok masyarakat yang menjadi target pasar.
Chief Marketing Officer sekaligus Co-founder tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, pihaknya memberikan laporan kepada DMEASIA yang berisi data pembeli tiket setelah acara berlangsung. Bentuk data yang diberikan berupa profil perilaku pembeli seperti domisili dan usia.
Umumnya, konsumen yang berasal dari luar kota tak hanya membeli tiket acara di OTA, tetapi juga sekaligus mencari hotel dan transportasi. Melihat pola perilaku pembelian ini, Gaery mengatakan, pihaknya pun menawarkan jasa layanan antar-jemput dari hotel ke lokasi acara.
Konsumen yang berasal dari luar kota tak hanya membeli tiket acara di OTA, tetapi juga sekaligus mencari hotel dan transportasi.
Berdasarkan pengalaman penjualan tiket.com pada acara olahraga yang diselenggarakan di Kudus, Jawa Tengah, sebanyak 50 persen peserta berasal dari luar kota. Tiket.com juga pernah menjual tiket acara musik yang diadakan di Bali dengan jumlah proporsi penonton yang berasal dari luar kota mencapai 90 persen.
Sementara itu, contoh kolaborasi lainnya ialah program belanja daring yang diusung Traveloka dan iLOTTE.com, e-dagang berkonsep mal milik Salim Group dan LOTTE Group. Chief Marketing Officer iLOTTE.com Ardi Sudarto mengatakan, kerja sama pihaknya dengan Traveloka berawal dari persamaan basis konsumen.
Kolaborasi tersebut juga membuat konsumen dapat membeli voucer untuk berbelanja di iLOTTE.com dengan Traveloka Points. Senior Vice President Payment Traveloka Stefani Harlie menyatakan, kerja sama dengan iLOTTE.com merupakan wujud dari penawaran pengalaman berbelanja kepada konsumen.
Aplikasi super
Dalam kesempatan yang sama, Gaery menyatakan, tiket.com menargetkan menjadi aplikasi super di bidang jasa perjalanan. ”Kami tidak ingin menjadi aplikasi super yang merambah segala bidang,” katanya.
Oleh sebab itu, pengembangan layanan tiket.com akan fokus pada jasa perjalanan. Selain akomodasi penginapan dan transportasi, korporasi berpotensi menggarap pengembangan bisnis berbasis layanan sewa modem, pemandu wisata, paket tur, dan jual-beli paket data.
Selain itu, tiket.com juga hendak berekspansi ke negara-negara Asia Tenggara pada 2020. Saat ini tiket.com telah memiliki kantor di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Gaery mengatakan, pasar potensial berada di antara ketiga negara tersebut.
Pada tahun ini, pertumbuhan penjualan tiket.com ditargetkan 2,5-3 kali lipat dibandingkan 2018. Pada 2020, pertumbuhan ditargetkan dua kali lipat dari pencapaian 2019.
Dari target pertumbuhan sepanjang 2019, penjualan kamar hotel diharapkan tumbuh enam kali lipat pada tahun ini. Kontribusi terbesar masih berada di kelompok tiket pesawat dengan target pertumbuhan penjualan 2,5 kali lipat.