JAKARTA, KOMPAS – Penggunaan internet untuk segala atau internet of things akan memudahkan dunia usaha dalam menciptakan produk baru hingga efisiensi biaya. Untuk itu, diperlukan solusi yang semakin banyak serta ekosistem agar internet of things dapat berjalan.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail mengatakan, isu utama mengenai internet of things (IoT) di Indonesia adalah mengenai sensor, kemudian konektivitas, dan ekosistem. IoT tidak berdiri sendiri, tetapi tergabung dengan berbagai macam teknologi lainnya dan membangun sebuah ekosistem.
“Justru yang kita tunggu kehadiran solusi di ekosistem. Maka, mari datang dengan solusi di setiap sektor. Isunya adalah internet of things mendorong efisiensi biaya, memotong ongkos, dan mendatangkan pendapatan baru,” kata Ismail dalam pembukaan “IoT Business Platform Conference ke-32”, Rabu (28/8/2019), di Jakarta.
Menurut Ismail, isu konektivitas sudah teratasi dengan proyek pembangunan Palapa Ring. Proyek pemasangan pipa serat optik tersebut direncanakan selesai bulan ini. Dengan demikian yang diperlukan adalah solusi untuk mengatasi masalah atau memudahkan kegiatan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan merupakan peluang untuk menyediakan solusi. Demikian pula pengembangan stasiun untuk angkutan orang maupun barang, memerlukan solusi atau konsep yang terbukti. Pemerintah, lanjut Ismail, tidak akan membuat banyak regulasi, namun akan memberi ruang untuk mendorongnya.
Meski demikian, lanjut Ismail, tantangan besar saat ini adalah keterbatasan sumber daya manusia di bidang digital. Tantangan berikutnya adalah utilisasi data dari data raksasa yang telah terkumpul.
Data sangat penting bagi bisnis karena setiap proses bisnis memerlukan informasi yang tepat. “ Jangan lupa, data yang telah terkumpul dapat menjadi informasi yang bisa kita jual bahkan puluhan kali lipat nilainya dari bisnis utamanya sendiri,” ujar Ismail.
Ismail berharap, Indonesia tetap dapat berdaulat dalam hal data dan informasi. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang unik dan sesuai kondisi Indonesia. Pelaku dari luar diharapkan tidak hanya melihat Indonesia sebagai pasar, melainkan juga datang dengan menawarkan solusi.
Banyak pihak
SVP-EGM Digital Service Telkom Joddy Hernady mengatakan, IoT kompleks karena melibatkan banyak pihak dan beragam piranti, termasuk integrator sistem. Oleh karena itu pembentukan ekosistem menjadi sangat penting untuk menciptakan solusi menyeluruh (end to end) atau sesuai kebutuhan.
Untuk saat ini, lanjut Joddy, pihaknya belum memperoleh data analitik dari IoT. Sebab, IoT memerlukan semakin banyak orang saling terhubung dan menghasilkan data. Data ini yang kemudian diolah. Tantangan saat ini adalah sumber daya manusia sebagai analis data saat ini masih sangat kurang.
“Kita mesti yakin bahwa IoT akan mendorong produktivitas bisnis kita. Jadi kita harus mengadopsi teknologi utk meningkatkan layanan,” ujar Joddy.
Chief Business Officer Indosat Ooredoo Intan Abdams Katoppo mengatakan, pihaknya fokus pada pembentukan ekosistem. Pengembangan platform IoT tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah dengan menggandeng partner lokal.
“Tapi betul data saat ini masih terbatas. Yang ada sekarang ini masih data dukcapil. Ke depan data yang terkumpul bisa untuk penyaluran kredit,” kata Intan.
CTO Dell Technologies Martin Yates menambahkan, transformasi digital memerlukan beberapa tahap atau unsur, yakni tidak menggunakan kertas (paperless), sistem yang terintegrasi, dan otomatisasi. Selain itu diperlukan kepercayaan yang kemudian mengarah pada efisiensi biaya. (NAD)