Korban pembunuhan dan pembakaran yang ditemukan di Sukabumi, Edi Candra Purnama (54) dan Mohammad Adi Pradana (23), dikenal tertutup di lingkungan sekitar. Rumah almarhum Edi berada di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Korban pembunuhan dan pembakaran yang ditemukan di Sukabumi, Edi Candra Purnama (54) dan Mohammad Adi Pradana (23), dikenal tertutup di lingkungan sekitar. Rumah almarhum Edi berada di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Istri Ketua RT 003 RW 005 Lebak Bulus, Maryati, menuturkan, pada Senin (27/8/2019), suaminya selaku ketua RT dipanggil polisi untuk dimintai data kartu keluarga Edi yang tinggal di rumah itu.
Menurut Maryati, selama tinggal di rumah tersebut, korban dan istrinya jarang keluar dan berinteraksi. Adapun Maryati baru tiga tahun tinggal di rumah itu. Sementara Edi dan keluarganya sudah lebih lama tinggal di sana.
Interaksi hanya dilakukan saat ada acara besar, seperti pemilu atau Idul Adha. Terakhir, ia melihat korban saat Idul Adha. Korban terlihat mengambil daging kurban dengan kupon yang diberi oleh ketua RT di masjid setempat.
”Pas Lebaran Haji, kan, ada kupon daging, terus ditawarin sama bapak (ketua RT), mau ambil enggak? Kata Pak Edi boleh. Terus, dia sendiri yang ambil ke masjid,” kata Maryati saat ditemui, Selasa (27/8/2019).
Menurut Maryati, sehari-hari Edi tinggal bersama istrinya, AK (35), anak dari istri pertama yang juga menjadi korban Mohammad Adi Pradana (23), anaknya yang masih berusia sekitar empat tahun, dan seorang pengasuh bayi. Namun, di data kartu keluarga yang ada di RT, ada enam anggota keluarga, termasuk Edi. Adapun AK diketahui adalah istri kedua Edi.
”Ada dua orang yang kelihatannya numpang di situ. Kalau anggota keluarganya, ya, tiga itu, istri, anak tiri, dan anaknya yang masih kecil,” kata Maryati.
Saat ini, rumah besar yang ada di Jalan Lebak Bulus 1 Nomor 129 B itu sudah dipasangi garis polisi. Dari luar, rumah terlihat tidak terawat dengan pepohonan yang dibiarkan lebat tak terurus.
Sementara itu, di samping rumah tersebut terdapat tempat usaha cuci mobil yang disewa dari lahan almarhum. Fariz, pemilik usaha cuci mobil, mengatakan, sudah sekitar tiga bulan dia menyewa lahan tersebut dari korban. Karena memerlukan waktu renovasi yang lama, baru pekan lalu tempat usaha itu dibuka.
”Saya enggak terlalu mengenal Pak Pupung. Cuma kenal karena dia yang punya lahan saja. Setahu saya, sih, orangnya rajin shalat Subuh di masjid,” ujar Fariz.
Maryati menuturkan, korban dikenal suka shalat Subuh berjamaah bersama kedua tetangganya, yaitu Edi Santoso dan Hidayat. Ketiganya kerap shalat Subuh di Masjid Al Barkah, Jalan Karang Tengah, tak jauh dari lokasi rumah korban. Saking akrabnya, ketiganya diketahui memiliki grup Whatsapp bersama.
Sementara itu, Jani Ibrahim (38), marbot Masjid Al Barkah, mengatakan, korban memang hampir setiap hari shalat berjamaah di masjid tersebut. Tidak hanya shalat Subuh, korban juga kerap shalat Maghrib berjamaah di masjid itu. Seusai shalat, korban kerap minum kopi gratis yang disediakan marbot di luar masjid.
Korban juga kerap menyumbang gula, teh, dan kopi untuk keperluan jemaah dan marbot masjid. Saat mendengar informasi bahwa Edi Candra Purnama dan anaknya menjadi korban pembunuhan, masjid pun menyelenggarakan shalat Ghaib untuk mendoakan korban.
”Kemarin subuh ada shalat Ghaib berjamaah yang dilakukan untuk mendoakan korban karena pengurus masjid ini, kan, juga kenal sama korban,” ujar Jani.
Sebelumnya, Edi Candra Purnama dan anaknya, Muhammad Adi Pradana, ditemukan tewas terbakar di dalam mobil di kawasan Sukabumi, Jawa Barat.
Polisi sudah menetapkan dua tersangka yang terlibat dalam pembunuhan itu, yaitu istrinya, AK, dan anak tirinya. Informasi sementara, korban dibunuh di rumahnya di Lebak Bulus, lalu dibawa ke Cirendeu, Tangerang Selatan, sebelum dibakar di Sukabumi. Untuk mengeksekusi suami dan anak tirinya itu, tersangka membayar orang suruhan.
Kebakaran
Sebelum kasus pembunuhan itu terungkap, Sabtu (24/8/2019), rumah yang ditinggali Edi diketahui mengalami kebakaran di bagian balkon atas. Awalnya, kebakaran itu diketahui oleh tetangga sebelah rumahnya. Tetangganya itu langsung menelepon pemadam kebakaran dan ambulans. Saat terjadi kebakaran, rumah kosong. Tetangga kemudian menelepon istrinya untuk memberi tahu kejadian tersebut.
”Namun aneh, saat dikasih tahu kalau ada kebakaran, istrinya malah beralasan sedang terkena macet di jalan. Lalu, kami memaksanya untuk pulang. Cukup lama sampai akhirnya dia tiba di rumah,” kata Maryati.
Saat terjadi kebakaran, empat pemadam kebakaran tiba di lokasi untuk memadamkan api. Warga setempat hanya mengetahui informasi simpang siur mengenai penyebab kebakaran. Dari informasi, kebakaran disebabkan oleh stop kontak yang meleleh.