Kembangkan Jakarta Smart City, DKI Gandeng ”Start Up”
Konsep kota cerdas atau smart city di Jakarta berubah orientasi, dari awalnya baru sekadar memprioritaskan aplikasi pengaduan, kini tengah dikembangkan untuk mencakup seluruh aspek kehidupan warga melalui kolaborasi dengan pihak di luar pemerintahan.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
KOMPAS/AYU PRATIWI
Hingga Mei 2019, jumlah CCTV di Jakarta sebanyak 7.678 dan tersebar di seluruh tempat publik Ibu Kota. Informasi tentang sebaran CCTV itu dapat dilihat di situs smartcity.jakarta.go.id.
JAKARTA, KOMPAS — Konsep kota cerdas atau smart city di Jakarta berubah orientasi, dari awalnya baru sekadar memprioritaskan aplikasi pengaduan, kini tengah dikembangkan untuk mencakup seluruh aspek kehidupan warga melalui kolaborasi dengan pihak di luar pemerintahan. Saat ini, konsep itu sedang dalam pembangunan fondasi untuk segera diluncurkan.
Kepala Sub-Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Jakarta Smart City Billy Akadia mengatakan, selama lima tahun terakhir, prioritas Jakarta Smart City masih sebatas penyediaan aplikasi pengaduan.
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM
Kepala Sub-Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Pengelola Jakarta Smart City Billy Akadia di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Sementara Jakarta Smart City dengan konsep baru berusaha mewujudkan enam pilar Jakarta Smart City. Keenamnya adalah smart mobility, smart living, smart economy, smart governance, smart people, dan smart environment.
”Semua ini akan berusaha diwujudkan, tidak saja menyediakan aplikasi pengaduan,” katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, lanjut Billy, mengharapkan konsep Jakarta sebagai Smart City 4.0, yaitu lebih pada arah pemerintah kolaboratif, bukan sebagai fasilitator dan pemberi perintah saja. Untuk mewujudkan kolaborasi ini, Jakarta Smart City membuka pintu bagi semua start up atau usaha rintisan yang mempunyai ide untuk mengembangkan Jakarta Smart City.
Saat ini, sejumlah hasil kolaborasi ini sudah terlihat seperti Gowes, yaitu peminjaman sepeda di Bundaran Hotel Indonesia, pembayaran pajak melalui pasar dalam jaringan (daring) atau marketplace, maupun pengembangan peta petunjuk arah dalam bertransportasi umum Trafi.
Jakarta Smart City juga tengah menggagas platform Jakarta Kini (Jaki) yang mengintegrasikan seluruh situs dan aplikasi layanan publik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang saat ini masih terpisah-pisah.
Selain itu, juga menata penduduk di dunia maya dengan memberikan identitas kepada warga Jakarta di dunia maya. Ke depan, teknologi ini bisa meringkaskan beragam proses pelayanan publik.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Petugas melakukan perawatan rutin terhadap unit CCTV di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Senin (15/12/2014).
”Seperti kalau mau daftar program pemerintah, DP 0 Rupiah, misalnya, bisa dilakukan profiling lewat data yang sudah masuk,” ujarnya.
Bentuk kerja sama yang dipersiapkan lainnya antara lain aplikasi untuk pengendalian emisi dan teknologi pengenalan pelat kendaraan yang terhubung dengan basis data perpajakan daerah. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemasukan pajak karena selama ini masih ada pembayar pajak yang menunggak meskipun sudah diperingatkan.
Billy menyebutkan, untuk mewujudkan smart economy, pihaknya juga bekerja sama dengan start up yang saat ini sudah berstatus unicorn, bahkan decacorn. ”Sehingga kita tidak jadi penonton saja,” lanjutnya.
Kanal aduan
Kendati ada perubahan konsep, Billy memastikan kanal aduan tak akan ditutup. Bahkan, saat ini sudah ada 12 kanal aduan untuk masyarakat dengan waktu respons kurang dari dua jam. Jumlah pengaduan berkisar 300-500 aduan per hari.
Billy mengakui, penggunaan Qlue menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, menurut dia, hal itu bukan indikasi kemunduran dari konsep Smart City Jakarta. Sebab, selain 12 kanal itu, juga ada aduan langsung yang justru diminati masyarakat.
Kompas
Pembahasan tentang Qlue dalam bentuk paparan grafis pada April 2018.
Peneliti dan pengajar di Departemen Perencanaan Kota dan Realestat Universitas Tarumanagara, Suryono Herlambang, mengatakan, konsep smart city tak hanya cerdas, tetapi juga mendorong kota yang berkelanjutan.
Konsep ini artinya kota yang inovatif dalam penggunaan teknologi informatika dalam meningkatkan kualitas hidup dan efektivitas pengelolaan perkotaan, dari sisi ekonomi, lingkungan, hingga sisi sosial.