Rusun Harapan Warga Tak Mampu Punya Rumah
Pemerintah Kota Surabaya terus membangun rumah susun sewa (rusunawa) diperuntukkan bagi warga kurang mampu, termasuk korban kebakaran, penggusuran dan berpenghasilan upah minimum ke bawah. Hingga kini paling tidak sudah ada 5.000 antrean warga yang ingin tinggal sementara di rusunawa karena sewanya relatif murah.
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya terus membangun rumah susun sewa (rusunawa) diperuntukkan bagi warga kurang mampu, termasuk korban kebakaran, penggusuran dan berpenghasilan upah minimum ke bawah. Hingga kini paling tidak sudah ada 5.000 antrean warga yang ingin tinggal sementara di rusunawa karena sewanya relatif murah.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Selasa (27/8/2019) di Surabaya mengatakan, warga yang berpenghasilan UMK atau di bawahnya bisa menggunakan rumah susun sewa (rusunawa) yang dibangun Pemkot Surabaya.
Harga sewa mulai dari Rp 30.000 per bulan sehingga tidak membebani keuangan keluarga. Harga sewa tersebut hanya dibebankan untuk biaya perawatan.
“Harga sewa memang sangat murah agar penghuni bisa menabung untuk pembayaran uang muka pembelian rumah atau rumah susun,” katanya.
Saat ini, ada 18 unit rusunawa yang tersebar di berbagai lokasi di Surabaya. Tahun ini ada tiga unit rusunawa dengan kapasitas 350 kamar yang dibangun agar semakin banyak warga yang bisa tinggal di rumah yang layak dengan harga murah. Rusunawa ini ditargetkan bisa dihuni awal 2020.
“Ketentuan penghuni rusunawa adalah 10 persen bagi warga yang telah mengajukan permohonan, dan 10 persen lagi untuk mengantisipasi warga yang tinggal di saluran air, atau aset pemkot tanpa izin, serta sisanya untuk masyarakat berpenghasilan rendah,”ujar Risma
Presiden United Cities Local Goverment (UCLG) Asia Pacific mengatakan, peminat rusunawa di Surabaya sangat tinggi. Antrean warga yang ingin menghuni rusunawa mencapai 5.000 orang.
Untuk sementara, mereka yang antre masih tinggal di rumah orangtua atau indekos hingga bisa menghuni rusunawa. “Kami benar-benar menyeleksi calon penghuni termasuk pekerjaan, tempat tinggal dan penghasilan,” katanya.
Harga sewa memang sangat murah agar penghuni bisa menabung untuk pembayaran uang muka pembelian rumah atau rumah susun, kata Risma
Seluruh penghuni rununawa, lanjut Risma, harus mengikuti aturan yang ditetapkan. Bagi penghuni yang memiliki penghasilan lebih dari UMK dan memiliki mobil harus meninggalkan rusunawa karena dinilai masuk kelompok masyarakat mampu. “Kelompok masyarakat yang terkena penggusuran, pemulumg dan korban kebakaran menjadi prioritas untuk menempati rusunawa agar hidup mereka lebih baik,” ucapnya.
Bagi Miftaul Huda (33), penghuni rusun Tanah Merah Surabaya, diberi kesempatan tinggal di rusun sangat terbantu, meski pengahsilannya hanya sebesar upah minimum Kota Surabaya Rp 3,8 juta. Dengan sewa Rp 150.000 per bulan, ayah dua anak ini masih bisa menabung untuk uang muka rumah kelak, membeli rumah susun hak milik (rusunami).
"Tinggal di rusun sangat nyaman meski peraturan ketat. Jangan sampai ada penghuni yang memiliki kendaraan roda empat, pasti diusir. Syarat tinggal di rusunawa yang dikelola Pemkot Surabaya penghuni hanya diperbolehkan memiliki kendaraan roda dua," ujarnya.
Rusun berlantai lima tidak dilengkapi lift, sehingga penghuni tak perlu memasukkan barang atau perabotan ukuran besar. "Susahlah angkat barang apalagi tinggal di lantai paling atas," ujarnya sembari menambahkan semua unit di rusun ukuran sama yakni 5 x 6 meter atau 30 meter persegi.
Tinggal di rusun sangat nyaman meski peraturan ketat. Jangan sampai ada penghuni yang memiliki kendaraan roda empat, pasti diusir. Syarat tinggal di rusunawa yang dikelola Pemkot Surabaya penghuni hanya diperbolehkan memiliki kendaraan roda dua, Miftaul Huda
Harga tanah mahal
Terus menyediakan rusunawa bagi warga yang tak mampu menurut Kepala Bappeko Surabaya Ery Cahyadi, karena warga yang berpenghasilan rendah tidak mungkin bisa memiliki rumah di kota ini. Harga tanah terus melambung sehingga kian tak terjangkau.
Saat ini pemkot sedang membangun tiga rusunawa yakni Indrapura dengan kapasitas 150 unit, Babat Jerawat kapasitas 100 unit dan Gunung Anyar kapasitas 100 unit. Ditargetkan akhir tahun ini ketiga rusunawa tuntas dikerjakan dan awal tahun bisa ditempati.Kehadiran tiga rusnawa ini melengkapi 18 rusunawa yang sudah dan selama ini dikelola Dinas Bangunan dan Tanah.
“Ketentuan penghuni rusunawa adalah 10 persen bagi warga yang telah mengajukan permohonan, dan 10 persen lagi untuk mengantisipasi warga yang tinggal di saluran air, pinggir sungai atau aset pemkot tanpa izin, serta sisanya untuk masyarakat berpenghasilan rendah,”ujar Risma.
Mengutamakan pembangunan rusun menurut Risma, karena sejak 1995- an, kota berpenduduk 3,2 juta jiwa ini tak lagi ada pengembang yang menyediakan rumah bersubsidi. Harga tanah yang tinggi membuat harga jual rumah melebihi batas tertinggi rumah bersubsidi sebesar Rp 140 juta. Bahkan di daerah sekitar Surabaya, seperti Gresik, rumah bersubsidi makin sulit ditemukan. Rumah susun sewa sederhana menjadi solusi alternatif.
Direktur PT Jatim Grha Utama Muh Rudiansyah mengatakan, pengembang sudah tidak bisa lagi membangun rumah bersubsidi di Surabaya. Sebab lahan yang tersedia semakin sempit sehingga harga tanah terus naik, mencapai rata-rata Rp 3 juta per meter persegi.
Bahkan di Gresik, pihaknya tidak lagi membangun rumah bersubsidi sejak 2017. Pada saat itu, harga rumah bersubsidi di Menganti, Gresik, ukuran 30/72 dipatok harga Rp 144 juta per unit. “Sejak 2018 harga rumah terkecil ukuran 36/72 dijual seharga Rp 270 juta per unit, melebihi batas atas rumah bersubsidi,” katanya.
Dengan harga tersebut, lanjut Rudiansyah, kualitas bangunan sudah cukup baik dengan menggunakan atap galvalum. Pengembang tidak bisa menekan harga lebih rendah karena harga tanah, bahan bangunan, serta upah pekerja yang terus meningkat.
“Surabaya sangat tidak mungkin menyediakan rumah tapak bersubsidi meskipun tipe kecil karena harga tanah sangat mahal. Lebih memungkinkan konsumen membeli rumah susun karena harganya lebih terjangkau,” ujarnya.
Di Surabaya, harga rumah tapak paling murah berkisar Rp 800 juta per unit. Cicilan yang ditawarkan sekitar Rp 5 juta per bulan. Cicilan sebesar ini mustahil bisa dijangkau oleh warga berpenghasilan upah minimum kota sebesar Rp 3,8 juta per bulan.
Baca juga : Aturan Pengelolaan Rumah Susun Masih Diabaikan
Pekerja swasta di Surabaya, Peni Widarti (33) mengatakan, harga rumah di Surabaya sudah tidak terjangkau. Oleh sebab itu, dia memilih membeli rumah di Menganti, Gresik, seharga Rp 550 juta per unit karena lebih terjangkau.
“Tidak sanggup kalau beli rumah di Surabaya. Lebih baik agak jauh tetapi harganya terjangkau,” kata Peni yang penghasilannya per bulan di atas UMK.
Sedangkan Anggi (25) memilih indekos di Surabaya. Dia belum mampu membeli rumah karena harganya dinilai masih sangat mahal. Jika indekos di luar Surabaya, dia harus menambah biaya transportasi sehingga pengeluarannya meningkat.
Tidak sanggup kalau beli rumah di Surabaya. Lebih baik agak jauh tetapi harganya terjangkau, kata Peni
Banyak fasilitas
Menurut Direktur Utama PT Muara Artha Purnama (MAP), pengembang Perumahan Green Lake Natural Living di Wonorejo, Teguh Prihandoko, harga rumah paling murah yang ditawarkan pengembang dengan luas 72 meter persegi di kawasan timur Surabaya Rp 830 juta hingga Rp 1,1 miliar. “Untuk menarik pembeli, kami memberikan bonus,” katanya.
Kawasan perumahan di atas areal seluas 5 hektar benar-benar diciptakan jadi kawasan hijau, karena lokasinya tak jauh dari Hutan Raya Mangrove Wonorejo. Kami juga harus membuat kawasan asri dan teduh untuk mengimbangi hijaunya seluruh wilayah Kota Surabaya, Teguh Prihandoko
Semakin pesatnya perkembangan Kota Surabaya membuat arus urbanisasi semakin tinggi pula. Dampaknya penduduk Surabaya terus meningkat setiap tahun sehingga kebutuhan rumah pun tinggi. "Kami beri kemudahan dan keringanan bagi pembeli, termasuk menawarkan berbagai promo rumah murah meski lokasinya di Surabaya," kata Teguh.
Rumah di Perumahan Green Lake juga menawarkan hunian rumah dengan konsep minimalis modern dengan berbagai fasilitas layaknya perumahan mewah, tapi harga terjangkau. Hampir semua rumah berlantai dua. "Desain bangunan dibuat sederhana dan memastikan penghuninya hidup nyaman dan sehat, karena sirkulasi udara terjaga baik dengan membuat plafon tinggi yakni 4,5 meter," ujar Teguh.
Khusus pembangunan tahap 5 menurut Teguh, agak istimewa karena lebar jalan 7 meter dan dilengkapi taman, kolam mini serta jogging track, dan taman bermain untuk anak-anak. "Kawasan perumahan di atas areal seluas 5 hektar benar-benar diciptakan jadi kawasan hijau, karena lokasinya tak jauh dari Hutan Raya Mangrove Wonorejo. Kami juga harus membuat kawasan rapi dan teduh untuk mengimbangi hijaunya seluruh wilayah Kota Surabaya," begitu kata Teguh.
Baca juga : Hutan Raya Mangrove Penyejuk Kota Surabaya