Melimpahnya hasil produksi pada saat panen raya membuat harga bawang merah di Kabupaten Brebes, Jateng anjlok. Kendati harganya rendah, kebanyakan petani memiliki kecenderungan untuk segera menjual bawang merah mereka karena takut harga semakin merosot dan kualitas bawang merah mereka menurun.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — Melimpahnya hasil produksi pada saat panen raya membuat harga bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, anjlok. Kendati harganya rendah, kebanyakan petani memiliki kecenderungan untuk segera menjual bawang merah mereka karena takut harga semakin merosot dan kualitas bawang merah mereka menurun.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes menyebutkan, hasil panen bawang merah pada Juli-Agustus mencapai 30.000 ton. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat karena masih ada beberapa kecamatan yang belum panen. Hal ini membuat sebagian petani yang sudah panen ingin segera menjual bawang merah mereka karena takut jumlah bawang merah di pasaran semakin banyak.
”Kalau saya menunda penjualan risikonya ada dua, yakni semakin banyak bawang yang beredar di pasaran dan kualitas bawang terancam turun. Sebab, saya tidak punya tempat penyimpanan khusus untuk menahan laju penurunan kualitas bawang,” kata Yanto (39), salah satu petani bawang merah saat ditemui Selasa (27/8/2019) di Desa Padasugih, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.
Yanto menuturkan, saat sedang panen raya seperti ini, dirinya pasrah dengan harga yang ditawarkan pembelinya. Saat panen raya ini, Yanto harus rela menjual bawang merah kualitas super miliknya dengan harga Rp 10.000 per kilogram. Normalnya, harga bawang merah kualitas super Rp 15.000-Rp 17.000 per kilogram. Menurut dia, harga tersebut bisa lebih rendah apabila jumlah barang yang beredar di pasaran lebih banyak.
Tarjono (49), salah satu petani bawang merah di Desa Krasak, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, mengatakan, tanpa adanya tempat penyimpanan khusus, penyusutan bawang merah yang terjadi hampir 1 persen setiap hari.
Gudang khusus
Tarjono berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan berupa pembuatan gudang khusus yang bisa digunakan petani untuk menyimpan sebagian bawang merah mereka. Dengan demikian, saat harga bawang merah sedang bergejolak seperti sekarang ini, petani bisa menunda penjualan tanpa harus khawatir bawang merahnya mengalami penyusutan.
Di Kabupaten Brebes, saat ini ada dua gudang khusus bawang merah dalam skala besar. Dua gudang tersebut merupakan milik Perum Bulog Subdivisi Regional Pekalongan dengan daya tampung sekitar 260 ton serta Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kabupaten Brebes dengan daya tampung 65 ton. Kedua gudang tersebut menggunakan sistem pengondisian udara atau controlled atmosphere storage (CAS).
Kepala Gudang Bulog Subdivre Pekalongan di Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Wahyu Tri Utomo mengatakan, gudang Bulog Klampok bisa menyimpan bawang merah dalam jangka waktu 3-6 bulan dengan angka hilang susut kurang dari 10 persen. Saat ini, Bulog sedang menguji coba mesin-mesin CAS tersebut. Uji coba tersebut ditargetkan selesai pada akhir 2019.
”Saat ini, kami baru bisa menyerap sekitar 195 ton bawang merah. Harapannya, tahun 2020 nanti, kami sudah bisa menyerap hingga 260 ton bawang merah dari petani,” kata Wahyu.
Saat ini, kami baru bisa menyerap sekitar 195 ton bawang merah. Harapannya, tahun 2020 nanti, kami sudah bisa menyerap hingga 260 ton bawang merah dari petani.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes Tanti Palupi mengatakan, selain diperlukan petani untuk menekan laju penyusutan bawang merah, gudang juga bisa digunakan untuk menyerap produk petani bawang merah saat stok sedang melimpah seperti sekarang ini. Dengan demikian, ke depan, stok bawang merah terjaga dan gejolak harga bawang merah tidak terjadi.
Strategi lain
Tanti menuturkan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes memiliki beberapa cara untuk mengatasi gejolak harga saat panen raya tiba. Strategi tersebut antara lain sosialisasi kepada petani untuk menggunakan sebagian hasil panen yang kualitasnya bagus untuk bibit pada masa tanam selanjutnya. Selain digunakan sendiri, bibit tersebut juga bisa dijual.
"Kami juga menyarankan kepada pelaku usaha pengolahan bawang merah untuk membeli bahan baku lebih banyak. Dengan begitu, sektor usaha pengolahan bawang merah juga bisa berkontribusi menyerap hasil panen raya," tutur Tanti.
Tanti mengungkapkan, selama ini sektor usaha pengolahan bawang merah menyerap sekitar 25 persen dari produksi bawang merah di Kabupaten Brebes. Tak hanya itu, tahun ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes sedang menyelesaikan dokumen perjanjian ekspor bawang merah ke Arab Saudi. Potensi ekspor bawang merah ke Arab Saudi tersebut mencapai 15 ton per bulan. Kesempatan itu diharapakan bisa menaikkan tingkat penyerapan bawang merah petani Brebes.
"Selain itu, pengaturan pola tanam juga selalu kami sosialisasikan. Mayoritas petani saat ini masih menanam bawang merah pada musim tanam. Hal itu menyebabkan panen bawang merah terjadi bersamaan," imbuh Tanti.
Menurut Tanti, saat ini baru sekitar 20 persen petani yang mau menanam bawang merah di luar masa tanam. Padahal, penanaman bawang merah pada waktu bersamaan akan menyebabkan panen pada waktu yang bersamaan juga. Jika masa tanam terjadi sepanjang tahun, panen bawang merah juga bisa terjadi sepanjang tahun.