Penelitian Bajakah sebagai Obat Antikanker Masih Panjang dan Rumit
Oleh
Dionisia Arlinta
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Penelitian terhadap potensi bajakah yang diklaim sebagai obat antikanker diharapkan bisa dikembangkan sampai tahap hilirisasi. Penelitian tersebut masih memerlukan proses yang panjang dan rumit. Untuk itu, kolaborasi mutlak dibutuhkan dari berbagai pihak, mulai dari akademisi, para ahli, pemerintah, dan instansi terkait.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Siswanto di Jakarta, Senin (26/8/2019) mengungkapkan, efektivitas bajakah harus dipastikan melalui sejumlah penelitian lanjutan, yakni dengan uji praklinik dan uji klinik. Apabila telah terbukti, peran industri pun dibutuhkan agar hasil penelitian tersebut bisa diproduksi secara masal dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
“Pemerintah terus dorong penelitian bajakah agar bisa sampai pada tahap hilirisasi. Oleh karena itu, kita harus kerja bersama, baik dari peneliti yang menemukan potensi bajakah ini, para peneliti ahli lain, pemerintah, juga industri,” ujarnya.
Bajakah yang digadang-gandang mampu menjadi obat antikanker diteliti oleh tiga siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimatan Tengah. Tiga peneliti tersebut yaitu Yajid Rafli Akbar (16), Anggina Rafitri (17), dan Aysa Aurealya Maharani (17). Dari penelitian berjudul “Bajakah Tunggal: Obat Kanker dari Alam” yang dilakukan tersebut, mereka berhasil memeroleh medali emas untuk bidang ilmu hayati pada Olimpiade Penemuan Kreatif Sedunia 2019 di Seoul, Korea Selatan (Kompas, 20/8/2019).
Aysa menuturkan, penelitian yang dilakukan bersama rekan-rekannya tersebut untuk membuktikan secara ilmiah manfaat bajakah yang sudah lama digunakan oleh masyarakat lokal. Tanaman herbal ini dipercaya sebagai obat untuk berbagai macam penyakit, termasuk kanker.
Dalam proses penelitian, larutan bajakah diberikan kepada mencit (tikus putih) yang telah dikondisikan memiliki tumor. Selama tiga bulan, tumor pada mencit tersebut ternyata hilang. Dari hasil inilah, penelitian ini dinilai memiliki potensi tinggi untuk bisa dimanfaatkan ke manusia.
Penelitian yang dilakukan tiga siswa di Palangkaraya masih dalam skala laboratorium sehingga masih perlu dicari titik efikasi (tujuan) dari potensi yang diinginkan
Meski begitu, Staf Khusus Bidang Peningkatan Pelayanan Kementerian Kesehatan, Akmal Taher menilai, manfaat kandungan bajakah masih perlu dibuktikan dengan metodologi penelitian selanjutnya. Jika sudah dibutkikan secara ilmiah, obat tersebut bisa diklaim aman dan berkhasiat untuk dikonsumsi.
“Penelitian yang dilakukan tiga siswa di Palangkaraya masih dalam skala laboratorium sehingga masih perlu dicari titik efikasi (tujuan) dari potensi yang diinginkan. Dalam melakukan penelitian terhadap produk obat perlu dilihat dari dua aspek, yaitu aspek keamanan dan khasiatannya. Karena penelitian ini belum sampai tahap itu jadi belum bisa diklaim,” ujarnya.
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek menuturkan, Kementerian Kesehatan membuka peluang kerja sama untuk bisa mengembangkan penelitian terhadap akar bajakah ke tahap lebih lanjut. Kemenkes pun berkomitmen untuk bisa mengawal penelitian tersebut sampai hilirisasi agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.