Dibutuhkan, Buku Teks Bahasa Inggris Berkonteks Lokal
Mempelajari bahasa Inggris tidak berarti menghilangkan bahasa nasional dan bahasa daerah. Karena itu, buku-buku teks bahasa Inggris sebaiknya mengandung konteks lokal.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Direktur British Council (Lembaga Kebudayaan Inggris) Paul Smith berfoto bersama sivitas akademika Universitas Darussalam Gontor di Ponorofo, Jawa Timur, Senin (26/8/2019). Ia memberi pidato bahwa Bahasa Inggris adalah milik dunia, termasuk Indonesia. Penguasaannya membuka pintu akses kepada ragam pengetahuan dan pendidikan tinggi yang luas.
PONOROGO, KOMPAS — Para santri diharapkan bisa menguasai bahasa Inggris agar bisa mengakses lebih banyak bahan bacaan serta membuka kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih lanjut. Bahasa Inggris yang diajarkan juga harus mulai menggunakan konteks lokal agar bisa menjadi milik masyarakat Indonesia.
"Tidak satu negara pun bisa mengklaim bahasa Inggris adalah miliknya, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Australia. Bahasa Inggris adalah bahasa dunia yang melampaui batas geografis dan politik," kata Paul Smith, Direktur British Council (Lembaga Kebudayaan Inggris) ketika memberi sambutan di hadapan santri beserta sivitas akademika Pondok Modern Darussalam Gontor dan Universitas Darussalam Gontor (Unida) di Ponorogo, Jawa Timur, Senin (26/8/2019).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut alumnus Gontor yang juga novelis Ahmad Fuadi. Ia juga menuturkan pentingnya membuat buku-buku teks bahasa Inggris yang mengandung konteks lokal. Selama ini, buku teks bahasa Inggris yang dipakai di sekolah, termasuk pesantren, masih terpaut pada budaya Inggris dan Amerika Serikat. Padahal, dengan konteks lokal, masyarakat Indonesia juga merasa turut memiliki bahasa Inggris.
Selama ini, buku teks bahasa Inggris yang dipakai di sekolah, termasuk pesantren, masih terpaut pada budaya Inggris dan Amerika Serikat.
Selain itu, buku-buku ini juga bisa dijadikan bahan untuk mempelajari Indonesia oleh siswa-siswa di negara lain. Smith mengutarakan pentingnya Indonesia dikenal dunia dari segi budaya yang komprehensif. Memang terdapat kasus-kasus intoleransi, tetapi dari tataran umum Indonesia berhasil melaksanakan demokrasi, merayakan keragaman, dan menjadikan toleransi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Ia menerangkan, semua orang bisa mendapat manfaat dari bahasa Inggris seperti mereka menerima manfaat ketika menguasai matematika dan teknologi informasi. Bahasa Inggris adalah bahasa resmi untuk bidang kesehatan, sains, hukum, dan berbagai jenis profesi.
Bahkan, penelitian British Council mengungkapkan, di negara-negara yang bahasa nasionalnya bukan bahasa Inggris, orang-orang yang bisa berbahasa Inggris memperoleh pendapatan minimal 15 persen lebih besar dari mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris. Hal ini karena penguasaan bahasa Inggris memungkinkan mereka mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Oleh sebab itu, British Council meluncurkan program "English for Indonesia" untuk membuka kesempatan bagi publik belajar bahasa Inggris melalui media sosial. Wujudnya mulai dari modul yang bisa diunduh, permainan kata, hingga siaran radio di internet. Lembaga ini juga bekerja sama dengan berbagai pihak seperti pemerintah provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, juga termasuk lembaga pendidikan seperti pesantren Gontor untuk membangun sistem pelatihan bahasa Inggris.
British Council meluncurkan program "English for Indonesia" untuk membuka kesempatan bagi publik belajar bahasa Inggris melalui media sosial.
Identitas
Smith menjelaskan, bahasa adalah ekspresi dari perasaan, pikiran, dan budaya setiap individu. Mempelajari bahasa asing tidak berarti menghilangkan bahasa nasional dan bahasa daerah. Justru, bahasa asing menambah kompetensi individu serta kesempatan untuk mengakses informasi lebih luas dan pilihan sekolah lebih banyak bagi orang yang melanjutkan pendidikan ke negara-negara lain.
Sebelumnya, pada Minggu malam ia juga berdialog dengan para santri. Salah satu santri menanyakan apabila ia harus memantapkan logat Inggris atau pun Amerika Serikat agar bisa dinilai fasih berbahasa Inggris.
"Logat adalah identitas masing-masing. Tidak ada tuntutan untuk mengubah logat ketika belajar bahasa Inggris, yang penting pengucapannya jelas dan dipahami oleh lawan bicara. Berbicaralah dengan bahasa Inggris sesuai kepribadian kita sendiri. Tidak perlu sungkan karena penutur bahasa Inggris dari berbagai belahan dunia dengan beragam keunikan logat," jawab Smith.
Wakil Rektor Unida Gontor Hamid Fahmy Zarkasyi mengatakan, kendala pemelajaran bahasa Inggris adalah pendekatan yang amat formal, fokusnya kepada menulis kalimat dengan tata bahasa benar. Sebaliknya, keterampilan membaca, mendengar, dan berbicara belum digarap secara maksimal.
Kendala pemelajaran bahasa Inggris adalah pendekatan yang amat formal, fokusnya kepada menulis kalimat dengan tata bahasa benar.
"Harapannya dengan ada pendekatan English for Indonesia yang lebih rileks ini para santri dan mahasiswa bisa senang belajar Bahasa Inggris. Jika senang, motivasi untuk mendalami pemelajaran akan timbul dengan sendirinya," ucapnya.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Rektor Universitas Darussalam Gontor Amal Fathullah Zarkasyi di Ponorogo, Jawa Timur, Senin (26/8/2019).
Sementara, Rektor Unida Gontor Amal Fathullah Zarkasyi menerangkan bahwa kemampuan membaca berbagai teks dari banyak persepsi memungkinkan santri membentuk wawasan keislaman yang mantap. Artinya memahami latar belakang berbagai perbedaan sehingga timbul saling menghargai, sekaligus memiliki pendirian yang tidak goyah diseret arus.