Pabrik plywood di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah manfaatkan pohon sengon dari hutan kemasyarakatan dan hutan desa sekitar sebagai bahan baku. Sedikitnya pabrik tersebut bisa menghasilkan 10.000 meter kubik kayu olahan per bulan yang dikirim ke Jepang dan Amerika.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS - Pabrik plywood di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah manfaatkan pohon sengon dari hutan kemasyarakatan dan hutan desa sekitar sebagai bahan baku. Sedikitnya pabrik tersebut bisa menghasilkan 10.000 meter kubik kayu olahan per bulan yang dikirim ke Jepang dan Amerika.
Pada Senin (26/8/2019), Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) RI Nazir Foead melakukan kunjungan ke pabrik milik PT Naga Bhuana Aneka Piranti di Kabupaten Pulang Pisau. Kunjungan tersebut sekaligus memastikan komitmen perusahaan untuk bekerja sama dengan masyarakat sekitar dalam memasok bahan baku.
Yorlin (62), Ketua Kelompok Tani Hapakat di Kelurahan Kalawa, Kecamatan Kahayan Hilir, mengungkapkan, pihaknya sudah menyiapkan lahan seluas lima hektar dengan total 5.500 batang pohon sengon berumur 10 bulan. Pohon-pohon itu nantinya akan disuplai ke pabrik plywood perusahaan tersebut.
Kelompok Tani Hapakat memiliki 15 anggota. Lahan yang disiapkan merupakan milik masyarakat yang selama ini tidak bisa dikelola karena keterbatasan anggaran. Namun, BRG RI melalui program revitalisasi membantu membuka lahan mereka tanpa bakar hingga pemberian bibit sengon gratis.
"Memang sebelumnya sudah ada yang nanam sengon tetapi untuk pabrik di Banjarmasin, sekarang sudah ada yang dekat jadi gak repot seperti dulu," ungkap Yorlin.
Selain lahan milik masyarakat, perusahaan juga bekerja sama dengan pengelola hutan kemasyarakatan dan hutan desa di Pulang Pisau. Kerja sama langsung dilakukan antara warga desa dengan perusahaan.
Memang sebelumnya sudah ada yang nanam sengon tetapi untuk pabrik di Banjarmasin, sekarang sudah ada yang dekat jadi gak repot seperti dulu, ungkap Yorlin.
Lima lapis
Advisor PT Naga Bhuana Aneka Piranti Budi Santoso mengungkapkan, pihaknya akan mulai memproduksi plywood pada September mendatang. Pabrik tersebut akan memproduksi papan plywood lima lapis yang sudah dipesan Jepang dan Amerika.
"Kami tidak hanya menggunakan sengon saja, tetapi juga meranti campuran. Sengon digunakan untuk lapisan dalam papan," kata Budi.
Budi menambahkan, dari target produksi 10.000 meter kubik papan per bulan bisa membutuhkan kayu sengon bulat sebanyak dua 5.000-6.000 meter kubik per bulannya. Pihaknya hanya mengandalkan kebun masyarakat dan tidak mengambil kayu dari hutan lain.
"Kami juga akan menyerap tenaga kerja dari wilayah sekitar. Sedikitnya di bagian veneer preparation itu butuh 600 orang, belum bagian teknis lain," kata Budi.
Bupati Pulang Pisau Edy Pratowo berharap kehadiran pabrik yang baru disahkan pada Mei lalu itu bisa membawa kesejahteraan masyarakat. Pasalnya selama ini masyarakat banyak memilih sengon untuk dikirim keluar dari Kalteng.
"Ini sudah ada perjanjian kolaborasi jadi kami berharap masyarakat bisa lebih sejahtera karena ada pabrik ini," kata Edy.
Senada dengan hal itu, Nazir Foead menyampaikan, sengon merupakan salah satu komoditas yang digemari. Namun, pada dasarnya lahan gambut tersebut ditanami berbagai komoditas endemik gambut.
"Kelompok tani ini menjadi model dan membuat kelompok lainnya mengikuti, sehingga lahan tidur yang selama ini terbakar menjadi produktif," tambah Nazir.
Selama ini, kebakaran hutan dan lahan di Kalteng sebagian besar terjadi di lahan gambut yang tidak dikelola atau lahan tidur. Selama Agustus 2019 sedikitnya 2.979,81 hektar lahan terbakar di Kalteng.
Ini sudah ada perjanjian kolaborasi jadi kami berharap masyarakat bisa lebih sejahtera karena ada pabrik ini, kata Edy.
"Revitalisasi adalah satu dari tiga upaya BRG dalam merestorasi, tidak hanya membasahi lahan tetapi gambutnya dikelola untuk mendatangkan kesejahteraan," tambah Nazir.