Satu dekade berlalu sejak Jose Mourinho membawa Inter Milan menjadi juara Serie A musim 2009-2010. Sepuluh pelatih telah menempati kursi panas yang ditingggalkan Mou, tanpa hasil berarti. Kini beban itu berada di tangan Antonio Conte, mantan pelatih dan legenda Juventus, pesaing terberat Inter merebut gelar juara Serie A
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
MILAN, SENIN — Manajer baru Inter Milan Antonio Conte memiliki ambisi besar untuk membawa Inter meraih trofi Liga Italia untuk pertama kali dalam satu dekade. Sebagai langkah awal, ia harus bisa mengalahkan klub masa kecilnya, Lecce di Stadion San Siro, Milan, Selasa (27/8/2019) pukul 01.45 WIB.
Setelah ditinggalkan Jose Mourinho pada 2010, Inter tidak memiliki pelatih yang mampu memberikan gelar juara Liga Italia. Alhasil, mereka melakukan banyak pergantian pelatih, mulai dari Rafael Benitez, Leonardo, Gian Piero Gasperini, Claudio Ranieri, Andrea Stramaccioni, Walter Mazzarri, Roberto Mancini, Frank de Boer, Stefano Pioli, hingga Luciano Spalletti.
Kini, kursi panas tersebut sedang diduduki Conte, legenda dan mantan pelatih klub rival Inter, Juventus. Conte tidak bisa duduk nyaman di sana karena klub rival telah melaju. Juventus dan Napoli sama-sama meraih poin penuh di laga perdana. Satu-satunya cara agar Inter dapat bersaing di papan atas yakni mengalahkan tim promosi Lecce.
“Jelas masih ada celah (pada Juventus dan Napoli). Kami masih bisa mengejar dengan bekerja secara benar,” kata Conte.
Conte sangat diharapkan pendukung Inter untuk bisa sukses seperti ketika melatih klub rival, Juventus. Ia mampu memberikan gelar juara Liga Italia secara berturut-turut pada 2012 hingga 2014. Conte juga berhasil meraih gelar juara Liga Inggris bersama Chelsea pada 2017.
Untuk mewujudkan ambisi tersebut, Conte diberikan modal hingga 155 juta euro (Rp 2,4 triliun) untuk mendatangkan 11 pemain baru oleh pemilik klub dari China, grup Suning. Salah satu pemain tersebut yakni penyerang Belgia Romelu Lukaku yang memecahkan rekor transfer klub. Ia dibeli dari Manchester United dengan harga 65 juta euro (Rp 1 triliun).
Conte adalah penggemar berat Lukaku. Ia telah menginginkannya sejak masih melatih Chelsea. Conte menganggap pemain 26 tahun berpotensi menjadi pemain penting dalam skema permainannya.
“Romelu (Lukaku) telah datang dengan penuh semangat. Dia anak cerdas dan siap masuk tim. Ia selalu bekerja keras dan terus berkembang,” ujar Conte.
Conte sangat diharapkan pendukung Inter untuk bisa sukses seperti ketika melatih klub rival, Juventus
Kedatangan Lukaku membuat situasi penyerang Argentina Mauro Icardi menjadi semakin tidak jelas. Setelah mengalami konflik dengan klub karena masalah kontrak, ia kehilangan ban kapten dan nomor punggung. Icardi harus rela memberikan nomor punggung 9 ke Lukaku.
Karena tak kunjung memperoleh klub baru, Icardi harus rela bertahan di Inter dengan mengenakan nomor punggung 7. Sebelumnya, nomor tersebut digunakan pemain muda Yann Karamoah yang pada musim ini dipinjamkan ke Parma.
Meskipun masih terlibat konflik dengan klub, Conte tetap menghormati Icardi sebagai pemainnya dan merasa tidak terganggu. “Saya menghormati semua orang, tetapi dari sudut pandang saya,” ujar Conte.
Pertandingan perdana Inter sangat berkesan bagi Conte karena akan menghadapi klub dari kota kelahirannya. Lecce merupakan klub pertama Conte ketika masih aktif menjadi pemain sebelum hengkang ke Juventus. Meskipun demikian, ia tetap akan berusaha mengejar kemenangan demi berada di papan atas.
“Saya lahir di Lecce dan kota ini ada di hati saya. Ini akan menjadi pertandingan yang menarik dan saya senang bisa menghadapi Lecce di Serie A,” ujarnya.
Dalam pertandingan ini, Inter diprediksi akan mengalahkan Lecce dengan mudah. Selama 15 kali bertemu Lecce di San Siro, Inter mampu memenangi 14 pertandingan. Satu-satunya kemenangan Lecce terjadi pada November 2000 dengan skor 1-0.
Meskipun tidak diunggulkan dalam pertandingan ini, Lecce bisa menjadi batu sandungan Inter. Mereka adalah tim promosi yang sedang bersemangat untuk memulai debut di kasta tertinggi.
Presiden Lecce Saverio Sticchi Damiani menegaskan, timnya tidak memiliki beban saat melawan Inter. Ia pun bergurau, satu pemain Inter memiliki harga setara dengan seluruh pemain Lecce. Dengan situasi itu, timnya dapat bermain dengan lepas karena tidak terbebani untuk mengejar kemenangan.
Ia menganggap timnya masih belum terlalu kuat karena promosinya Lecce pada musim lalu dianggap Damiani terlalu cepat. “Kami tidak mengira dapat kembali ke Serie A dan ini tiga tahun lebih cepat dari target kami,” kata Damiani kepada media Italia, La Gazzetta dello Sport.
Lecce cukup memberikan kejutan karena pada 2015 masih berada di Seri C. Namun, mereka mampu promosi dalam dua tahun terakhir secara berturut-turut.
“Setelah dua promosi secara berturut-turut, kami merasa puas menjadi protagonis di Serie A. Setahun yang lalu, ketika kami masih anak baru di Serie B, kami memiliki target untuk naik ke papan atas dalam tiga hingga lima musim,” kata Damiani. (AFP)