Dua Kapal Perang Jaga Lokasi Kebakaran KM Santika Nusantara
KRI Ahmad Yani-351 dan KRI Karel Satsuit Tubun-356 dari Satuan Kapal Eskorta Komando Armada II saat ini berada di perairan Kepulauan Masalembu, Laut Jawa, untuk pengamanan lokasi kebakaran KM Santika Nusantara.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Panglima Komando Armada II Laksamana Muda Mintoro Yulianto memerintahkan pengiriman dua bahtera tempur untuk patroli keamanan di lokasi kebakaran KM Santika Nusantara di perairan tenggara Kepulauan Masalembu, Laut Jawa, Jawa Timur. Kapal yang dikirim adalah KRI Ahmad Yani (AMY-351) dan KRI Karel Satsuit Tubun (KST-356). Kedua kapal perang itu diperintahkan menjaga lokasi tenggelamnya KM Santika Nusantara yang terbakar pada Kamis (22/8/2019).
”Bangkai KM Santika Nusantara tidak tampak lagi dan diperkirakan tenggelam dan terbawa arus laut,” ujar Komandan KST-356 Kolonel Laut (P) Lukman Kharis dalam rilis dari Dinas Penerangan Komando Armada II, Minggu (25/8).
Menurut Lukman, lokasi kebakaran KM Santika Nusantara perlu dijaga untuk menjamin keamanan navigasi laut. Jangan sampai bangkai kapal motor itu membahayakan lalu lintas laut.
Bangkai KM Santika Nusantara tidak tampak lagi dan diperkirakan tenggelam dan terbawa arus laut.
”Posisi bangkai saat ini belum diketahui secara pasti,” kata Lukman. KM Santika Nusantara berjenis roll on roll off atau ro-ro. Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Jawa Timur, tujuan Pelabuhan Semayang di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Lukman mengatakan, selain pengamanan, kedua kapal perang Angkatan Laut itu juga diperintahkan membantu Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dalam operasi pencarian dan pertolongan (SAR) terhadap para korban yang mungkin masih ada dalam kondisi hidup atau mati.
”Mengingat data penumpang ternyata berbeda dibandingkan dengan manifes,” ujar Lukman.
Berdasarkan manifes yang diserahkan PT Jembatan Nusantara kepada Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak, KM Santika Nusantara mengangkut 111 penumpang, 84 kendaraan, dan kru. Namun, selanjutnya, operator bahtera antarpulau itu menyusulkan data tambahan bahwa jumlah penumpang dan anak buah kapal menjadi 277 orang.
”Namun, hingga Minggu sore pukul 13.45, kami telah mengevakuasi 311 orang yang tiga di antaranya dalam kondisi meninggal,” kata Kepala Subdirektorat Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi SAR Agus Haryono.
Tujuh hari
Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian penumpang Kapal Motor Santika Nusantara. Menurut Kepala Kantor SAR Surabaya Prasetya Budiarto, pencarian korban melibatkan tim dari Kantor SAR Surabaya, Kantor SAR Banjarmasin, TNI AL, dan nelayan di sekitar perairan Masalembu. Pencarian korban direncanakan berlangsung hingga Rabu (28/8/2019) atau tujuh hari setelah kejadian. Pencarian telah dimulai sejak Kamis (22/8).
”Jika sudah tidak ada lagi laporan kehilangan dari penumpang atau keluarga penumpang, pencarian akan dihentikan,” katanya.
Saat ini, Tim SAR gabungan masih menyisir perairan di sekitar lokasi kebakaran kapal yang berada sekitar 13 kilometer arah tenggara Pulau Masalembu. Mereka belum bisa melakukan pencarian di dalam kapal karena kapal masih panas. Tim baru bisa menyisir area kapal setelah dilakukan pendinginan.
”Kami belum mengetahui jumlah pasti korban yang masih hilang, tetapi sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP), pencarian akan tetap dilakukan setidaknya selama tujuh hari,” ujar Prasetya.
Jika sudah tidak ada lagi laporan kehilangan dari penumpang atau keluarga penumpang, pencarian akan dihentikan.
Adapun hingga Minggu pukul 14.00, penumpang yang sudah dievakuasi sebanyak 309 orang, 3 di antaranya meninggal. Korban meninggal, yakni 2 awak kapal bernama Asfani dan Bekti Tri S serta seorang penumpang bernama Wiji asal Blora. Semua penumpang yang ditemukan telah berada di Surabaya.
Manajer PT Jembatan Nusantara yang mengoperasikan KM Santika Nusantara Sutarto mengatakan, kapal akan ditarik ke Gresik untuk memudahkan penyelidikan yang akan dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). ”Kami menyerahkan penyelidikan sepenuhnya kepada KNKT,” ujarnya.
Tabrakan kapal
Sementara proses evakuasi penumpang KM Santika Nusantara di perairan Masalembu, masih di perairan yang sama, terjadi tabrakan dua perahu nelayan. Tabrakan terjadi pada Minggu sekitar pukul 03.00. Kejadian itu mengakibatkan dua orang meninggal, yakni Sutayip dan Atnawi.
Taruna siaga bencana Masalembu, Syaiful Bahri, mengatakan, tabrakan terjadi antara perahu milik Tina dan Sultan. Saat itu, perahu milik Tina dalam kondisi satu mesin mati dalam perjalanan kembali ke Masalembu. Di arah berlawanan, perahu milik Sultan sedang berangkat untuk mencari ikan. ”Terjadi tabrakan yang tak terhindarkan mengakibatkan dua awak meninggal,” tuturnya.
Terkait dengan kebakaran KM Santika Nusantara, KNKT telah memulai penyelidikan guna mengungkap penyebab kecelakaan laut itu. Data sedang dikumpulkan, termasuk mewawancarai penumpang dan kru yang selamat.
Menurut Sutarto, berdasarkan keterangan dari kru kapal, api diduga berasal dari salah satu kendaraan di bagian dek kendaraan.
Para kru awalnya mencoba memadamkan si jago merah dengan alat pemadam api ringan, tetapi gagal. Api yang membesar melahap mobil dan kendaraan lain yang ada di dek. Penumpang menyelamatkan diri dengan memakai sekoci.
KNKT curiga, salah satu kendaraan membawa bahan mudah terbakar. Ada sesuatu sehingga api muncul sehingga terjadi kebakaran yang ternyata gagal diatasi oleh anak buah kapal.
Kebakaran KM Santika Nusantara menambah daftar kecelakaan laut yang menimpa kapal-kapal dari Surabaya. Sebelumnya, Minggu (2/12/2018), insiden kebakaran dialami oleh KMP Gerbang Samudra I rute Surabaya-Banjarmasin. Bahtera pengangkut penumpang dan barang itu terbakar di perairan Karang Jemuang atau lima jam perjalanan laut dari Tanjung Perak.