Taman Al-Azhar, Oase di Kota Kairo
Lupakan sejenak keagungan Piramida, keindahan Sungai Nil, dan hiruk-pikuk Pasar Khan Khalili saat berkunjung ke Mesir. Ada oase di tengah kota Kairo yang sesak dengan penduduk, bernama Taman Al-Azhar.
Ada anekdot, belum dianggap sah seseorang berwisata ke Mesir apabila ia tak berkunjung ke kompleks Piramida, ikon negeri Mesir. Dan, kini bisa disebut belum sempurna seseorang berkunjung ke kota Kairo tanpa bertandang ke kompleks Taman Al-Azhar (Al-Azhar Park).
Taman Al-Azhar di kota Kairo saat ini sudah menjadi bagian dari deretan tempat tujuan wisata populer dan legendaris di ibu kota Mesir. Sama populernya seperti kawasan Sungai Nil, kompleks Piramida, museum nasional Mesir, dan pasar tradisional Khan Khalili yang menjadi pusat penjualan suvenir khas Mesir dan Timur Tengah.
Dengan luas 30 hektar, kompleks Taman Al-Azhar masuk kategori 60 taman kota terbesar di dunia. Mengingat lokasinya berada di tengah kota dengan polusi yang parah, tidak berlebihan menyebut Taman Al-Azhar bak oase sejuk di tengah hamparan pasir kota Kairo.
Pembangunan Taman Al-Azhar merupakan inisiatif lembaga Aga Khan Trust for Culture (AKTC) pada tahun 1984. Lokasinya berada di atas gugusan perbukitan di kawasan Kota Tua Kairo yang saat itu tempat pembuangan sampah dan barang-barang bekas.
Pembangunan Taman Al-Azhar baru dimulai pada pertengahan tahun 1990-an dan berlangsung selama hampir 10 tahun dengan biaya 30 juta dollar AS. Taman Al-Azhar merupakan hadiah dari Aga Khan kepada pemerintah dan rakyat Mesir.
Taman Al-Azhar dibangun di atas gugusan perbukitan tempat pembuangan sampah dan barang bekas di kawasan Kota Tua Kairo.
Taman tersebut resmi dibuka untuk umum mulai tahun 2005. Setiap hari, Taman Al-Azhar dibuka mulai pukul 09.00 hingga 23.00. Tiket masuknya untuk dewasa dan remaja sangat murah, yakni hanya 20 pound Mesir (sekitar Rp 18.000). Untuk anak di bawah usia tujuh tahun gratis.
Nama Al-Azhar dipilih untuk menamai taman itu karena lokasinya di dekat kompleks Universitas Al-Azhar, universitas Islam tertua di dunia.
Hutan kota
Taman Al-Azhar menyuguhkan segala bentuk kenyamanan di tengah hiruk-pikuk kota Kairo. Taman dan rerumputannya luas nan hijau. Pepohonannya tinggi nan rindang. Terdapat danau luas dan sungai buatan dengan suara gemercik air yang mengalir serta pemandangan percikan air mancur. Taman Al-Azhar pun menjadi hutan kota di tengah padatnya kota Kairo yang berpenduduk sekitar 18 juta jiwa.
Berbagai fasilitas pendukung tersedia pula di kompleks taman tersebut, seperti restoran-restoran mewah dan tempat bermain anak dengan segala bentuk permainan serta kereta listrik yang membawa pengunjung berkeliling kompleks taman itu.
Tiket naik kereta listrik untuk berkeliling Taman Al-Azhar sangat murah. Hanya 5 pound Mesir (sekitar Rp 4.500). ”Kereta ini sebagai fasilitas kepada pengunjung yang ingin keliling area Taman Al-Azhar. Kereta ini mulai beroperasi dari pukul 09.00 hingga pukul 23.00,” kata Ali (26), yang mengatakan telah bekerja selama lima tahun sebagai masinis kereta itu, kepada Kompas.
Keunggulan Taman Al-Azhar semakin lengkap karena kompleks itu terletak di area perbukitan yang memiliki puncak bukit. Dari puncak bukit ini, pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Tua Kairo yang eksotis dan sudah berusia 1.000 tahun.
Dari puncak bukit Taman Al-Azhar, pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Tua Kairo yang eksotis dan berusia 1.000 tahun, dengan menara-menara masjidnya di sana-sini.
Dari puncak bukit Taman Al-Azhar itu pula, saat memandang ke arah selatan, pengunjung bisa melihat kompleks Benteng Salah El Din Al-Ayoubi yang dibangun pada tahun 1176. Pemandangan Kota Tua Kairo bisa dilihat ke arah barat dan utara dari puncak bukit tersebut.
Di Kota Tua Kairo itulah terdapat kompleks Universitas Al-Azhar, Masjid Al-Azhar, Masjid Al-Hussein (dipercaya sebagai tempat tangan Sayyidina Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW, dikubur), Pasar Khan Khalili yang merupakan pusat penjualan suvenir khas Mesir, serta kantor Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb.
Adapun pemandangan ke arah timur dari puncak bukit Taman Al-Azhar, terlihat kompleks kuburan terbesar di Kairo yang dibangun bersamaan dengan berdirinya kota Kairo pada 969 M oleh Dinasti Fatimiyah.
Berkat lokasinya di ketinggian itu, Taman Al-Azhar mendapat udara lebih segar dan bersih yang bisa dinikmati para pengunjungnya. Tak pelak lagi, ribuan warga Mesir setiap hari berkunjung ke Taman Al-Azhar hanya untuk mencari kesejukan dan kehijauan, menikmati udara segar dan suara gemercik air sungai buatan.
Berada di area Taman Al-Azhar terasa seperti tidak berada di tengah kota Kairo atau di wilayah Timur Tengah yang alamnya didominasi gurun. Akan tetapi, rasanya seperti berada di wilayah tropis dengan hutan lebatnya.
Warga Mesir juga biasa datang ke taman itu bersama keluarga masing-masing, termasuk membawa anak-anak mereka yang suka menghabiskan waktu di tempat bermain anak. Dari pagi hingga malam hari, anak-anak kecil selalu memenuhi tempat bermain di Taman Al-Azhar itu.
”Saya hampir setiap bulan membawa cucu saya datang ke tempat main anak di Taman Al-Azhar ini. Sekarang, saya membawa dua cucu, laki-laki dan perempuan,” ujar Ibrahim (75), Kamis (22/8/2019) siang.
”Taman Al-Azhar merupakan tempat terbaik di Mesir untuk tempat bermain bagi anak-anak kecil. Di sini, semua model permainan tersedia secara gratis dan anak-anak bisa bermain dari pagi sampai malam,” lanjut Ibrahim.
Lokasi foto pengantin
Para pengantin baru di Mesir kini juga memiliki tradisi berkunjung ke Taman Al-Azhar untuk mengambil foto kenangan. Mereka berpose memakai baju pengantin dengan latar belakang taman yang asri. Berfoto di lokasi itu melengkapi kebahagiaan mereka.
Bagi para pengantin baru di Mesir, berfoto di Taman Al-Azhar dalam balutan baju pengantin melengkapi kebahagiaan mereka.
Keluarga kelas menengah di Mesir juga terbiasa menikmati santap makan atau menggelar pertemuan di restoran di Taman Al-Azhar. Ada dua restoran yang populer, yaitu Restoran Lakeside yang bertepi ke danau dan Restoran Studio Misr yang menawarkan pemandangan Benteng Salah El Din.
”Cukup ramai tamu yang berkunjung ke restoran ini. Bahkan, rombongan turis asing yang dibawa pemandu wisatanya hampir tiap hari datang ke restoran ini. Banyak turis asing dari Jepang, China, Rusia, dan Meksiko yang dibawa pemandu wisatanya untuk bersantap makan di sini,” ujar Islam (24), salah seorang pramusaji di Restoran Studio Misr.
Menurut Islam, yang sudah empat tahun bekerja di restoran itu, banyak tamu restoran datang pada malam hari di musim panas seperti sekarang ini. Sebaliknya, pada musim dingin, banyak tamu restoran datang di siang hari.
Kini, banyak biro wisata dan perjalanan di Kairo memasukkan kunjungan ke Taman Al-Azhar dalam paket kunjungan wisata bagi turis asing. Mereka menjual, antara lain, pemandangan dari puncak bukit Taman Al-Azhar yang menawarkan pemandangan terbaik ke arah Kota Tua Kairo.
Dari puncak bukit tersebut, pengunjung bisa melihat pemandangan eksotis kota Kairo yang asli dengan menara-menara masjidnya di sana-sini. Dari tempat itu, wisatawan asing bisa memahami mengapa ibu kota Mesir itu disebut dengan ”Kota Seribu Menara”.