Kondisi sejumlah daerah di Papua Barat yang bergolak akibat aksi unjuk rasa beberapa hari lalu kini sudah kondusif dan berada dalam kendali aparat. Untuk mencegah gangguan keamanan, patroli gabungan tetap dilakukan aparat.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·2 menit baca
MANOKWARI, KOMPAS — Kondisi sejumlah daerah di Papua Barat yang bergolak akibat aksi unjuk rasa beberapa hari lalu kini sudah kondusif dan berada dalam kendali aparat. Untuk mencegah gangguan keamanan, patroli gabungan tetap dilakukan aparat.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Barat Mathias Yosia Krey kepada Kompas, Sabtu (24/8/2019), di Manokwari, mengatakan, wilayah yang bergolak adalah Manokwari, Sorong Selatan, Sorong, dan Fakfak. Kondisi di semua wilayah itu sudah benar-benar aman sejak Jumat lalu.
”Meski demikian, potensi gangguan tetap ada. Aparat gabungan terus melakukan patroli di sejumlah titik yang dianggap rawan. Ini untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat,” katanya.
Aparat gabungan terus melakukan patroli di sejumlah titik yang dianggap rawan. Ini untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat.
Personel bantuan dari luar Papua Barat, Polri dan TNI, yang diterjunkan berjumlah sekitar 1.300 orang. Dari jumlah itu, 400 personel ditugaskan di Sorong, 200 orang di Fakfak, dan selebihnya di Manokwari. Pasukan di Manokwari itu sebagian dalam kondisi siaga untuk sewaktu-waktu digeser.
Personel bantuan tersebut untuk sementara belum bisa ditarik kembali karena kondisi Papua Barat belum benar-benar bebas dari ancaman keamanan. ”Sampai saat ini belum ada perintah dari pusat untuk ditarik. Aparat masih dibutuhkan,” ujar Mathias.
Kendati demikian, ia mengajak masyarakat untuk kembali beraktivitas seperti biasa dan tidak percaya pada isu yang tidak jelas sumbernya. ”Ada isu bahwa nanti ada orang turun dari gunung untuk aksi. Isu itu tidak benar,” katanya.
Berdasarkan pantauan Kompas di Manokwari, aktivitas warga kembali normal. Kios dan toko yang berada di sejumlah jalan utama di kota itu sudah dibuka. Kendaraan roda empat juga kembali beroperasi.
Aktivitas normal juga terlihat di Bandar Udara Rendani, Manokwari. Semua maskapai mengoperasikan penerbangan. Aksi massa di Papua Barat yang dimulai Senin lalu berawal dari Manokwari dan kemudian merembet ke beberapa daerah.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi itu dilakukan sebagai tanggapan atas dugaan penghinaan bernada rasisme terhadap mahasiswa asal Papua yang sedang menuntut ilmu di sejumlah kota di Jawa Timur. Selain Papua Barat, aksi serupa terjadi di Papua.
Muhammad Hanafi, tokoh masyarakat asal Jawa Timur di Manokwari, dalam keterangan pers mengatakan, komunitas mereka sangat mengharapkan perlindungan dari aparat. Hingga kini, mereka mengaku masih merasa cemas. ”Tapi kami yakin, kami tidak akan disakiti,” ujarnya.