Melampaui Garis Kualifikasi Piala Dunia 2022
Indonesia akan memulai perjuangan dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 5 September 2019 mendatang. Pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, Tim Indonesia langsung lolos ke putaran kedua.
Berulangkali gagal lolos ke putaran final Piala Dunia, bukan menjadi takdir abadi kegagalan timnas sepak bola Indonesia. Belajar dari kegagalan di masa lalu: mempertahankan kemenangan kandang dan memperbaiki performa bermain tandang, menjadi jurus mewujudkan mimpi berlaga di Piala Dunia.
Indonesia akan memulai perjuangan dalam kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 5 September 2019 mendatang. Pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia, Tim Indonesia langsung lolos ke putaran kedua. Hal ini karena Indonesia berada di urutan ke-32 Asia pada saat dilakukan drawing putaran pertama Kualifikasi Piala Dunia di Kuala Lumpur, Malaysia (17/4/2019).
Namun hasil uji coba yang kurang memuaskan melawan Yordania, menyebabkan peringkat Indonesia per 14 Juni 2019, turun satu tingkat dari posisi sebelumnya.
Malaysia yang berhasil mengalahkan Timor Leste dengan skor aggregat 12-2 dalam putaran pertama kualifikasi, melonjak 9 peringkat melewati Indonesia. Sehingga akhirnya Indonesia masuk dalam pot terakhir atau posisi ke-5 dalam undian putaran kedua.
Hasil undian menempatkan tim Garuda bergabung dengan Uni Emirat Arab (UEA), Thailand, Malaysia, dan Vietnam di Grup G kualifikasi zona Asia. Tim unggulan di grup ini adalah UEA yang di atas kertas mempunyai peluang paling besar untuk lolos ke babak selanjutnya.
Tim Indonesia, secara peringkat memang yang paling rendah di grup ini, tapi dengan lawan yang sesama negara Asia Tenggara, empat negara ini bisa dibilang memiliki kesempatan yang kurang lebih sama untuk bisa menjadi runner up di bawah UEA.
Indonesia memang sempat absen pada kualifikasi Piala Dunia 2018, karena mendapat sanksi dari FIFA. Sanksi diberikan FIFA karena pemerintah Indonesia (Kemenpora) terlalu mengintervensi organisasi PSSI. Sebelumnya, pada kualifikasi 2014, Indonesia lolos ke putaran ketiga, tapi tak mampu berbuat banyak dan menjadi juru kunci.
Untuk lolos dari kualifikasi kali ini, Indonesia dituntut mampu mencuri poin dari total 8 pertandingan yang akan dimainkan. Skuad Garuda dibawah asuhan Simon McMenemy akan menghadapi beban ganda karena pertandingan pada putaran kedua kualifikasi ini sekaligus menentukan Negara mana yang akan berlaga di AFC Asia Cup 2023 di China.
Mekanisme Kualifikasi
Zona Asia mendapat jatah 4 ½ negara untuk bertanding di putaran final Piala Dunia 2022 di Qatar, yang berarti 4 negara + 1 negara lagi akan menjalani play off interkontinental. Untuk bisa lolos terdapat 4 putaran kualifikasi yang harus dijalani. Indonesia sekarang berada di putaran kedua (Grup G), dari total 8 grup.
Juara grup dan empat runner up terbaik akan langsung lolos ke putaran ketiga. Dengan catatan, jika Qatar selaku tuan rumah mejadi juara grup, maka yang akan lolos ke putaran berikutnya ialah 7 juara grup lainnya dan 5 runner up terbaik di putaran kedua.
Selanjutnya di putaran ketiga, ke dua belas negara yang lolos putaran kedua akan diundi menjadi dua grup. Hanya juara grup dan runner up yang lolos otomatis ke Piala Dunia 2022 Qatar.
Baca juga: Stadion-Stadion Piala Dunia 2018
Sementara dua negara yang berada di urutan ketiga berhak masuk ke putaran keempat yang akan memainkan laga play off 2 leg dan pemenangnya akan masuk ke play off intercontinental yang terdiri dari 4 negara dari CONCACAF, CONMEBOL, dan OFC. Dari keempat tim ini, akan diundi menjadi 2 partai dan 2 pemenangnya akan lolos ke Piala Dunia 2022.
Sedangkan kualifikasi untuk AFC Asian Cup 2023 di China akan dilakukan mengikuti putaran pertama dan putaran kedua dari kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan tim yang lolos ke putaran ketiga dipastikan lolos ke AFC Asia Cup 2023. Sisa empat runner-up dan empat negara urutan tiga terbaik pada putaran kedua akan masuk ke putaran ketiga AFC Asian Cup.
Peluang Indonesia
Lolos ke putaran final Piala Dunia menjadi harapan seluruh negara. Tapi harus diakui, untuk lolos dari putaran kedua saja, tidak akan mudah. Jika dilakukan hitung-hitungan berdasarkan data hasil pertandingan sebelumnya, dapat diperkirakan peluang Indonesia untuk paling tidak lolos dari grup G.
Perhitungan menggunakan model distribusi statistik (distribusi Poisson) untuk melihat peluang suatu tim dibantu dengan data historis dan menghitung skor yang mungkin terjadi dalam satu pertandingan sepakbola. Model ini biasa digunakan untuk menghitung peluang suatu kejadian yang tidak memiliki ketergantungan dengan kejadian lainnya dalam suatu periode waktu tertentu.
Dalam hal ini, model akan menghitung peluang Indonesia berdasarkan data 72 pertandingan antar tim-tim di Grup G antara tahun 1981 sampai dengan tahun 2019. Hasilnya berupa peluang Indonesia memperoleh hasil menang, seri, dan kalah di setiap pertandingan yang akan dijalani di grup G nanti.
Baca Juga: Menakar Piala Dunia di Indonesia
Dari data, dapat diketahui bahwa tim yang bermain di kandang mencetak lebih banyak gol dibanding tim yang bermain tandang. Tim yang bermain di kandang rata-rata mencetak 1,93 gol sedangkan tim yang bermain tandang rata-rata mencetak 1,03 gol, lebih kecil dibandingkan tim yang bermain di kandang.
Hal ini biasa disebut home advantage dimana suatu tim sudah terbiasa bermain di lapangannya sendiri ditambah dukungan dari supporter tuan rumah pun ikut menjadi pengaruh yang signifikan dalam menentukan hasil permainan.
Hasilnya, ketika bermain di kandang, Indonesia mempunyai peluang menang lebih besar ketika melawan Malaysia, Vietnam dan Thailand. Tapi ketika melawan UEA, peluang menangnya masih dibawah peluang kalah.
Indonesia perlu setidaknya mengemas 19 poin untuk bisa berada di posisi runner-up
Sedangkan ketika Indonesia bermain di Negara lawan (tandang), peluang Indonesia untuk menang cenderung menurun. Lebih besar kemungkinan lawan yang akan menang. Dari hasil ini terlihat Indonesia perlu memperbaiki performa ketika bermain tandang.
Peluang terbesar Indonesia untuk bisa menang ketika bermain tandang adalah melawan Malaysia. Jika peluang ini bisa dimaksimalkan, kemungkinan tim Indonesia untuk lolos akan lebih besar.
Untuk Uni Emirat Arab, yang menduduki peringkat 65 ranking FIFA, tertinggi di Grup G sepertinya akan bisa melewati putaran kedua dengan mudah. Pada kualifikasi Piala Dunia 2018 Uni Emirat Arab mampu finis di peringkat ke empat pada putaran ketiga.
Ketika melawan UEA, Indonesia mempunyai peluang terbaik ketika bermain di kandang. Sedangkan ketika bermain tandang, tim Garuda harus berusaha sangat keras, bahkan hanya untuk tidak kalah.
Mengikuti model diatas, Indonesia hanya dapat menang di 3 partai saat bermain di kandang dan menjadikan Indonesia hanya dapat memperoleh 9 poin dari 24 poin maksimal.
Jika hanya 9 poin, kemungkinan Indonesia akan berada di urutan keempat grup G. Tentu kita berharap tim Indonesia mampu mencuri beberapa angka, sehingga peluang untuk finish di urutan yang lebih baik bisa tercapai.
Model ini memiliki beberapa kelemahan seperti tidak memperhitungkan faktor-faktor lain, seperti kebugaran pemain, kondisi lapangan, strategi permainan yang digunakan pelatih, komposisi pemain yang diturunkan, dan dukungan suporter. Dengan memaksimalkan variabel di atas, seperti strategi permainan, bukan tidak mungkin Indonesia mendapatkan poin lebih dibanding prediksi dengan model di atas.
19 poin
Untuk bisa lolos putaran kedua kualifikasi, Indonesia perlu setidaknya mengemas 19 poin untuk bisa berada di posisi runner-up, atau 22 poin untuk juara grup, dengan asumsi tiga tim terbawah selalu kalah dari setiap pertandingan. Untuk itu Indonesia membutuhkan setidaknya 6 kemenangan dan 1 seri untuk berada di runner-up, atau 7 kemenangan dan 1 seri untuk berada di puncak grup.
Melihat peluang Indonesia melawan tim-tim lain di grup G, Indonesia harus bisa menyapu habis lawan-lawannya ketika bermain di kandang dan setidaknya meraih 2 kemenangan dan 1 seri saat bermain tandang.
Sungguh suatu hal yang sangat sulit dicapai, walaupun bukan suatu yang mustahil juga. Di atas kertas peluang Indonesia untuk lolos ke putaran ketiga hanyalah 50%.
Sesuai dengan asumsi di atas, Indonesia hanya mampu finish di urutan keempat. Sebuah angka yang kurang menguntungkan bagi keberlangsungan timnas Indonesia untuk berlaga di ajang Internasional.
Lebih jauh lagi, negara yang akan bermain di putaran ketiga pastilah negara-negara dengan kemampuan, semangat, dan strategi yang lebih kuat dibandingkan saat putaran kedua. Ada nama-nama besar seperti Jepang, Irak, Qatar, dan Australia yang siap menyambut lawan-lawan barunya di putaran ketiga.
Namun sebenarnya masih ada peluang lain yang bisa Simon McMenemy dan pasukannya raih, yaitu tiket ke AFC Asian Cup yang sudah lama tidak kita ikuti. Tiga kali hajatan sepakbola terbesar Asia sudah kita lewati, terakhir kalinya adalah dimana Indonesia menjadi salah satu tuan rumah AFC Asian Cup tahun 2007.
Untuk mendapatkan tiket ke China selaku tuan rumah AFC Asian Cup 2023, jalan Indonesia tidaklah terlalu terjal dibandingkan ke Qatar untuk bergabung di Piala Dunia 2022.
Indonesia setidaknya harus berada di posisi ketiga di grup G. Itu artinya Indonesia membutuhkan setidaknya 15 poin untuk melaju ke putaran ketiga kualifikasi AFC Asian Cup 2023.
Untuk itu Indonesia memerlukan setidaknya 5 kemenangan, atau 4 kemenangan dan 3 seri. Peluang terbesar Indonesia ialah saat bermain di kandang karena akan menggelar 4 pertandingan di Indonesia.
Kini kita hanya bisa berharap Egy Maulana dan kawan-kawan untuk meraih hasil optimal di laga-laga yang cukup berat nanti. Setiap laga menjadi amat penting karena akan menentukan di manakah Indonesia akan bermain, apakah di Qatar atau China?
Persiapan yang matang, komposisi pemain, mental bertanding, dan strategi permainan menjadi pekerjaan rumah yang harus dipersiapkan Simon McMenemy secara cermat dan detil. Perlu juga selalu menjadwalkan latih tanding dengan negara lain atau klub ternama dunia untuk menambah pengalaman bertanding sekaligus melatih mental bertanding.
Mengasah mental juara saat bermain tandang, menjadi modal kemenangan bagi tim Garuda untuk melewati batas babak kualifikasi Piala Dunia dan terbang lebih tinggi di ajang internasional. (CHRISTOPHER ARYO PAMBUDI/LITBANG KOMPAS)