Kapal Tenggelam di Banggai Kepulauan, 9 Penumpang Masih Dicari
Kapal kayu KM Garuda Jaya tenggelam di perairan Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Sabtu (24/8/2019). Lima dari total 14 penumpang dan awak kapal berhasil menyelamatkan diri. Namun, sembilan orang lainnya belum ditemukan hingga Sabtu malam.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Kapal kayu KM Garuda Jaya tenggelam di perairan Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Sabtu (24/8/2019) pagi. Lima dari total 14 penumpang dan awak kapal berhasil menyelamatkan diri. Namun, sembilan orang lainnya belum ditemukan hingga Sabtu malam.
Badan Search and Rescue Nasional Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, Sulteng, melalui Pos SAR Luwuk di Kabupaten Banggai, menerima informasi kecelakaan pada Sabtu pagi. Berdasarkan laporan itu, Pos SAR kemudian mengerahkan KN Bhisma yang tengah berlabuh di Luwuk.
”Regu mencari di sekitar lokasi kapal diduga mengalami kecelakaan. Kami akan maksimalkan KN Bhisma untuk menemukan korban yang masih hilang,” kata Kepala Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Basrano, di Palu.
Basrano menyebutkan, kecelakaan diduga diawali kebocoran pada badan kapal. Air laut masuk cukup cepat sehingga membuat kapal segera tenggelam.
Menurut dia, lima korban berhasil menyelamatkan diri dengan berenang menggunakan pelampung ke Pulau Sonit, Maluku Utara. Kelimanya adalah nakhoda Ali Sadi, Kasman, Ali Kois, Bobi, dan Ali Tama. Nasib berbeda dialami sembilan orang lainnya. Mereka hanya mengandalkan jeriken dan kayu pecahan badan kapal.
KM Garuda Jaya bertolak dari Pelabuhan Luwuk, Kabupaten Banggai, menuju Taliabu, Maluku Utara, pada Kamis, 22 Agustus. Kapal berbobot 22 gros ton tersebut menurut rencana tiba di pelabuhan tujuan pada Jumat (23/8/2019) malam.
Berdasarkan laporan Stasiun BMKG Meteorologi Kelas II Mutiara Palu, tak terlihat cuaca buruk di perairan yang diduga terjadinya kecelakaan. Tinggi gelombang sekitar 1,5 meter.
Hingga kini, kapal kayu masih menjadi moda transportasi andalan di sejumlah wilayah di Sulteng. Kapal kayu menjadi urat nadi warga di Kabupaten Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Banggai, dan Morowali Utara.
Akan tetapi, pengamat transportasi di Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu, Sulteng, Arief Setiawan, menyatakan, kapal kayu sering tak dilengkapi dengan standar keamanan dasar, salah satunya ketersediaan pelampung. Akibatnya, saat kecelakaan terjadi, kerap muncul korban jiwa.
Hal itu dirasakan Kompas saat ikut pelayaran dari Kolonodale ke Kecamatan Soyo Jaya, Morowali Utara, Maret 2017. Selain minim pelampung, kapal juga mengangkut sepeda motor dan berbagai jenis barang lain. Barang-barang itu berbagi tempat dengan penumpang di kapal.