Untuk kesekian kalinya, Festival Wisata Budaya Pasar Terapung digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan festival itu menjadi ajang pelestarian dan promosi wisata budaya pasar terapung.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Untuk kesekian kalinya, Festival Wisata Budaya Pasar Terapung digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kegiatan festival itu menjadi ajang pelestarian dan promosi wisata budaya pasar terapung.
Festival Wisata Budaya Pasar Terapung 2019 dipusatkan di Tugu Siring 0 Kilometer, Jalan Jenderal Sudirman, Banjarmasin. Festival ini berlangsung selama tiga hari, dari Jumat sampai Minggu, 23-25 Agustus.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalsel Dahnial Kifli mengatakan, Festival Wisata Budaya Pasar Terapung digelar guna mewujudkan Kalsel sebagai salah satu destinasi wisata nasional, sekaligus mendukung Visit Kalsel 2020.
”Festival ini unggulan Pemprov Kalsel dan masuk 100 kalender acara nasional Kementerian Pariwisata. Ini perlu terus dipromosikan untuk menarik wisatawan,” kata Dahnial saat membuka festival di Banjarmasin, Jumat (23/8/2019) sore.
Menurut Dahnial, Festival Wisata Budaya Pasar Terapung bertujuan mempromosikan adat istiadat suku Banjar yang sejak zaman dahulu berdagang di atas sungai. Budaya itu dapat dijadikan atraksi dan produk potensial pariwisata yang layak dijual kepada wisatawan Nusantara dan mancanegara.
Kegiatan ini diharapkan bisa menarik minat wisatawan untuk mengetahui lebih jauh tentang wisata budaya pasar terapung. Kunjungan wisatawan tentu saja akan memberikan multiefek bagi perekonomian Kalsel.
”Kegiatan ini diharapkan bisa menarik minat wisatawan untuk mengetahui lebih jauh tentang wisata budaya pasar terapung. Kunjungan wisatawan tentu saja akan memberikan multiefek bagi perekonomian Kalsel,” tuturnya.
Selama kegiatan festival berlangsung akan digelar berbagai kegiatan dan atraksi budaya, antara lain lomba jukung pedagang pasar terapung, lomba Kampung Banjar, lomba foto, dan penampilan seni Nusantara.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengatakan, penyelenggaraan festival ini merupakan salah satu upaya bertransformasi dari sumber daya alam tak terbarukan ke sumber daya terbarukan. Saat ini, sekitar 20 persen perekonomian Kalsel masih bergantung pada komoditas batubara.
”Batubara bisa habis karena berasal dari fosil. Kalau batubara sudah habis, harus disiapkan sumber daya terbarukan demi keberlangsungan hidup generasi di masa yang akan datang,” ujarnya.
Menurut Sahbirin, pariwisata merupakan salah satu sumber daya terbarukan yang dipersiapkan Pemprov Kalsel di samping pertanian, perkebunan, dan peternakan. ”Kami meyakini pariwisata bisa sebagai sebuah usaha untuk mencapai masyarakat yang sejahtera,” katanya.
Ucu Suhaeriah dari Bidang Destinasi dan Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta mengatakan, festival wisata budaya pasar terapung adalah pergelaran yang sangat berarti. Kegiatan ini tentu bisa meningkatkan kepariwisataan Kalsel pada khususnya dan kepariwisataan Indonesia pada umumnya.
”Kalsel memiliki potensi wisata yang sangat unik, seperti pasar terapung. Supaya kunjungan wisatawan Nusantara ataupun mancanegara bisa lebih meningkat, aspek kenyamanan,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta datang untuk mendukung kegiatan festival wisata budaya pasar terapung. Rombongan dari Jakarta berjumlah 35 orang, terdiri dari duta wisata abang dan none, grup kesenian, penari, dan pemusik. ”Kami datang untuk mendukung kemajuan pariwisata Indonesia,” ujar Ucu.