Penurunan Suku Bunga Acuan Jadi Stimulus Perekonomian
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pemerintah menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia akan menjadi stimulus bagi pertumbuhan perekonomian nasional. Harapannya, kredit bank untuk ekspansi sektor riil akan meningkat.
Rapat Dewan Gubernur BI pada 21-22 Agustus 2019 memutuskan menurunkan suku bunga BI sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen. "Penurunan (suku bunga) itu merupakan stimulus bagi perekonomian. Dampaknya memang tidak bersifat instan, tetapi bisa dilihat dalam beberapa bulan ke depan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat ditemui di Jakarta, Jumat (23/8/2019).
Darmin menuturkan, penurunan suku bunga acuan BI tersebut akan disusul oleh penurunan suku bunga kredit perbankan. Hal ini akan mendorong tumbuhnya pinjaman yang diharapkan menjadi salah satu sumber permodalan.
Penurunan suku bunga acuan BI tersebut juga disertai suku bunga fasilitas deposit sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga fasilitas peminjaman senilai 25 bps menjadi 6,25 persen. Langkah ini bertujuan untuk memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang yang mampu memperkuat transmisi kebijakan moneter.
Sisi akomodatif kebijakan moneter itu diarahkan untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian. Selain itu, karena perkiraan inflasi berada di bawah titik tengah sasaran, kebijakan penurunan suku bunga acuan tetap membuat imbal hasil investasi aset keuangan domestik menarik bagi investor.
Darmin mengharapkan, kebijakan BI ini dapat meningkatkan arus investasi di sektor riil yang dapat berujung pada peningkatan produksi dan ekspor.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi sepanjang Januari-Juni 2019 sebesar Rp 395,6 triliun atau tumbuh 9,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara, realisasi investasi asing mencapai Rp 212,8 triliun atau tumbuh 4 persen.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro berpendapat, langkah BI dalam menurunkan suku bunga acuan menunjukkan kepercayaan diri terhadap kondisi fundamental perekonomian nasional. Langkah tersebut juga dapat memperbaiki kinerja defisit transaksi berjalan.
Realisasi investasi sepanjang Januari-Juni 2019 sebesar Rp 395,6 triliun atau tumbuh 9,4 persen dibanding tahun sebelumnya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad berpendapat, pelonggaran moneter melalui penurunan suku bunga sudah tepat untuk meningkatkan aktivitas perekonomian sektor riil. "Namun, hal ini membutuhkan kebijakan fiskal yang mendukung dan sejalan. Salah satunya melalui belanja modal pemerintah pusat yang mampu menstimulus ekspansi sektor riil, terutama yang padat karya," katanya.
Tauhid menyoroti penurunan belanja modal pemerintah yang turun secara tahunan. Kementerian Keuangan mencatat, realisasi belanja modal sepanjang 2018 mencapai Rp 184,87 triliun atau turun 11,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Editor:
M Fajar Marta
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.