Jumlah pengunjung museum-museum seni di DKI Jakarta kian menurun dari 2017 hingga 2018. Keberadaan museum-museum tersebut belum memikat pengunjung karena belum mengoptimalkan tiga hal, meliputi perbaikan sarana dan prasarana, penyelenggaraan acara, serta promosi.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pengunjung museum-museum seni di DKI Jakarta kian menurun dari 2017 hingga 2018. Keberadaan museum-museum tersebut belum memikat pengunjung karena belum optimalnya tiga hal, yaitu perbaikan sarana dan prasarana, penyelenggaraan acara, serta promosi.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Edy Junaedi mengatakan, selama ini museum-museum seni hanya fokus pada penyelenggaraan acara yang berkaitan dengan benda bersejarah di museum itu sendiri. Padahal, untuk meningkatkan gairah wisatawan, aspek perbaikan sarana dan prasarana, serta promosi tak bisa dikesampingkan.
”Ada yang acaranya bagus, tetapi promosinya kurang. Enggak ada yang dateng (ke museum) juga. Apalagi, kalau sarana dan prasarananya tidak menarik, ya sulit juga (menarik wisatawan). Ketiga hal itu harusnya sama-sama ditingkatkan,” ujar Edy setelah pembukaan Pameran Tekstil Ikat Dunia 2019 di Museum Tekstil Jakarta, Jumat (23/8/2019).
Saat ini, Jakarta memiliki tiga museum seni yang berada di bawah naungan Unit Pengelola (UP) Museum Seni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Tiga museum tersebut adalah Museum Tekstil (Jakarta Pusat), Museum Seni Rupa dan Keramik (Jakarta Barat), serta Museum Wayang (Jakarta Barat).
Meski demikian, ternyata, menurut data UP Museum Seni, jumlah pengunjung di tiga museum seni yang dikelola Pemprov DKI terus menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2017, total pengunjung sekitar 634.000 orang. Sementara itu, pada 2018, jumlah pengunjung menjadi 613.324 orang.
Adapun untuk periode Januari sampai 11 Agustus 2019, total pengunjung di tiga museum seni itu 392.978 orang.
Menurut Edy, pola menggaet wisatawan museum memang harus diubah dan dikemas lebih menarik, inovatif, dan kreatif. Dengan demikian, jumlah pengunjung dapat terus meningkat.
Baca juga : Menikmati Sejarah dengan Cara Segar
Untuk itu, lanjut Edy, pihaknya akan terus mengoptimalkan penggunaan anggaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta yang mencapai Rp 900 miliar.
Pameran tekstil
Pameran Tekstil Ikat Dunia 2019 yang digelar di Museum Tekstil Jakarta salah satunya bertujuan untuk menggugah kecintaan masyarakat terhadap museum itu sendiri. Pameran akan dibuka mulai 23 Agustus sampai 5 September 2019.
Pameran yang disinergikan dengan kegiatan World Ikat Textile Symposium itu memperkenalkan 100 buah koleksi tenun ikat dari Indonesia dan beberapa negara, seperti Thailand, Malaysia, dan India. Sebelumnya, pameran serupa diadakan di Inggris, India, Malaysia, dan Thailand.
Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Mufidah Jusuf Kalla, yang juga hadir dalam pembukaan Pameran Tekstil Ikat Dunia 2019 di Museum Tekstil Jakarta, berharap, pameran tersebut dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai berbagai tradisi ikat baik di Indonesia maupun di dunia. Dengan demikian, terjadilah pertukaran lintas budaya pada komunitas pelestari dan penghasil tenun ikat untuk meningkatkan hubungan antara organisasi, perajin, dan pencinta tekstil.
”Saya harap pameran ini menjadi sumber inspirasi bagi para pencinta dan penggerak wastra untuk terus menjadikan tenun ikat sebagai identitas budaya bangsa sehingga keseimbangan antara konservasi budaya dan inovasi akan tradisi tenun ikat tetap terjaga,” kata Mufidah.