Misi kunjungan PM Inggris Boris Johnson ke Jerman dan Perancis untuk meminta negosiasi ulang kesepakatan Brexit tidak berhasil.
PARIS, KAMIS —Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan Presiden Perancis Emmanuel Macron tetap sulit menemukan kata sepakat untuk isu perbatasan Irlandia Utara terkait Brexit.
Pertemuan yang berlangsung di Paris, Kamis (22/8/2019), lebih alot daripada pertemuan sehari sebelumnya antara Johnson dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Merkel sempat mengisyaratkan, solusi untuk kebuntuan backstop Irlandia Utara mungkin bisa diterobos seandainya Inggris memiliki solusi lebih baik dalam 30 hari ke depan.
Bagi Inggris, pernyataan Merkel dianggap sebagai isyarat bahwa Uni Eropa bersedia untuk menegosiasikan kembali kesepakatan Brexit yang sudah ditandatangani Inggris-UE pada November 2018. ”Saya ingin menegaskan, kami di Inggris menginginkan kesepakatan dan saya yakin kita bisa melakukannya,” kata Johnson.
Backstop adalah mekanisme untuk menjamin perbatasan antara Irlandia Utara (Inggris) dan Republik Irlandia (UE) tidak diawasi militer untuk menghormati Perjanjian Damai Jumat Agung tahun 1998.
Namun, tak lama setelah pertemuan Merkel-Johnson, Macron langsung menyatakan tak akan ada negosiasi ulang kesepakatan Brexit. ”Sikap ini sudah sangat jelas disampaikan oleh Presiden UE Donald Tusk,” kata Macron.
Ingin kesepakatan
Dalam jumpa pers bersama di Istana Elysee, Johnson mengatakan, rakyat Inggris telah memberi mandat sehingga Inggris akan keluar dari UE, dengan atau tanpa kesepakatan, pada 31 Oktober. ”Mari selesaikan Brexit secara pragmatis untuk kepentingan kedua belah pihak,” kata Johnson.
Terkait dengan backstop, Johnson mengatakan, tak ada alasan bagi Inggris untuk menerapkan kontrol di perbatasan. ”Kita bisa menggunakan teknologi untuk mengecek barang yang melewati perbatasan,” katanya.
Sebaliknya, Macron tetap bersikukuh bahwa backstop tidak terpisahkan dari kesepakatan Brexit. Ia juga menegaskan bahwa tidak cukup waktu untuk menegosiasikan kembali seluruh kesepakatan Brexit baru.
”Ingin saya jelaskan, di bulan-bulan mendatang, kita tidak akan menemukan kesepakatan baru,” kata Macron yang menggarisbawahi, nasib Inggris terletak di tangan Johnson. Brexit tanpa kesepakatan bukanlah skenario yang diinginkan UE. ”Namun, tak seorang pun yang menginginkan menunggu sampai 31 Oktober tanpa berupaya menemukan solusi terbaik.”
Menurut Macron, rincian yang diusulkan Inggris bisa didiskusikan dengan UE, tetapi hanya dalam kerangka yang ada saat ini, dengan mengedepankan stabilitas di Irlandia dan integritas pasar tunggal Eropa.
Sebelum bertemu Johnson, Macron mengingatkan bahwa Inggris bisa menghadapi risiko menjadi ”subordinasi AS” jika keluar dari UE tanpa kesepakatan.
”Inggris merupakan negara adidaya. Namun, Inggris tidak bisa keluar dari Eropa dan kemudian mengatakan ’kami kini lebih kuat’ dan pada akhirnya menjadi mitra yunior dari AS yang semakin bersikap hegemonik,” kata Macron.