Provinsi Jawa Timur berusaha menaikkan level kepelatihan cabang angkat besi dengan mendatangkan konsultan pelatih asal Afrika Selatan, Aveenash Pandoo, sejak 1 Agustus 2019. Tugas utama Pandoo adalah memberikan masukkan kepala pelatih daerah yang sedang mempersiapkan tim angkat besi pada PON Papua 2020.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Provinsi Jawa Timur berusaha menaikkan level kepelatihan cabang angkat besi dengan mendatangkan konsultan pelatih asal Afrika Selatan, Aveenash Pandoo, sejak 1 Agustus 2019. Tugas utama Pandoo adalah memberikan masukkan kepala pelatih daerah yang sedang mempersiapkan tim angkat besi pada PON Papua 2020.
Untuk bersaing di PON 2020, Jatim diperkuat 8 lifter putra dan 2 lifter putri. Selain mendatangkan pelatih asing, tim Jatim juga akan mengirim atlet-atletnya untuk uji coba kejuaraan ke luar negeri. Hal ini dilakukan untuk mengatasi minimnya kejuaraan angkat besi di Indonesia. Jatim berambisi merebut gelar juara umum pada PON Papua 2020. Di Jabar 2016, Jatim menempati peringkat kedua dengan perolehan empat keping emas. Tuan rumah Jabar tampil sebagai juara dengan lima emas.
Pandoo diyakini akan membawa dampak positif karena dia selalu memperhatikan detail-detail kondisi atlet, seperti berat badan, denyut jantung, tingkat kelelahan, tingkat kecemasan, kondisi fisik, dan gerakan atlet.
Manajer tim angkat besi Jatim Jeffry Tagore, saat mendampingi atlet di Kejuaraan Nasional PABBSI 2019 di Bandung, Jabar, Kamis (22/8/2019), mengatakan, Pandoo dipilih karena menguasai metode kepelatihan dengan menggunakan ilmu olahraga performa tinggi. Pandoo juga mempunyai kemampuan memberikan pelatihan untuk pelatih.
”Tujuan utama kami adalah ingin menaikkan level pelatih daerah. Kami percaya, kualitas pelatih akan memberikan efek jangka panjang untuk atlet-atlet kami,” ujar Jeffry.
Pandoo merupakan anggota Komite Kepelatihan dan Penelitian Federasi Angkat Besi Internasional. Dia berpengalaman mendampingi tim nasional Indonesia melakukan persiapan menuju Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Di Rio, Indonesia meraih dua medali perak dari Sri Wahyuni Agustiani di kelas 48 kg dan Eko Yuli Irawan di kelas 62 kg.
Proses pembenahan
Selama bergabung dengan tim Jatim, Pandoo juga akan dimanfaatkan untuk memberikan seminar kepada pelatih-pelatih klub. Keuntungan lain, Pandoo dapat mengawal persiapan lifter Jatim pemegang gelar juara dunia angkat besi kelas 61 kilogram Eko Yuli Irawan, menuju Olimpiade Tokyo 2020.
”Dia memantau detail latihan atlet. Kekurangan gerakan atlet dan sikap-sikap atlet selama latihan dicatat dan diperbaiki. Namun, kami sepakat untuk melakukan perubahan menyeluruh setelah Kejuaraan Nasional,” ujar Jeffry.
Dibandingkan daerah lain yang sudah sering membuat kejuaraan daerah sejak 1990-an, pembinaan angkat besi di Jatim tergolong terlambat. Daerah ini pertama kali mengadakan Pekan Olahraga Provinsi untuk cabang angkat besi pada 2011. ”Prinsip kami, siapa yang konsisten melakukan pembinaan dia yang akan menang. Kami memang terlambat melakukan pembinaan, tapi kami punya tujuan untuk menjadi juara,” kata Jeffry.
Pandoo mengatakan, perhatian pada setiap atlet merupakan kunci ilmu olahraga performa tinggi. Dia mencontohkan, Eko Yuli tampil pada Kejuaraan Nasional 2019 dalam kondisi cedera engkel. ”Harus segera dicari jalan keluarnya agar Eko Yuli segera sembuh. Dia atlet senior, harus diperhatikan betul kondisi fisiknya,” ujar Pandoo menyoroti usia Eko yang sudah 30 tahun.
Pandoo juga mengukur denyut jantung atlet setiap pagi. Atlet angkat besi mempunyai denyut jantung istirahat rata-rata 93 denyut per menit. Jika denyut jantung di atas atau di bawah angka normal, tim pelatih harus mencari tahu apa penyebabnya, apakah karena terlalu keras berlatih, kurang berlatih, mengonsumsi makanan yang salah, atau kurang istirahat.
Kejuaraan nasional
Terkait performa lifter-lifter Jatim di kejuaraan nasional, kemarin, dua lifter putra mereka pada kelas 81 kg, yaitu M Choirul Anwar dan Okik Dwi Cahyono, menempati peringkat dua dan empat untuk total angkatan. Choirul meraih dua perak untuk angkatan total 297 kg dan clean and jerk 170 kg. Sementara untuk snatch, angkatan terbaik Choirul hanya 127 kg.
Sementara Okik menempati peringkat keempat dengan total angkatan 291 kg (snatch 126 kg, clean and jerk 291 kg). Pada kategori ini, dua medali emas diraih lifter Jabar M Hasbi yang membukukan angkatan total 306 kg serta clean and jerk 176 kg. Hasbi membawa pulang perak untuk angkatan snatch 130 kg. Peringkat ketiga untuk angkatan total dan clean and jerk diisi oleh lifter Lampung Tunggal Arianto dengan total angkatan 294 kg serta clean and jerk 166 kg.
Medali emas untuk angkatan snatch diraih Juanda (Jabar) dengan 135 kg. Sementara medali perunggu clean and jerk direbut Nazaruddin (Kaltim) dengan angkatan 169 kg.