JAKARTA, KOMPAS — Penjualan surat berharga negara ritel secara dalam jaringan memberikan kemudahan dan kecepatan akses bagi investor individu. Dua keunggulan ini diyakini memengaruhi investor individu untuk kembali membeli instrumen investasi ini.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penjualan surat berharga negara ritel secara dalam jaringan memberikan kemudahan dan kecepatan akses bagi investor individu. Dua keunggulan ini diyakini memengaruhi investor individu untuk kembali membeli instrumen investasi ini.
Pemerintah, mengacu pada Rancangan APBN 2020, akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) Rp 389,3 triliun.
Co-Founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi yang ditemui seusai konferensi pers Indonesia Fintech Summit & Expo 2019, Kamis (22/8/2019), di Jakarta, mengatakan, saluran penjualan SBN ritel akan ditambah melalui aplikasi bergerak Investree. Dengan demikian, pilihan saluran pembelian investor tidak hanya melalui laman internet. Selain itu, Investree juga akan bekerja sama dengan lembaga jasa keuangan lain sebagai subdistribusi.
Investree telah menjadi perusahaan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi mitra distribusi SBN ritel dalam sembilan periode penjualan. Sembilan periode itu terdiri dari lima kali menjual instrumen Savings Bond Ritel (SBR) dan empat kali menjual Sukuk Negara Tabungan (ST).
Dalam sembilan kali penjualan, Adrian menyebutkan, ada investor individu yang melakukan pembelian berulang.
”Sekitar 35 persen dari pembeli SBN Ritel di Investree melakukan pembelian berulang lebih dari dua kali untuk seri SBN Ritel berikutnya,” ujarnya.
Adapun berdasarkan usia, sekitar 50 persen pembeli SBN ritel di platform Investree berusia 18-30 tahun. Sementara 30 persen berumur 31-40 tahun dan sisanya 41 tahun ke atas.
Investree pertama kali menjadi mitra distribusi SBN ritel pada 2018 dengan menjual SBR003 dan ST002. Saat itu, porsi pembeli laki-laki 70 persen dan perempuan 30 persen. Saat ini, sekitar 55 persen pembeli SBN laki-laki dan 45 persen perempuan. Adrian menduga, hal ini disebabkan edukasi dan sosialisasi investasi pada acara komunitas perempuan yang cukup masif.
Edukasi
Chief Marketing Officer Bareksa Rani Sumarni, yang dihubungi terpisah, mengatakan, nasabah Bareksa yang pernah membeli SBN ritel secara daring kembali membeli jika ada penawaran seri baru. Pembeli SBN ritel berulang di Bareksa sekitar 40 persen dari jumlah pembeli. Investor memilih SBR dan ST karena tertarik imbal hasil yang ditawarkan.
Rani menceritakan, timnya harus kerja keras mengedukasi calon investor mengenai SBN ritel dan cara pembelian secara daring. Sebab, sebagian masyarakat masih terbiasa membeli SBN secara luar jaringan.
Rani menambahkan, mayoritas pembeli SBN ritel di Bareksa berusia 21-40 tahun. Dari sisi nilai, rata-rata nasabah Bareksa membeli SBN ritel sampai dengan Rp 20 juta.
Sebagian masyarakat masih terbiasa membeli SBN secara luar jaringan.
Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengemukakan, Modalku mulai menjual sejak SBR003 dan ST002. Sekitar 70 persen pembeli adalah generasi milenial.
”SBN ritel dipatok dengan harga relatif terjangkau bagi anak muda. Proses pembeliannya mudah,” ujar Reynold.
Reynold menambahkan, sejumlah individu yang sebelumnya pernah membeli SBN ritel di Modalku akan tertarik membeli lagi. (MED)