Babak ketiga Kejuaraan Dunia menjadi hari yang kelabu bagi tim Merah Putih. Para pemain Indonesia bertumbangan, termasuk Gregoria Mariska Tunjung, yang tinggal membutuhkan satu angka untuk lolos ke perempat final.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BASEL, KAMIS - Persaingan dengan pemain-pemain top dunia mulai mewarnai babak ketiga Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Basel Swiss, Kamis (22/8/2019). Kemenangan pun kian sulit didapatkan oleh para pemain Indonesia.
Dari tujuh wakil yang tampil pada babak ketiga di Stadion St Jakobshalle, pukul 16.00 – 22.30 WIB, hanya dua wakil yang lolos ke perempat final, yaitu Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Lima wakil yang tersingkir adalah tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting, tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung, dua ganda campuran Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, serta ganda putri Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta.
Wakil lainnya yang tampil pada babak ketiga adalah ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan tunggal putra Jonatan Christie.
Batal
Kekalahan Anthony dari Sai Praneeth (India), 19-21, 13-21, membatalkan peluang terjadi pertemuan sesama tunggal putra Indonesia pada perempat final. Berada pada paruh atas undian, Jonatan dan Anthony seharusnya bisa bertemu pada babak delapan besar.
Tim Indonesia sebenarnya mengawali hari dengan baik ketika Hendra/Ahsan lolos ke perempat final setelah mengalahkan Alexander Dunn/Adam Hall (Skotlandia), 21-19, 21-16. Pada laga berikutnya, juara dunia 2013 dan 2015 itu akan berhadapan dengan Liao Min Chun/Su Ching Heng (Taiwan).
Setelah itu, rentetan kekalahan didapat. Gregoria kembali mendapat pelajaran berharga ketika berhadapan dengan Ratchanok Intanon (Thailand). Juli lalu, Gregoria memaksa Intanon bermain ketat pada babak kedua Indonesia Terbuka, meski akhirnya kalah 21-13, 19-21, 15-21. Itu menjadi modal Gregoria ketika bertemu di Bsel.
Gregoria membutuhkan satu poin untuk meraih kemenangan pertama atas Intanon dalam enam pertemuan, sekaligus mewujudkan target menembus perempat final. Namun, ambisi itu justru membuat Gregoria tak bisa fokus pada satu poin yang dibutuhkan.
Tak dapat mengatasi ketegangan ketika mendapat dua match point, 20-18, pada gim kedua, Gregoria kalah 21-18, 21-23, 10-21. ”Karena tegang, tangan saya kurang rileks, terasa kencang semua,” katanya.
Gagal fokus
Pemain putri berusia 20 tahun itu tak berhasil melupakan kekalahan itu untuk kembali fokus pada gim ketiga. Dalam benaknya berkecamuk beban, kehilangan poin saat match point melawan Intanon, unggulan ketujuh dan juara dunia 2013, bisa menggagalkannya ke perempat final Kejuaraan Dunia.
”Kapan lagi bisa ke perempat final Kejuaraan Dunia,” katanya.
Gregoria pun masih harus belajar menangani emosi saat poin kritis. ”Sebenarnya Gregoria sudah main maksimal. Semua pola untuk meredam pukulan Ratchanok bisa dipraktikkan, pertahanan juga rapat. Tetapi, saat unggul 20-18 pada gim kedua, dia tegang dan dua kali membuat kesalahan. Padahal, pada dua poin itu, senar raket Ratchanok sudah putus,” tutur asisten pelatih tunggal putri Minarti Timur yang mendampingi tunggal putri di Basel.
Pada ganda campuran, Hafiz/Gloria masih kesulitan untuk menjadi bagian dari pasangan top dunia. Mereka gagal mengulang kemenangan pada perempat final Jepang Terbuka, Juli, atas pasangan nomor satu dunia asal China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
Meski menang 21-17, 15-21, 21-19, di Jepang, kali ini, Hafiz/Gloria kalah 17-21, 12-21 hanya dalam waktu 36 menit. Mereka pun kembali seperti pada tiga pertemuan awal, kesulitan menghadapi kecepatan Zheng/Huang.
”Setelah di Jepang, mereka kelihatan lebih siap, sedangkan penampilan kami belum memuaskan. Padahal, inginnya seperti di Jepang,” ujar Gloria.
Dengan hasil ini, Hafiz/Gloria pun gagal memenuhi harapan pelatih ganda campuran pelatnas bulu tangkis Richard Mainaky. Dalam masa persiapan menuju Kejuaraan Dunia, Richard berharap Hafiz/Gloria bisa mengulang kemenangan atas Zheng/Huang. Hal ini bisa menjadi indikator bahwa mereka mulai memasuki tahap konsisten tampil baik melawan pasangan top dunia.
Sementara itu, Praveen/Melati tak mampu mengatasi perlawanan menundukkan pasangan Belanda, Robin Tabeling/Selena Piek. Ganda campuran peringkat 22 dunia itu menundukkan Praveen/Melati dengan 21-13, 21-23, 21-8.
Adapun Della/Rizki juga kesulitan saat berhadapan dengan unggulan keenam, Lee Sho-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan). Mereka kalah 17-21, 18-21. Ganda putri pun tinggal berharap pada Greysia/Apriyani yang akan berhadapan dengan juara dunia 2017, Chen Qingchen/Jia Yifan (China) pada perempat final.