Ujaran kebencian bernada rasialisme kembali terjadi di dunia sepak bola. Kali ini menimpa gelandang Manchester United asal Perancis, Paul Pogba. Ia dihina di media sosial oleh penggemar Manchester United yang kecewa karena Pogba gagal mencetak gol lewat titik penalti saat menghadapi Wolverhampton Wanderers di Stadion Molineux, Wolverhampton, Selasa (20/8/2019).
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
MANCHESTER, RABU — Ujaran kebencian bernada rasialisme kembali terjadi di dunia sepak bola. Kali ini menimpa gelandang Manchester United asal Perancis, Paul Pogba. Ia dihina di media sosial oleh penggemar Manchester United yang kecewa karena Pogba gagal mencetak gol lewat titik penalti saat menghadapi Wolverhampton Wanderers di Stadion Molineux, Wolverhampton, Selasa (20/8/2019).
Pada pertandingan tersebut, Pogba berinisiatif mengambil penalti setelah ia dilanggar oleh Connor Coady di dalam kotak penalti. Sekalipun Manchester United (MU) sebenarnya memiliki spesialis penendang penalti, seperti Marcus Rashford, yang pekan lalu mencetak gol lewat titik putih saat mengalahkan Chelsea.
Akan tetapi, tendangan Pogba dapat diantisipasi dengan baik oleh kiper Wolves asal Portugal Rui Patricio. Alhasil, Pogba pun dianggap sebagai penyebab kegagalan MU memperoleh poin penuh di kandang Wolves. Mereka harus puas bermain imbang 1-1 sehingga gagal memuncaki klasemen.
Kekecewaan fans MU pun berlanjut di dunia maya. Di akun media sosial Pogba, mereka menghina Pogba dengan kata-kata rasialisme. Dia juga diminta hengkang dari MU.
Melihat hal tersebut, MU tidak tinggal diam. MU menyatakan akan mengusut tuntas kasus yang dialami Pogba.
”Orang-orang yang menyatakan pandangan ini tidak mewakili nilai-nilai klub besar kami. Manchester United tidak memberikan toleransi terhadap segala bentuk rasisme atau diskriminasi. Kami memiliki komitmen jangka panjang untuk berkampanye menentangnya melalu inisiatif #AllRedAllEqual,” kata MU melalui situs dan media sosial klub.
Mereka akan mengidentifikasi pelaku yang terlibat dalam insiden tersebut dan akan mengambil tindakan tegas. MU juga mendorong perusahaan media sosial untuk mengambil tindakan tegas dalam kasus ini.
Dukungan kepada Pogba juga diberikan oleh rekan satu timnya. Bek baru MU, Harry Maguire, menyebut pelecehan tersebut adalah hal yang menjijikkan.
”Menjijikkan. Media sosial perlu melakukan sesuatu tentang hal itu,” tulis Maguire di akun media sosial Twitter-nya.
Ia pun meminta agar para pengembang media sosial lebih ketat dalam memverifikasi akun sehingga tidak ada lagi orang yang menyalahgunakan media sosial. Maguire mencontohkan, orang yang akan membuat akun media sosial harus mencantumkan paspor atau surat izin mengemudi.
Rashford yang dianggap beberapa komentator sepak bola lebih layak untuk mengambil tendangan penalti tersebut juga memberikan dukungan kepada Pogba. ”Manchester United adalah keluarga. Paul Pogba adalah bagian besar dari keluarga itu. Kamu serang dia, berarti serang kita semua,” kata Rashford.
Kasus rasialisme seperti sulit dihilangkan dari sepak bola, bahkan jumlahnya terus meningkat. Badan amal antidiskriminasi, Kick It Out, menerbitkan sebuah laporan pada Juli lalu yang menyatakan insiden hinaan bernada rasialisme meningkat sebesar 43 persen pada musim lalu.
Kick It Out menyatakan, sebagian besar kasus terjadi di media sosial. Karena itu, perlu tindakan tegas agar rasialisme tidak berkembang.
Twitter telah menghapus pernyataan yang menghina Pogba dan beberapa akun juga telah dihapus. Syarat dan ketentuan Twitter menyatakan bahwa mereka akan menindak perbuatan kebencian yang ditargetkan pada seseorang.
Manajer Chelsea Frank Lampard juga menentang rasialisme setelah pada pekan lalu menimpa salah satu pemainnya, Tammy Abraham. Penyerang 21 tahun tersebut dihina setelah gagal mengeksekusi tendangan penalti saat melawan Liverpool di Piala Super Eropa.
Lampard pun mendesak media sosial berbuat lebih banyak untuk mencegah isu rasialisme. Sementara itu, Abraham berjanji akan membungkam para pembencinya dengan penampilan di lapangan.
Pada Juli lalu, Chelsea telah melarang seorang pendukungnya untuk menonton pertandingan Chelsea seumur hidup karena menghina pemain Manchester City, Raheem Sterling. Lima pendukung lainnya dilarang menonton selama satu dan dua tahun karena mengeluarkan kata-kata kasar. (AFP/REUTERS)