Pebalap sepeda Indonesia tampil pantang menyerah pada etape kedua Tour d\'Indonesia. Ban bocor dan kaki kram tak menyurutkan tekad mereka untuk mencapai garis finis.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
BATU, KOMPAS - Para pebalap sepeda Tanah Air mulai memperlihatkan militansinya pada etape kedua ajang balap sepeda internasional Bank BRI Tour d’Indonesia 2019, Selasa (20/8/2019). Ban bocor maupun nyeri akibat kaki yang mulai kram tidak membuat mereka berhenti mengayuh sepedanya untuk mencapai garis finis.
Pada tahapan kedua sejauh 157,8 kilometer dengan start dari Alun-Alun Kota Madiun menuju finis di Kota Batu, Jawa Timur ini, pebalap tim PGN Road Cycling Team, Aiman Cahyadi, bernasib sial. Ketika sudah mengawali start yang baik dan menempuh perjalanan sejauh 60 km, ban sepedanya bocor.
Pebalap berusia 25 tahun ini terpaksa berhenti untuk mengganti ban dan kehilangan waktu beberapa menit. Namun, ia masih bertekad untuk melanjutkan lomba dan bantuan dari rekan-rekan setim membuatnya semakin bersemangat.
”Saya lalu ‘ditarik’ sama teman-teman (satu tim) dan kami bekerja sama sampai kelompok utama pebalap terpecah. Kami bersama sampai masuk ke tanjakan, dan akhirnya habis satu-satu,” ujarnya.
Pada etape kedua ini, sebanyak 88 pebalap dari 18 tim mulai merasakan tantangan yang lebih berat. Mereka disuguhi trek mendatar yang memiliki dua segmen sprint, diakhiri dengan dua pendakian untuk perebutan poin raja tanjakan (KoM).
Aiman dan rekan-rekannya masih bisa mengatasi ketertinggalan pada trek mendatar. Ketika jalan mulai menanjak, satu per satu pebalap mulai melambat. Tanjakan pertama yang berakhir di Gerbang Desa Jombok, Kabupaten Malang, memiliki gradien kemiringan 4,8 persen, sedangkan tanjakan kedua yang berakhir Polsek Pujon, Kota Batu, memiliki gradien 3,8 persen.
”Tanjakannya tidak terlalu curam tetapi panjang. Jadi masih bisa kencang (melaju),” ujar Aiman, yang baru pertama kali merasakan tanjakan tersebut. Lawan-lawan yang juga melaju kencang di tanjakan mampu memotivasi Aiman untuk tidak mengurangi kecepatan.
Kerja keras dan sikap pantang menyerah itu pun berbuah manis. Aiman finis di peringkat ke-10 dan menjadi satu-satunya pebalap Indonesia yang berada di 10 besar pada etape tersebut. Hasil ini lebih baik dibandingkan etape pertama ketika ia finis di urutan ke-11.
”Kenyataan memang tidak selalu sesuai harapan. Kami berusaha memberikan yang terbaik tetapi ada masalah ban bocor,” ujarnya.
Masalah juga dialami pebalap Tim Nasional Indonesia, Hari Fitrianto, yang mengalami kram pada kakinya sebelum memasuki tanjakan. Padahal, Hari merupakan jago tanjakan yang diandalkan timnas selain Woro Fitriyanto. Sama seperti Aiman, Hari tetap berusaha mencapai finis dengan menahan rasa sakit.
”Kaki saya kram gara-gara mengikuti kecepatan pebalap-pebalap asing,” ujar Hari yang kemudian mendapat perawatan usai lomba. Meski kesakitan, hasil yang diraih Hari pada etape kedua ini lebih baik dibandingkan dengan hasil etape pertama. Hari finis di urutan ke-34, dari sebelumnya urutan ke-68.
Lebih agresif
Etape kedua itu akhirnya dimenangi pebalap dari tim Taiyuan Miogee Cycling Team, Jeroen Meijers. Pebalap asal Belanda itu mengakui, lomba balap sepeda di Asia cenderung agresif. Sejak awal start, banyak pebalap yang berusaha melepaskan diri dari peloton sehingga setiap pebalap terpaksa mempertahankan kecepatan tinggi. Agresivitas seperti inilah yang membuat Hari sampai mengalami kram.
Meijers beruntung bisa konsisten mempertahankan kecepatan, karena kedua tanjakan pada etape ini ia anggap masih manusiawi. ”Tanjakan kedua sebenarnya lebih mudah, tetapi tenaga sudah cukup terkuras di tanjakan pertama,” katanya.
Peringkat kedua pada etape ini direbut Cristian Raileanu (Team Sapura Cycling) dan peringkat ketiga direbut Thomas Lebas (Kinan Cycling Team). Lebas yang meraih nilai terbanyak dari dua pendakian berhak mendapat jersey biru sebagai pebalap pendaki terbaik.
Jersey hijau yang diberikan kepada pebalap tercepat pada klasifikasi umum dikuasai Ryan Roth. Setelah menempati peringkat kedua pada etape pertama, Roth finis di urutan keenam etape kedua, berselisih satu menit 11 detik di belakang Meijers.
Posisi kedua dan ketiga ditempati Mario Vogt (Team Sapura Cycling), dan Choon Huat Goh (Terengganu Inc TSG Cycling Team). Choon sekaligus menjadi pebalap Asia terbaik, dan berhak mengenakan jersey kuning. Adapun Vogt akan mengenakan jersey merah sebagai sprinter terbanyak.
Adapun posisi terbaik pebalap tuan rumah hingga etape kedua diraih oleh pebalap tim KFC, Abdurrohman.
Hari ini para pebalap akan menempuh tahapan ketiga sejauh 193 km dari Batu menuju Jember. Lintasan relatif datar saat pebalap melewati Pasuruan, Probolinggo, Lumajang sebelum masuk Jember. Pada etape ini ada tiga titik sprint, yakni di pintu gerbang Pasuruan, Kantor Walikota Probolinggo, dan Kantor DPRD Lumajang. Pertarungan agresif seperti yang diprediksi Meijers bisa terjadi lagi.
Etape ketiga adalah lintasan datar terakhir, karena pada dua etape berikutnya yakni etape keempat (Jember-Banyuwangi) dan etape kelima (Gilimanuk-Batur), para pebalap akan menghadapi jalur pendakian yang lebih ekstrem.