BANDUNG, KOMPAS - Juara dunia angkat besi kelas 61 kilogram Eko Yuli Irawan mempunyai misi mulia untuk lolos dan meraih emas Olimpiade Tokyo 2020. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, peraih emas Asian Games 2018 itu, dituntut jeli mengatur jadwal kejuaraan agar mencapai puncak penampilan di Olimpiade.
Persiapan menuju Olimpiade itu terus dilakukan sejak awal 2019 dengan mengikuti sejumlah kejuaraan. Pekan ini, Eko tampil di Kejuaraan Nasional Angkat Besi yang berlangsung di GOR Tri Lomba Juang, Bandung, Jabar. Pada lomba kelas 61 kg, Selasa (20/8/2019), Eko yang membela Jawa Timur masih menjadi yang terkuat dengan angkatan total 306 kg, terdiri dari snatch 135 kg, serta clean and jerk 171 kg. Eko pun meraih tiga keping emas pada kejuaraan yang menjadi ajang kualifikasi PON Papua 2020 dan seleksi tim nasional untuk SEA Games 2019 itu.
Menempati peringkat kedua adalah M Halim Setiawan asal Lampung dengan total angkatan 275 kg (snatch 122 kg, clean and jerk 153 kg). Lifter asal Kaltim, Muhammad Faatir menempati peringkat ketiga untuk angkatan total 265 kg (snatch 119, clean and jerk 146 kg). Joni Susanto dari Jatim membawa pulang perunggu untuk angkatan clean and jerk terbaik 149 kg.
Eko mengatakan, setiap tampil dalam kejuaraan dirinya harus berurusan dengan diet ketat. Padahal, dengan usia yang tidak lagi muda, yaitu 30 tahun, diet ketat akan memengaruhi angkatan, berisiko mengganggu kesehatan, dan rawan cedera. Apalagi, Eko punya riwayat cedera hamstring kiri sebelum tampil di Olimpiade Beijing 2008, dan retak tulang kering menjelang Olimpiade London 2012.
“Sehari-hari berat badan saya 65-66 kg. Saya harus diet ketat untuk masuk kategori lomba 61 kg. Tahun-tahun sebelumnya, saya punya waktu panjang untuk diet. Sekarang, karena kejuaraan yang harus diikuti banyak, hampir setiap bulan saya harus diet ketat,” ujar Eko.
Berdasarkan aturan Federasi Angkat Besi Internasional, lifter harus mengikuti minimal enam kejuaraan dalam periode 18 bulan kualifikasi Olimpiade 2020. Hanya lifter dengan peringkat delapan besar dunia yang berhak tampil di Olimpiade Tokyo. Lifter dari berbagai negara memanfaatkan aturan ini dengan tampil sebanyak-banyaknya pada kejuaraan agar mendapatkan poin lebih banyak.
Namun, dengan kondisi fisik yang dimiliki, Eko berharap agar tim pelatih dapat mengatur jadwal kejuaraan yang harus diikuti. Kejuaraan Dunia dan SEA Games 2019 diharapkan menjadi dua ajang terakhir untuk tahun ini. Sementara tahun depan, Eko mengincar Kejuaraan Asia 2020 di Kazakhstan yang berlangsung tiga bulan sebelum Olimpiade Tokyo. Dengan cara ini, Eko berharap bisa mencapai puncak penampilan di Olimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung pada 24 Juli-9 Agustus.
Di Kejuaraan Dunia 2019, Eko dituntut untuk mempertahankan gelar juara dunia yang sudah susah payah diraihnya pada 2018. Kejuaraan Dunia termasuk dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo dengan level emas, atau menyediakan poin peringkat dunia tertinggi.
Tahun lalu, Eko Yuli menjadi yang terbaik di kelas 61 kg. Di Ashgabat, Turkmenistan, Eko mencatat total angkatan 317 kg (snatch 143 kg, clean and jerk 174 kg). Nyaris satu tahun berlalu, belum ada lifter yang dapat melampaui angkatan Eko. Li Fabin, lifter asal China yang menjadi lawan terberat Eko, mempunyai angkatan total 312 kg (snatch 141 kg, clean and jerk 171 kg).
Eko Yuli mengatakan, dirinya masih belum tenang menghadapi Kejuaraan Dunia 2019, yang akan berlangsung pada 18-28 September 2019 di Pattaya, Thailand. “Pertanyaannya sekarang, apakah saya bisa mengulang total angkatan terbaik 317 kg? Tantangan datang dari diri sendiri untuk mengulang angkatan terbaik saya,” kata Eko.
Eko mengatakan, untuk mengulang rekor dunia tidaklah mudah. Dia menghadapi sejumlah kendala, seperti sempat mengalami cedera engkel. Selain itu, aturan baru Federasi Angkat Besi Dunia (IWF) yang mewajibkan atlet mengikuti minimal enam kejuaraan dalam periode 18 bulan menuju Olimpiade juga membuat Eko harus berbagi fokus dalam latihan dan kejuaraan.
Setelah tampil di Kejuaraan Dunia 2018, Eko menjalani dua kejuaraan penting, yaitu Kejuaraan Asia dan Piala Dunia IWF. Dalam dua kejuaraan tersebut, tren angkatan Eko selalu menurun. Di Kejuaraan Asia, jumlah angkatan total Eko 299 kg (snatch 133 kg, clean and jerk 166 kg). Di Piala Dunia IWF, total angkatan kian merosot menjadi 297 kg (snatch 136 kg, clean and jerk 161 kg).
Pelatih kepala tim nasional angkat besi Dirdja Wihardja mengatakan, angkatan Eko kini semakin baik dalam latihan. “Akhir bulan lalu, dia membukukan total angkatan terbaik 314 kg (dengan berat badan 65 kg). Kami harapkan progresnya semakin baik. Masih ada satu bulan menjelang Kejuaraan Dunia, mudah-mudahan bisa membaik,” kata Dirdja.