Lembaga Sensor Film mengajak masyarakat untuk melakukan sensor mandiri dengan cara bijak memilih film yang akan mereka tonton. Secara khusus, LSF juga meminta orangtua tidak mengajak anak-anak ke biskop untuk menyaksikan film yang tidak sesuai dengan usia mereka.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Ketua Lembaga Sensor Film Ahmad Yani Basuki berbicara dalam acara Sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pedoman dan Kriteria Penyensoran, Penggolongan Usia Penonton, Penarikan Film dan Iklan Film dari Peredaran, Selasa (20/8/2019), di sebuah hotel di Yogyakarta.
YOGYAKARTA, KOMPAS — Lembaga Sensor Film mengajak masyarakat melakukan sensor mandiri dengan cara bijak memilih film yang akan mereka tonton. Secara khusus, LSF juga meminta para orangtua tidak mengajak anak-anak ke biskop saat menyaksikan film yang dinilai tidak cocok untuk anak-anak.
”LSF mengajak masyarakat untuk mengembangkan budaya sensor mandiri,” kata Ketua LSF Ahmad Yani Basuki saat Sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pedoman dan Kriteria Penyensoran, Penggolongan Usia Penonton, Penarikan Film dan Iklan Film dari Peredaran, Selasa (20/8/2019), di Yogyakarta.
Ahmad menjelaskan, LSF antara lain bertugas untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif sebuah film. Namun, agar tugas tersebut benar-benar berjalan dengan baik, upaya penyensoran film yang dilakukan oleh LSF dinilai tidak cukup.
”LSF memiliki tugas untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif film. Dan, untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif film, kami merasa tidak cukup hanya dengan menyensor film yang masuk ke LSF,” ujar Ahmad.
KOMPAS/THE WALT DISNEY COMPANY SOUTHEAST ASIA
The Walt Disney Company Southeast Asia meluncurkan film animasi pendek berjudul ”Mickey Go Local”. Film ini bisa ditonton di Youtube sejak 24 Juli 2019.
Hal ini karena film-film yang masuk ke LSF untuk disensor itu biasanya hanya film yang akan diputar di tempat-tempat tertentu saja, misalnya di bioskop, televisi, atau media terbatas lain. Padahal, saat ini, banyak film yang beredar di berbagai media yang tidak disensor lebih dulu oleh LSF.
Sensor mandiri merupakan kemampuan untuk memilih dan memilah film yang benar-benar layak ditonton.
Oleh karena itu, LSF terus mendorong berkembangnya budaya sensor mandiri di kalangan masyarakat. Sensor mandiri merupakan kemampuan untuk memilih dan memilah film yang benar-benar layak ditonton. ”Kami mengajak masyarakat untuk cerdas memilih dan memilah tontonan sehingga tahu betul mana yang layak dan mana yang tidak,” kata Ahmad.
Sementara itu, anggota LSF, Arturo Gunapriatna, mengatakan, LSF juga mengajak masyarakat untuk bijak saat mengajak anak-anak menonton film di bioskop. Arturo menyebut, sebelum mengajak anak-anak ke bioskop, orangtua seharusnya mencari tahu apakah film itu cocok untuk ditonton anak-anak atau tidak.
Apalagi, LSF telah menetapkan klasifikasi umur penonton untuk film-film yang ditayangkan di bioskop. Klasifikasi tersebut seharusnya menjadi pedoman bagi orangtua saat hendak mengajak anak mereka menonton film.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Anggota Lembaga Sensor Film, Arturo Gunapriatna, berbicara dalam acara Sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pedoman dan Kriteria Penyensoran, Penggolongan Usia Penonton, Penarikan Film dan Iklan Film dari Peredaran, Selasa (20/8/2019), di sebuah hotel di Yogyakarta.
Namun, Arturo menuturkan, saat menonton ke bioskop, ia beberapa kali melihat orangtua yang mengajak anak-anak mereka untuk menonton film yang penuh dengan adegan kekerasan yang sangat tidak pantas untuk ditonton oleh anak-anak. Kondisi ini menunjukkan banyak anggota masyarakat yang belum menyadari dampak film terhadap tumbuh kembang anak-anak.
”Inilah pentingnya sensor mandiri, yakni kesadaran orangtua untuk menjaga anaknya agar tidak melihat film-film yang belum pantas untuk ditonton anak-anak,” ujar Arturo.
Di sisi lain, Arturo mengatakan, LSF juga terus mencoba menghadirkan paradigma baru dalam melakukan penyensoran film. Salah satu caranya, LSF mengedepankan dialog saat melakukan penyensoran terhadap sebuah film.
”Penyensoran dilakukan berdasarkan dialog dengan pemilik film. Jadi, kalau ada produser atau pembuat film tidak setuju dengan konten yang kita harapkan untuk dipotong, kita selalu siap untuk melakukan dialog. Dialog ini bukan berarti tawar-menawar, melainkan mencari pengertian-pengertian,” tutur Arturo.