PT Industri Kereta Api atau PT INKA (Persero) menjajaki potensi ekspor ke negara-negara Afrika. Namun, pengembangan pasar di Afrika memerlukan kerja sama antarperusahaan BUMN.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Industri Kereta Api atau PT INKA (Persero) menjajaki potensi ekspor ke negara-negara Afrika. Namun, pengembangan pasar di Afrika memerlukan kerja sama antarperusahaan BUMN.
Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro dalam temu media, Senin (19/8/2019), di Jakarta, menjelaskan, banyak negara di Afrika yang memerlukan sarana angkutan kereta. Beberapa negara yang telah dijajaki antara lain Mali, Kamerun, Senegal, Angola, Zimbabwe, Madagaskar, dan Uganda. Namun, kondisi keuangan setiap negara berbeda-beda.
”Mereka butuh angkutan kereta, tetapi dananya terbatas. Mereka punya komoditas, misalnya bauksit atau emas. Jadi, kita masuk dengan BUMN lain, seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau PT Len Industri (Persero), untuk pasar Afrika. Misalnya di Madagaskar ada Bauksit, kita akan masuk bersama BUMN pertambangan,” tutur Budi.
Budi menambahkan, Menteri BUMN telah mengarahkan untuk membentuk Indonesia Incorporated, yakni gabungan beberapa BUMN untuk menggarap pasar luar negeri. Pembiayaannya akan didukung Eximbank. Setiap kedutaan besar Indonesia di luar negeri juga membantu.
Negara yang berminat pada produk PT INKA adalah Madagaskar, dengan perkiraan nilai pembelian 350 juta dollar AS.
Adapun Angola berminat membeli kereta komuter serta minta bantuan untuk menyiapkan bengkel kerja kereta di negara itu. Namun, hingga kini rencana itu masih dibicarakan.
Sementara negara di Asia Tenggara yang berminat membeli produk INKA adalah Laos. Prosesnya tengah dijajaki.
Perluas pasar
Menurut Budi, PT INKA harus mencari dan memperluas pasar ekspor. Sebab, bisnis PT INKA tergantung dari jumlah kontrak setiap tahun. Jika hanya bergantung pada pasar dalam negeri, kebutuhannya tidak akan selalu besar setiap tahun.
Saat ini, PT INKA masih memenuhi pesanan Bangladesh sebanyak 250 kereta penumpang, yang akan dikirimkan secara bertahap sampai akhir tahun ini. Dari Filipina, ada pesanan enam rangkaian kereta diesel dan 15 kereta penumpang. Sementara, untuk pasar dalam negeri, PT INKA tengah menyelesaikan dan menguji coba 31 rangkaian kereta ringan (LRT) Jabodebek.
Perluasan pasar sejalan dengan penambahan kapasitas produksi PT INKA yang sedang membangun fasilitas produksi di Banyuwangi, Jawa Timur, yang didesain untuk ekspor. Jika fasilitas produksi di Banyuwangi selesai, kapasitas produksi akan bertambah 3-4 kereta per hari. Saat ini, kapasitas produksi fasilitas di Madiun 1,5 kereta per hari.
”Ini sesuai perintah Presiden bahwa produksi lokal, tetapi untuk pasar ekspor. Seperti kereta untuk Bangladesh, tingkat komponen dalam negerinya (TKDN) sampai 75 persen,” kata Budi menambahkan.
Sementara itu, Asisten Deputi Bidang Usaha Pertambangan Industri Strategis dan Media II Kementerian BUMN Heri Purnomo menyampaikan, pembangunan fasilitas baru di Banyuwangi sejalan dengan permintaan pasar ekspor yang semakin besar. (NAD)