Dukung Perekonomian, Pemerintah Tingkatkan Produktivitas Perkebunan
Pemerintah mulai fokus meningkatkan produktivitas komoditas tanaman perkebunan, yang potensinya belum digarap maksimal. Beberapa komoditas perkebunan itu, seperti sawit, kopi, kakao, karet, dan kelapa.
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah mulai fokus meningkatkan produktivitas komoditas tanaman perkebunan, yang potensinya belum digarap maksimal. Beberapa komoditas perkebunan itu, seperti sawit, kopi, kakao, karet, dan kelapa.
Selama ini, produksi perkebunan itu belum optimal, padahal kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi cukup besar. Apalagi saat ini harga beberapa komoditas sedang mendapat tekanan dari luar.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjry Djufry mengatakan, dalam menghadapi tantangan tersebut, Indonesia perlu lebih memaksimalkan produktivitas perkebunan. Upaya itu perlu digarap berbarengan dengan peningkatan nilai tambah komoditas yang dihasilkan.
Untuk meningkatkan produktivitas perkebunan, tahun ini Kementan mulai menjalankan program Bun500, yaitu membagikan 500 juta bibit unggul kepada petani dalam lima tahun ke depan atau sampai 2024. Tujuannya adalah mendorong produktivitas petani, sekaligus mengganti tanaman tua yang saat ini mendominasi perkebunan di Indonesia.
”Kita perlu meremajakan tanaman terlebih dulu untuk meningkatkan produktivitasnya. Dengan program ini saja, produktivitas perkebunan bisa naik 20-30 persen,” kata Fadjry yang ditemui seusai pembukaan acara ”The 1st International Conference on Sustainable Plantation 2019” di International Convention Center, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Selasa (20/8/2019).
Kita perlu meremajakan tanaman terlebih dulu untuk meningkatkan produktivitasnya. Dengan program ini saja, produktivitas perkebunan bisa naik 20-30 persen.
Menurut Fadjry, contoh komoditas perkebunan yang belum berproduksi secara maksimal adalah kakao. Saat ini, produksi kakao baru mencapai 0,7 ton sampai 0,8 ton per hektar per tahun di tingkat petani. Padahal, potensinya mencapai 3,7 ton per hektar per tahun.
Tanaman kopi juga belum tergarap maksimal. Dengan menanam bibit biasa, petani hanya mampu memproduksi 0,7 ton per hektar per tahun. Jumlah itu belum dapat memenuhi kebutuhan ekspor. Dengan bibit unggul, produktivitas perkebunan kopi bisa naik sampai 2 ton per hektar per tahun.
”Program tersebut juga akan mencakup petani kelapa sawit. Produktivitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit oleh petani rakyat baru mencapai sekitar 2 ton per hektar per tahun. Jumlah itu kalah dibandingkan dengan produktivitas kelapa sawit di Malaysia yang mencapai 10 ton lebih per tahun,” katanya.
Dekan Fakultas Pertanian IPB Suwardi berpendapat, bersamaan dengan program peremajaan tanaman, pemerintah juga perlu meningkatkan produktivitas perkebunan. Upaya itu seperti pemeliharaan, perbaikan tanah, dan pemupukan dengan teknologi yang tepat.
Peningkatan produktivitas lewat berbagai upaya tersebut akan bermanfaat bagi petani. Salah satunya akan berguna bagi perkebunan kelapa sawit milik rakyat yang lahannya mencapai 50 persen lebih dari total 14 juta hektar lahan kelapa sawit.
”Produktivitas kelapa sawit kita masih terlalu rendah, padahal luasan sawit kita sudah cukup besar. Pemerintah perlu lebih meningkatkan produktivitas, terutama di tanah-tanah marginal yang tidak subur,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) hingga triwulan II-2019 sebesar Rp 3.963,5 triliun. Pertumbuhan paling tinggi disumbang produksi pertanian, kehutanan, dan perikanan, yakni sebesar 13,80 persen.
Sumbangan PDB sektor pertanian secara konsisten menunjukkan tren positif. Pada 2013, PDB sektor pertanian sebesar Rp 847,8 triliun. Kemudian, pada 2018, meningkat menjadi Rp 1.005,4 triliun.
Nilai ekspor subsektor pertanian, yakni perkebunan juga terus tumbuh positif. Data Kementan menunjukkan, pada 2017, ekspor hasil perkebunan sebesar Rp 340 triliun. Kemudian pada 2018, nilai ekspor perkebunan tumbuh menjadi Rp 500 triliun. Komoditas perkebunan yang diekspor didominasi oleh produk kelapa sawit.