Ditepis, Informasi soal Pengusiran Mahasiswa Papua di Jatim
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jawa Timur dan Keluarga Besar Papua di Jawa Timur, Senin (19/8/2019) malam mengadakan, silaturahmi bertajuk Kita Semua Bersaudara di Rumah Dinas Kepala Polda Jatim, Jalan Bengawan, Surabaya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jawa Timur dan Keluarga Besar Papua di Jawa Timur, Senin (19/8/2019) malam, mengadakan silaturahmi bertajuk Kita Semua Bersaudara di Rumah Dinas Kepala Polda Jatim, Jalan Bengawan, Surabaya.
Acara itu digelar untuk meredam dampak negatif peristiwa persekusi dan ujaran kebencian bernada rasisme kepada kalangan mahasiswa Papua dan Papua Barat di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya. Selain itu, juga meredam kericuhan antara kalangan mahasiswa Bumi Cendrawasih dan warga di Malang. Kedua peristiwa terjadi akhir pekan lalu.
Dampak dari peristiwa di Jatim itu, Senin di Manokwari (Papua Barat) terjadi kerusuhan, sedangkan di Jayapura (Papua) muncul demonstrasi besar. Kalangan warga Papua merasa tersakiti oleh kasus persekusi dan ujaran kebencian bernada rasisme yang dialami saudara mereka di Surabaya dan Malang.
Terkait dengan kejadian itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko sudah meminta maaf kepada publik khususnya warga Papua.
Dalam silaturahmi, Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua di Surabaya Pieter Frans Rumaselo menyampaikan terima kasih kepada Forkopimda Jatim yang berusaha menjaga wilayah tetap kondusif. Kalangan warga Papua termasuk mahasiswa merasa tetap dapat menjalankan tugas dan menempuh pendidikan dengan baik.
“Kepada Mama, Papa, dan Saudara semua di Papua bahwa informasi adanya pengusiran warga Papua di Surabaya dan sekitarnya, tidak benar,” ujar Pieter.
Pieter mengklaim, warga Papua di Jatim hidup dalam damai dan rukun. Mereka mengharapkan agar semua warga Papua di Jatim dapat beraktivitas dan berkuliah dengan sebaik-baiknya dalam rasa aman dan damai. “Jangan mudah percaya dengan informasi yang berkembang dan tidak benar,” katanya.
Kepada Mama, Papa, dan Saudara semua di Papua bahwa informasi adanya pengusiran warga Papua di Surabaya dan sekitarnya, tidak benar
Khofifah menyampaikan silaturahmi ini ingin meneguhkan rasa persaudaraan warga untuk tetap bersatu. Keharmonisan hubungan antarwarga juga menjadi satu dari sembilan program andalan Khofifah sejak memimpin pada 13 Februari 2019 yakni Jatim Harmoni. “Ingin diupayakan kehidupan harmoni dari semua rumpun di sini bahwa kita adalah Indonesia,” katanya.
Khofifah, mantan Menteri Sosial, mengharapkan persaudaraan terus dibangun dengan hati dan pikiran yang bersih. Silaturahmi malam itu diharapkan menjadi perekat dan memperkuat hubungan antarwarga termasuk dengan warga dan mahasiswa Papua di Jatim.
Luki mengatakan, ada disinformasi tentang peristiwa di Surabaya dan Malang yang diterima di Papua dan Papua Barat. Tidak benar dalam peristiwa persekusi itu ada pengusiran terhadap mahasiswa Papua. “Informasi yang diterima di sana sangat berbeda dengan yang terjadi di sini,” katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, suasana di Surabaya sangat kondusif, termasuk di Asrama Mahasiswa Papua. Semua warga dari beragam latar belakang menjalankan aktivitas tanpa ada kekhawatiran.
Saya akan menghubungi mama-mama Papua yang ada di Papua untuk menenangkan suasana karena kericuhan ini dipicu hoaks, isu yang beredar tidak terjadi di Surabaya,Di
Pantauan di Asrama Mahasiswa Papua yang terletak di Jalan Kalasan, tidak ada lagi aparat kepolisian, TNI, dan Satpol PP Kota Surabaya yang berjaga. Pagar besi di depan asrama kini ditutup dengan baliho sehingga aktivitas yang dilakukan di dalam area asrama tidak bisa terlihat dari luar.
Untuk membuat situasi di Surabaya lebih tenang, pihaknya akan berkomunikasi dengan penghuni Asrama Mahasiswa Papua. Dia akan mengajak semua penghuni asrama untuk menahan diri dan tidak memperkeruh suasana. "Saya akan menghubungi mama-mama Papua yang ada di Papua untuk menenangkan suasana karena kericuhan ini dipicu hoaks, isu yang beredar tidak terjadi di Surabaya," katanya.