500 Personel Dikerahkan untuk Padamkan Api di Gunung Merapi
Sebanyak 500 personel dikerahkan untuk memadamkan api di kawasan hutan di petak 36 di Taman Nasional Gunung Merapi di wilayah Desa Ngargosoko, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang terjadi pada Minggu malam.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 500 personel dikerahkan untuk memadamkan api di kawasan hutan di petak 36 di Taman Nasional Gunung Merapi di wilayah Desa Ngargosoko, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Personel yang diterjunkan merupakan gabungan dari Taman Nasional Gunung Merapi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang, TNI, polisi, relawan, dinas kehutanan, jajaran pemerintah Desa Ngargosoko, dan warga setempat.
”Seluruh kekuatan personel akan disebar untuk memadamkan api di dua lokasi,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto, Senin (19/8/2019). Dua lokasi itu adalah petak 8D dan di petak F87. Seluruh kekuatan personel mulai bergerak memadamkan api pada Senin pagi.
Kebakaran di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terjadi pada Minggu (18/8/2019) pukul 18.45. Segera setelah itu, sejumlah personel, gabungan dari TNGM, TNI, polisi, dan warga setempat langsung bergerak ke lokasi untuk melakukan upaya pemadaman. Namun, sekitar pukul 23.00, semua personel pemadaman memutuskan turun karena tidak bisa menembus lokasi.
Kebakaran di Taman Nasional Gunung Merapi terjadi pada Minggu (18/8/2019) pukul 18.45.
”Lokasi kebakaran sulit ditembus karena jaraknya sangat jauh, hampir mendekati puncak. Personel pemadaman juga tidak bisa dipaksakan bergerak karena sudah malam dan kondisi gelap,” ujarnya.
Haryanto, salah seorang perangkat Desa Ngargosoko, mengatakan, pada Minggu malam, dia dan lebih dari 50 orang lainnya sudah mencoba naik ke kawasan TNGM. Namun, berjarak sekitar 4 kilometer dari lokasi kebakaran, dia dan banyak warga lainnya memutuskan untuk turun.
”Kami tidak berani memutuskan untuk terus naik karena sangat gelap dan di lingkungan sekitar banyak jurang,” ujarnya.
Desa Ngargosoko berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Kebakaran diketahui oleh warga pada Minggu sekitar pukul 19.00 saat warna langit di atas gunung terlihat lebih terang dibandingkan dengan sekitarnya. Pemandangan langit tersebut diketahui oleh banyak orang karena saat itu di desa sedang diselenggarakan pentas kesenian untuk merayakan HUT ke-74 Proklamasi RI.
Dalijo, Kepala Urusan Umum Desa Ngargosoko, mengatakan, kawasan hutan di TNGM sudah kerap kali terbakar di musim kemarau. Kali ini, lokasi yang terbakar berjarak jauh dari desa, sekitar 3 kilometer dari kawasan puncak. Kawasan terbakar bukan termasuk jalur pendakian. Di wilayah tersebut juga tidak terdapat areal pertanian sehingga jarang dirambah warga.
Dalijo mengatakan, lokasi tersebut juga tidak memungkinkan sering dikunjungi karena akses jalannya sulit dilalui. ”Yang bisa dan biasa mencapai lokasi tersebut hanyalah mobil-mobil truk pengangkut pasir,” ujarnya. Di sekitar lokasi terbakar tersebut juga marak terjadi aktivitas penambangan pasir dan batu, material galian C, dari Gunung Merapi.
Dalijo berharap kebakaran bisa cepat dipadamkan karena di kawasan tersebut masih menjadi habitat sejumlah satwa, seperti monyet, harimau, dan kijang.