Perkelahian Hebat Anak Buah Kapal Ikan di Laut Arafura
Sejumlah anak buah kapal KM Mina Sejati dilaporkan tewas dibunuh sesama ABK saat kapal ikan yang membawa 30 orang itu sedang mencari ikan di Laut Arafura di dekat Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sejumlah anak buah kapal KM Mina Sejati dilaporkan tewas dibunuh oleh sesama ABK saat kapal ikan yang membawa 30 orang itu sedang mencari ikan di Laut Arafura di dekat Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Laporan sementara, dua orang meninggal tercebur di laut dan lima orang tewas di dalam kapal. Nasib belasan awak lainnya belum jelas.
Kepala Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Tual Salman Mokoginta yang dihubungi Kompas pada Minggu (18/8/2019) mengatakan, peristiwa itu terjadi sehari sebelumnya, Sabtu petang. Lokasi pembantaian sekitar 100 mil laut (sekitar 185 kilometer) arah selatan Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru.
Kami sudah bergerak sekitar 10 mil laut (18,5 kilometer), terus katanya ada perintah dari pusat bahwa kapal Basarnas ditarik pulang. Katanya membahayakan keselamatan tim.
Peristiwa tersebut berawal dari pertengkaran di antara sesama awak kapal. Tiga di antara anak buah kapal (ABK) lantas mengambil golok dan samurai. Mereka lalu membantai satu per satu ABK lainnya. Sembilan orang, termasuk nakhoda, Awi, memilih terjun ke laut untuk menyelamatkan diri. Mereka lalu ditolong kapal ikan terdekat.
Dari sembilan orang itu, dua orang tewas kehabisan tenaga di laut. Tujuh orang, termasuk Awi, selamat dengan luka-luka. Sementara nasib 18 awak kapal yang lain belum diketahui. ”Sebelum sembilan orang itu terjun ke laut, mereka melihat lima orang sudah dibantai hingga meninggal,” kata Salman. Korban selamat sedang berada di kapal lain.
Awak kapal yang menyelamatkan para korban itu tidak berani mendekat ke KM Mina Sejati karena khawatir ikut menjadi korban. Mereka lalu menghubungi petugas di darat untuk meminta pertolongan. Tim dari PSDKP Tual dan Basarnas bersama TNI AL kemudian bergerak ke lokasi itu pada Minggu dini hari.
”Kami sudah bergerak sekitar 10 mil laut (18, 5 kilometer), terus katanya ada perintah dari pusat bahwa kapal Basarnas ditarik pulang. Katanya membahayakan keselamatan tim,” ujarnya. Padahal, dalam tim itu terdapat aparat TNI AL bersenjata lengkap, sementara pelaku pembantaian membawa golok dan pedang samurai.
Penarikan kapal
Kepala Kantor SAR Ambon Muslimin enggan menjelaskan alasan penarikan kapal yang hendak melakukan penyelamatan itu. Namun, ia mengatakan, penyelamatan kini sudah diambil alih oleh TNI AL menggunakan kapal perang. Kapal perang dimaksud bergerak dari Dobo.
”Operasionalnya bukan Basarnas, saya tidak bisa berikan keterangan perkembangan. Cuman laporan awal,” kata Muslimin seraya mengarahkan wartawan untuk mengonfirmasi hal tersebut kepada pihak TNI AL. Ia juga membeberkan kronologi peristiwa sebagaimana yang disampaikan Salman.
Salman menambahkan, hingga petang ini, belum ada kapal perang yang mendekat ke lokasi tersebut. Padahal, waktu tempuh ke lokasi itu hanya sekitar 6 jam. ”Sampai sore belum ada kapal TNI AL yang sampai di sana. Info ini kami dapatkan dari kapal yang berada di dekat lokasi itu,” ucap Salman.
Kompas mencoba menghubungi pihak Pangkalan TNI AL Dobo, tetapi belum ada respons.