Media China Sebut Tragedi Tiananmen Tidak Akan Terulang di Hong Kong
China berjanji penanganan unjuk rasa prodemokrasi di Hong Kong tidak akan seperti tragedi Lapangan Tiananmen pada 1989. Jaminan tersebut diberikan di tengah meningkatnya intimidasi China melalui parade militer pada pekan ini.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
BEIJING, JUMAT — Media China menyebutkan tragedi Lapangan Tiananmen pada 1989 tidak akan terulang dalam penanganan unjuk rasa prodemokrasi di Hong Kong. Jaminan tersebut diberikan di tengah meningkatnya intimidasi China melalui parade militer pada pekan ini.
The Global Times, surat kabar China yang berfokus pada isu-isu internasional dari sudut pandang Pemerintah China, melaporkan, China tidak akan mengulangi pembantaian massal yang terjadi di Beijing pada 30 tahun silam. Penggunaan referensi Lapangan Tiananmen merupakan sesuatu yang langka karena China melarang pembahasan insiden itu sama sekali selama puluhan tahun.
”Insiden di Hong Kong tidak akan mengulang insiden politik yang terjadi pada 4 Juni 1989. China sekarang lebih kuat dan dewasa serta kemampuannya untuk mengatasi situasi kompleks telah bertambah,” tulis tajuk rencana The Global Times, Jumat (16/8/2019).
China tidak akan mengulangi pembantaian massal yang terjadi di Beijing, 30 tahun silam.
Pembantaian di Lapangan Tiananmen sempat membuat China dikucilkan dunia internasional. Pertumbuhan ekonomi China sempat stagnan selama dua tahun pasca-insiden.
Janji yang dikeluarkan tersebut bersamaan dengan terus menguatnya propaganda dan peringatan Beijing akan mengerahkan kekuatan militer ke Hong Kong. China melakukan parade kekuatan militer di Stadion Shenzhen Bay, Shenzhen, sebuah kota yang berbatasan dengan Hong Kong, Kamis (15/8/2019).
Ribuan anggota Polisi Bersenjata Rakyat (PAP) berlari dalam formasi di dalam stadion. Tampak pula puluhan kendaraan bersenjata terparkir di dalam dan luar gedung.
Sejumlah pihak telah menyuarakan kekhawatiran tragedi Lapangan Tiananmen akan terulang, saat militer China membantai pengunjuk rasa prodemokrasi China. China tidak pernah merilis jumlah korban dalam insiden itu, tetapi ratusan hingga ribuan orang tidak bersenjata diperkirakan meninggal.
”China harus sangat hati-hati dalam mengambil langkah-langkah karena penduduk di Amerika mengingat Lapangan Tiananmen. Ini akan menjadi kesalahan besar bagi China untuk membuat memori baru seperti Tiananmen di Hong Kong,” ujar Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton dalam wawancara dengan VOA News.
Mantan dosen politik Tsinghua University, Wu Qiang, menambahkan, China telah mempelajari kesalahan dari tragedi Lapangan Tiananmen. Beijing juga telah beberapa kali berbagi pengalaman dengan kepolisian Eropa dan AS dalam menangani unjuk rasa damai serta kerusuhan politik.
”Namun, meski teknik penanganan telah modern, kemampuan untuk menerjunkan kekuatan secara efektif merupakan hal yang lain lagi. Rezim China tidak memiliki pengalaman untuk menekan kerusuhan dalam masyarakat yang bebas (seperti Hong Kong),” ujar Wu.
Rezim China tidak memiliki pengalaman untuk menekan kerusuhan dalam masyarakat yang bebas (seperti Hong Kong).
Kekuatan asing
The Global Times menulis, AS tidak akan mampu mengintimidasi China menggunakan insiden Lapangan Tiananmen. Beijing telah berulang kali menyalahkan kekuatan asing dalam unjuk rasa yang terjadi di Hong Kong.
China menggambarkan protes sebagai upaya yang didanai asing untuk mengganggu kestabilan China ketimbang sebagai pemberontakan rakyat atas kebijakan pemerintah.
Hong Kong tengah bergejolak akibat aksi unjuk rasa prodemokrasi berkelanjutan selama 10 minggu terakhir. Protes berawal dari penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Ekstradisi pada awal Juni 2019.
Aksi unjuk rasa kemudian berkembang menjadi gerakan prodemokrasi. Para pengunjuk rasa kini menuntut Pemerintah Hong Kong mencabut RUU Ekstradisi, pembatalan sebutan perusuh terhadap pengunjuk rasa, pembebasan pengunjuk rasa yang ditahan polisi, pengunduran diri Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, penyelidikan kekerasan oleh polisi, serta pemberian hak pilih terhadap pejabat legislatif dan pemimpin Hong Kong.
”Saya yakin jika Presiden China Xi Jinping duduk dengan pengunjuk rasa, ia akan menyelesaikan persoalan dalam 15 menit,” ujar Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (AFP)