Buat KH Mustofa Bisri, Sahabat dan Santrinya adalah Guru
Bagi KH Ahmad Mustofa Bisri (75), setiap orang sejatinya merupakan guru karena segala kelebihannya dapat bermanfaat bagi orang lain. Hal itu pula yang mendorongnya rajin bersilaturahmi dan menimba ilmu, termasuk melalui media sosial.
Oleh
Gregorius Magnus Finesso
·2 menit baca
Bagi KH Ahmad Mustofa Bisri (75), setiap orang sejatinya merupakan guru karena segala kelebihannya dapat bermanfaat bagi orang lain. Hal itu pula yang mendorongnya rajin bersilaturahmi dan menimba ilmu, termasuk melalui media sosial.
”Di media sosial sangat banyak orang pandai dari berbagai disiplin ilmu, seperti ahli hukum Pak Mahfud MD, ahli kelautan Bu Susi,” kata Gus Mus pada acara ulang tahunnya yang ke-75 di Kelenteng Sam Poo Kong, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (14/8/2019) malam.
Pada acara ”Persembahan Sahabat dan Santri untuk Kiaiku” itu hadir sejumlah tokoh. Mereka antara lain Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Sinta Nuriyah Wahid, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Achmad Rifai (86), guru formal Gus Mus saat SR, datang menggunakan kursi roda. Saat pemotongan tumpeng, ia mendapat potongan pertama dari Gus Mus. ”Saya minta ke panitia agar Pak Rifai dihadirkan di sini karena saya ingin mengucapkan terima kasih,” katanya.
Gus Mus menegaskan, santri dan sahabatnya adalah gurunya juga. Tapi, mereka tidak mengakui saja. ”Satu-satunya guru yang mau mengakui kalau saya muridnya hanya Presiden Jancukers Sudjiwo Tedjo,” kata pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh, Kabupaten Rembang, itu diikuti tawa para hadirin.
Gus Mus sosok ulama yang terbilang aktif di medsos. Bahkan, pengikut Gus Mus, yang lahir di Rembang, 10 Agustus 1944, di Twitter lebih dari 2 juta akun. Baginya, media sosial menjadi tempat bersilaturahmi sekaligus menimba ilmu.
Semangat belajar itu, lanjut Gus Mus, berangkat dari latar belakang pendidikannya yang diakui kacau. Sekolah formal yang pernah dilaluinya yakni sekolah rakyat (SR) atau setingkat SD. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan ke madrasah tsanawiyah atau setingkat SMP. Namun, baru kelas 1 MTS, Gus Mus drop out atau dikeluarkan.
”Karena pendidikan saya kacau, saya gunakan strategi. Setiap orang yang mengenal saya dan saya mengenalnya, akan saya jadikan guru. Sebab, semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Kekurangan orang lain tak berfaedah bagi saya, tetapi kelebihan-kelebihannya sangat bermanfaat bagi saya,” ujar Gus Mus.
Gus Mus memilih untuk tak membesarkan acara ulang tahunnya. ”Abaikan saja ulang tahun Gus Mus. Itu sangat kecil. Nikmati saja perhelatan malam untuk mensyukuri (HUT) Kemerdekaan Ke-74 RI. Semoga tetap sebagai bangsa yang bersatu, yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, yang kuat, dikagumi dunia, dan yang dihadiahkan Allah kepada kita,” tuturnya.