Bungkil Biji Kapuk Jateng dan Jatim Diminati Korea Selatan
Bungkil atau ampas biji kapuk, dari sejumlah sentra pohon kapuk randu di Jawa Tengah dan Jawa Timur diekspor ke Korea Selatan. Bungkil biji kapuk bernilai ekonomi karena dijadikan bahan tambahan pakan ternak, pupuk, dan media jamur di negara itu.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Bungkil atau ampas biji kapuk, dari sejumlah sentra pohon kapuk randu di Jawa Tengah dan Jawa Timur diekspor ke Korea Selatan. Bungkil biji kapuk bernilai ekonomi karena dijadikan bahan tambahan pakan ternak, pupuk, dan media tanam jamur di negara itu.
Kepala Seksi Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, Jawa Tengah, Cisilia Triwidiyanti, Kamis (15/8/2019), mengatakan, bungkil biji kapuk bisa dikatakan limbah karena bukan hasil utama dari pohon kapuk. Namun, ternyata manfaatnya dibutuhkan negara lain.
Kapuk (kapok fibre), yang dihasilkan dari pohon kapuk, biasa digunakan untuk bahan kasur dan bantal. "Sementara biji kapuk menghasilkan bungkil dan minyak, yang digunakan untuk pakan ternak. Kami memastikan dari sisi kesehatan, kualitas, dan kebersihan produk," ujar Cisilia.
Pada akhir Juli 2019, Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang menyertifikasi 100 ton bungkul biji kapuk senilai sekitar Rp 343 juta, yang hendak diekspor ke Korea Selatan oleh CV Bunga Kembang Enterprise. Ini bagian dari upaya peningkatan ragam ekspor komoditas pertanian.
Direktur CV Bunga Kembang Enterprise Diah Tristiani menjelaskan, pasar bungkil dan minyak dari biji kapuk memang ada di luar negeri. Sejumlah negara maju tak lagi menggunakan bahan kimia untuk penggemukan ternak sapi.
Bungkil digunakan untuk bahan tambahan (feed additive) pakan ternak, pupuk, dan media jamur, sedangkan minyak untuk pakan ternak dan industri cat
"Biji kapuk dipilih yang baik kemudian di-press hingga menghasilkan bungkil dan minyak. Bungkil digunakan untuk bahan tambahan (feed additive) pakan ternak, pupuk, dan media jamur, sedangkan minyak untuk pakan ternak dan industri cat," ujar Diah.
Diah menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan tujuh pemasok di Jateng dan Jatim, yang mendapatkan bahan baku dari sejumlah sentra pohon kapuk. Di antaranya, Kabupaten Kendal, Batang, Pati, Pasuruan, dan Kabupaten Malang.
Ekspor bungkil biji kapuk ke Korsel dimulainya pada 2005, menyusul ke Taiwan, Thailand, dan Jepang. "Sementara ekspor minyak biji kapuk mulai 2007 ke Jepang dan dilanjutkan ke Amerika Serikat pada 2013. Pada 2019, sedang didaftarkan ke Rusia," kata Diah.
Menurut Diah, pengiriman ekspor rata-rata bungkil biji kapuk yakni lima kontainer setara 100 ton per bulan. Begitu juga dengan minyak biji kapuk yang diekspor sebanyak lima kontainer setara 90 ton per bulan.
Akselerasi ekspor
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, Wawan Sutian, menuturkan, peningkatan ragam komoditas ekspor juga bagian dari upaya akselerasi atau percepatan ekspor. Pihaknya terus memudahkan para eksportir, di antaranya dengan menerapkan sistem berbasis dalam jaringan (daring).
Segala pelaporan, pemberitahuan, bisa dilakukan secara online dan 24 jam. "Nanti petugas ke tempat eksportir guna memastikan produknya aman, sehat, dan dapat diterima sesuai permintaan negara tujuan. Eksportir cukup datang sekali ke tempat kami untuk mengambil sertifikat dan membayar dengan nontunai," ujar Wawan.
Selain itu, ekspor ke beberapa negara tujuan, seperti Belanda, Selandia Baru, Australia, dan Vietnam juga sudah menerapkan penggunaan sertifikat elektronik (e-Cert). Hal itu akan memberi kemudahan, yakni kepastian bahwa produk Indonesia akan diterima di tempat tujuan.