Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana atau Destana Tsunami telah menjelajahi 512 desa di 24 kabupaten dan kota untuk memberikan sosialisasi tentang kesiapsiagaan dan potensi tsunami. Sosialisasi difokuskan kepada masyarakat yang daerahnya belum pernah mengalami tsunami mengingat kesiapsiagaan mereka cenderung lemah.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·2 menit baca
SERANG, KOMPAS — Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana atau Destana Tsunami telah menjelajahi 512 desa di 24 kabupaten dan kota untuk memberikan sosialisasi tentang kesiapsiagaan dan potensi tsunami. Sosialisasi difokuskan kepada masyarakat yang daerahnya belum pernah mengalami tsunami mengingat kesiapsiagaan mereka cenderung lemah.
Selama 32 hari melakukan ekspedisi, Tim Destana menemukan bahwa kesiapsiagaan masyarakat di daerah yang sudah pernah mengalami tsunami relatif cukup baik. Hanya, di daerah yang belum pernah mengalami tsunami, masyarakat masih minim pengetahuan tentang mitigasi bencana. Selain itu, infrastruktur untuk evakuasi juga masih belum memadai.
”Dari timur Jawa hingga ke barat, masih banyak daerah wisata yang tidak memiliki rambu peringatan tsunami. Hal ini sangat riskan bagi keselamatan pengunjung,” kata Deputi Pencegahan Destana Lilik Kurniawan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/8/2019).
Berdasarkan pemetaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada lebih dari 600.000 masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tsunami. Dari target 518 desa yang ingin dicapai, Destana hanya berhasil memberikan sosialisasi tentang kesiapsiagaan dan potensi tsunami pada 512 desa.
”Ada banyak kendala di lapangan yang kami alami, termasuk penolakan dari kepala daerah,” ungkap Lilik.
Ekspedisi yang dilakukan Destana melibatkan lima pihak Pentahelix, yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, lembaga usaha dan media yang dikoordinasi oleh BNPB. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka penguatan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami. Selain itu juga untuk pengembangan Desa Tangguh Bencana yang berada di sepanjang pesisir selatan Jawa.
Ekspedisi ini terbagi dalam empat segmen, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten. Destana menerjunkan 200 anggota pada setiap segmen. ”Ada sekitar 42.000 masyarakat yang kami datangi. Lebih dari 3.700 perangkat desa kami berikan pemahaman bencana,” tambah Lilik.
Sementara itu, Kepala BNPB Doni Monardo menggagas pembangunan monumen peristiwa bencana alam. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat bisa mudah mengingat peristiwa bencana alam yang pernah terjadi di daerahnya masing-masing.
”Gempa dan tsunami adalah peristiwa alam yang berulang dan kita punya dokumentasinya meskipun yang lebih lengkap ada di Belanda,” ujarnya.
Bencana tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi risikonya. Konsep pentahelix merupakan sosialisai yang terbaik. Perangkat desa diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan sosialisasi kepada RT/RW dan keluarga dengan tetap memperhatikan kearifan lokal.
”Poinnya, masyarakat harus sadar potensi bencana yang ada, memahami dan mampu melakukan upaya pencegahan. Dengan begitu, masyarakat menjadi tangguh serta mampu menyelamatkan diri dari bencana,” ujar Doni.