DENPASAR, KOMPASWilayah Bali pada Senin (12/8/2019) beberapa kali diguncang gempa. Mitigasi dan kesiapsiagaan bencana ditingkatkan, di antaranya dengan menambah alat deteksi gempa.
Kemarin, Stasiun Geofisika Sanglah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Denpasar mencatat adanya dua kegempaan dari lokasi berbeda di Bali. Gempa pertama terekam berdurasi 40 detik dengan Magnitudo 4,9 pada pukul 06.08 Wita, dengan lokasi sekitar 59 kilometer dari barat daya Kabupaten Jembrana, di kedalaman 82 kilometer. Gempa kedua tercatat berdurasi 60 detik bermagnitudo 5 pada pukul 06.51, sekitar 181 kilometer dari Jembrana, di kedalaman 10 kilometer.
Hingga pukul 16.30, Stasiun Geofisika Sanglah merekam adanya 11 kali gempa susulan dari gempa kedua dengan variasi Magnitudo 2,8 hingga 4,9. Sementara untuk gempa pertama tidak terekam adanya susulan. Selanjutnya pada pukul 16.31, Bali kembali terjadi gempa dengan Magnitudo 4,9, jarak sekitar 161 kilometer dari barat daya Jembrana.
Kepala Stasiun Geofisika Sanglah Ikhsan menjelaskan, gempa tersebut merupakan gempa yang berbeda. Gempa kedua bukan merupakan gempa susulan dari sebelumnya. Meskipun demikian, kedua gempa tersebut dibangkitkan oleh sumber gempa yang sama, yakni akibat aktivitas subduksi. Hingga pukul 11.00, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali menyatakan tidak ada kerusakan dan korban luka dampak gempa tersebut.
Menurut Ikhsan, gempa kemarin disebabkan interaksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Gempa bumi akan terus terjadi dan lempeng-lempeng itu terus bergerak. Oleh karena itu, mitigasi dan kesiapsiagaan perlu ditingkatkan.
Ia menambahkan, gempa pertama kemarin serupa dengan gempa yang terjadi pada 16 Juli dan 24 Juli 2019. Saat itu, gempa dengan Magnitudo 5,8 dirasakan merata di Bali. Gempa saat itu mengakibatkan sejumlah korban terluka dan beberapa bangunan rusak.
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap gempa, Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menambah 50 unit intensity meter atau alat pengukur intensitas dampak gempa, serta dua seismograf atau alat pengukur gempa. Sebelumnya telah terpasang 13 unit intensity meter dan lima seismograf. Hingga kemarin, pemasangan alat-alat tambahan itu masih dalam tahap survei lokasi dan target tahun ini terpasang keseluruhannya.
”Bali memang merupakan salah satu pulau yang rawan gempa bumi dan tsunami. Karena itu, BMKG memberi atensi untuk menambah alat- alat sensor kegempaan ini di seluruh Bali,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Taufik Gunawan di Badung.
Menurut dia, pemasangan alat ini menjadi penting guna memperkuat data dan akurasi pencatatan kegempaan hingga deteksi dini tsunami, mengingat sesar di sekitar Bali masih aktif. Untuk memperkuat mitigasi, BMKG juga memperkuat akurasi informasi ke masyarakat lebih cepat, yakni kurang dari lima menit.
Masih terkait kesiapsiagaan, pada akhir Agustus pihaknya akan menggelar sekolah lapang geofisika tentang kegempaan. Pesertanya perwakilan dari pemerintah, polisi, TNI, warga, dan media. (AYS)