Kolaborasi Bank-Tekfin Pacu Inovasi
JAKARTA, KOMPAS
Kolaborasi perusahaan teknologi finansial dengan perbankan tidak terelakkan. Langkah ini dinilai mampu mempercepat akses keuangan masyarakat sekaligus mengembangkan inovasi baru.
Chief Marketing Officer KoinWorks Jonathan Bryan, seusai acara Chief Marketing Officer Gathering Asosiasi Fintech Indonesia Volume I, Jumat (9/8/2019), di Jakarta, mengatakan, perolehan investasi dari pemodal ventura membuka peluang kemitraan baru.
"Dalam setiap putaran pendanaan, perusahaan rintisan tidak semata-mata mengejar modal masuk, melainkan juga mencari mitra strategis baru. Mereka (perusahaan modal ventura beserta jaringan bisnisnya) menjadi bagian kami. Hal yang sama berlaku sebaliknya," ujar dia.
Pada Agustus 2018, KoinWorks menerima penyertaan investasi seri A dari Mandiri Capital Indonesia (MCI), Gunung Sewu, dan Convergence Ventures. Pada Juni 2019, KoinWorks kembali memperoleh penyertaan investasi, kali ini investasi seri B dari EV Growth dan Quona Capital. EV Growth adalah perusahaan modal ventura hasil kerja sama East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures, dan YJ Capital Inc.
Jonathan mencontohkan, penyertaan investasi MCI memudahkan KoinWorks menjalin kerja sama dengan lini usaha di bawah grup PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bahkan, KoinWorks bisa bertindak untuk meneruskan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Bank Mandiri.
"Kehadiran MCI membuka akses ke institusi jasa keuangan yang sebelumnya sulit kami masuki," kata dia.
Berdasarkan data Crunchbase, EV Growth telah menyertakan investasi di 7 usaha rintisan bidang teknologi. Selain KoinWorks, perusahaan rintisan lain adalah Sociolla, Moka, IDN Media, Warung Pintar, ShopBack, dan Waresick. East Ventures, bagian dari EV Growth, sudah menyuntikkan dana ke 200 perusahaan rintisan bidang teknologi di Asia Pasifik.
Jonathan menambahkan, pihaknya bisa menjajaki peluang kerja sama dengan perusahaan rintisan yang masuk dalam portofolio investor.
Menurut dia, saat ini KoinWorks menyalurkan total pinjaman rata-rata Rp 200 miliar per bulan. Ada sekitar 13.000 penerima pinjaman yang sebagian besar meminjam lagi.
Vice President Amartha, Aria Widyanto, berpendapat, perbankan yang mengembangkan modal ventura biasanya ingin mempercepat inovasi dan integrasi tekfin ke inti usaha mereka. Melalui strategi ini, perbankan dapat mempercepat pertumbuhan bisnis, mendiversifikasi produk, dan meningkatkan efisiensi.
Mengutip data Crunchbase, Amartha menerima dana tahap awal. Selain MCI, modal ventura yang menempatkan dana di Amartha adalah Beenext.
Aria berpendapat, penyertaan investasi dari pemodal ventura grup perbankan membantu perusahaan rintisan tekfin mengenal produk dan jasa bank. Kemudian, usaha rintisan bisa memasukkan produk bank ke dalam platform mereka sehingga terjadi kolaborasi.
Sejauh ini, Amartha telah ikut meneruskan kredit UMKM dari sejumlah bank nasional, bank pembangunan daerah, dan bank perkreditan rakyat. Pada awal Agustus 2019, Amartha mengumumkan kerja sama dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. Kerja sama itu fokus pada digitalisasi kredit dan inovasi produk.
Aria menyebutkan, total pinjaman yang disalurkan Amartha melalui skema penerusan kredit UMKM perbankan mencapai Rp 265 miliar atau berkontribusi 20 persen terhadap total kredit.
Selain Bank Mandiri, beberapa bank ikut mengembangkan modal ventura dengan fokus pada penyertaan investasi di perusahaan rintisan tekfin. Pada awal 2017, PT Bank Central Asia Tbk mengumumkan telah membuat perusahaan modal ventura dengan nama PT Central Capital Ventura (CCV).
Berdasarkan data Crunchbase, dana CCV sudah masuk ke tujuh usaha rintisan bidang teknologi, yakni Qoala, Element, Julo, Airwallex, Wallex, 6Estates, dan Pomona.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Niki Luhur mengatakan, konsep kolaborasi sistem antar usaha rintisan bidang tekfin dengan perbankan atau open banking sudah beberapa kali menjadi topik pembahasan industri. (MED/ERK)