Kanal Bancassurance Menjadi Tumpuan Semester Kedua 2019
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kanal bancassurance kurang bergairah bagi industri asuransi jiwa pada awal 2019. Namun, kanal yang menjual produk melalui saluran perbankan masih akan menjadi tumpuan perusahaan asuransi pada paruh kedua. Lesunya bancassurance dinilai hanya sementara karena situasi politik dan keamanan nasional serta perang dagang Amerika Serikat-China.
Pengamat asuransi Ivan Rahardjo, Jumat (9/8/2019) di Jakarta, mengatakan, prospek bancassurance untuk semester II-2019 masih cukup baik. Potensi nasabah bank untuk membeli polis asuransi masih sangat besar. Bancassurance akan menjadi senjata utama selain menjual produk asuransi dari keagenan.
“Kepercayaan nasabah bank untuk membeli polis dari referensi bank lebih tinggi daripada membeli dari agen asuransi. Apalagi bank sekarang membutuhkan pendapatan di luar bisnis konvensional. Mereka mengincar pendapatan non-bunga, seperti dari perusahaan asuransi,” kata Irvan.
Prospek bancassurance dinilai akan lebih baik dibandingkan pada awal 2019. Di triwulan I-2019, pendapatan premi turun 11,6 persen secara tahunan menjadi Rp 46,4 triliun. Penurunan disebabkan penurunan bancassurance sebesar 22 persen. Adapun kontribusi bancassurance terhadap pendapatan premi mencapai 40 persen.
Menurut Irvan, melemahnya bancassurance disebabkan oleh faktor Pemilu 2019. Kondisi itu membuat perbankan dan bisnis pada umumnya lebih banyak menunggu stabil.
“Mereka masih wait and see dengan hasil Pemilu. Ada juga faktor perang dagang AS dan China yang menekan kurs rupiah terhadap dollar. Sehingga banyak orang mengalihkan instrumen investasi ke emas dan dollar,” ujarnya.
Direktur & Chief Marketing Officer Manulife Indonesia, Novita Rumngangun, mengatakan, kanal distribusi bancassurance merupakan salah satu andalan meraih pendapatan premi. Untuk itu, mereka akan mengoptimalkan pendapatan dari kanal tersebut pada paruh kedua.
“Kami terus memaksimalkan kemitraan yang sudah ada, seperti memperkuat kerjasama strategis kami dengan Bank Danamon, Bank DBS, dan beberapa bank lainnya,” ucap Novita.
Manulife Indonesia menargetkan kontribusi pendapatan dari kanal bancassurance lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada 2018, kanal tersebut menyumbangkan 37 persen terhadap pencapaian total premi bisnis baru.
Pada semester I-2019, kondisi pasar yang belum stabil membuat Manulife mengalami penurunan pendapatan premi. Jumlah pendapatan premi bersih mereka menurun menjadi Rp 3,6 trilun dari Rp 4,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia, Luskito Hambali, menuturkan, penerimaan premi melalui saluran bancassurance menghadapi tantangan berat pada 2019. Meski begitu, potensi bancassurance masih meyakinkan karena bertumbuh terus.
“Tantangan makroekonomi global dan kondisi politik domestik memang memengaruhi awal 2019. Selain itu, bisnis bank rekanan mulai bergeser fokusnya sejak pemerintah mulai menjual obligasi,” sebut Luskito.
Untuk menyiasati hal tersebut, Prudential tetap optimistis menatap semester II-2019 bersama mitra bancassurance seperti Standard Chartered Bank, Bank UOB Indonesia, Bank QNB, Bank OCBC NISP, dan Bank Central Asia.
“Kami akan memperkuat solusi perlindungan jiwa dan dan pengelolaan aset (health and wealth proposition), salah satunya melalui proses underwriting yang lebih cepat dan fasilitas pengajuan polis dengan batas pemeriksaan medis yang kompetitif,” ujarnya.
Adapun pada triwulan I-2019, kinerja Prudential kurang memuaskan. Jumlah pendapatan premi Prudential menurun 11 persen secara tahunan menjadi Rp 5,9 triliun. Hasil itu diikuti dengan penurunan laba bersih sebesar 3,9 persen secara tahunan menjadi Rp 1,27 triliun.