Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengimbau agar radius 2 kilometer dari puncak Gunung Slamet, Jawa Tengah, disterilkan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEMALANG, KOMPAS — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengimbau agar radius 2 kilometer dari puncak Gunung Slamet, Jawa Tengah, disterilkan. Hal itu karena aktivitas vulkanik Gunung Slamet berpotensi memicu letusan abu. Petugas juga mengimbau masyarakat di lereng Slamet tetap tenang dan waspada.
Pada Jumat (9/8/2019), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Badan Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Slamet dari Normal menjadi Waspada. Peningkatan status tersebut dilakukan lantaran peningkatan aktivitas vulkanik gunung beberapa hari terakhir.
”Ada beberapa parameter yang membuat status Gunung Slamet dinaikkan dari Aktif Normal menjadi Waspada. Parameter tersebut antara lain kenaikan aktivitas vulkanik, kenaikan aktivitas kegempaan, kenaikan kemiringan lereng, dan kenaikan suhu air panas di Obyek Wisata Pemandian Air Panas Guci,” kata petugas di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Sukedi, di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jateng.
Sukedi mengatakan, kenaikan aktivitas gempa tremor sudah terpantau sejak Juli 2019. Pada Juni, aktivitas gempa tremor yang terjadi sekitar 200 gempa per hari. Pada Juli, gempa tremor meningkat menjadi 900 gempa per hari. Adapun pada Kamis, ada lebih dari 1.000 gempa tremor.
Sementara itu, suhu air di Obyek Wisata Pemandian Air Panas Guci yang terletak di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, mencapai 53 derajat celsius. Pada kondisi normal, suhu air di Guci sekitar 50 derajat celsius.
Menurut Sukedi, letusan abu berpotensi akan muncul jika karakter aktivitas Gunung Slamet tidak menurun. Sukedi mengimbau masyarakat tenang dan waspada. Warga diminta tidak melakukan aktivitas di sekitar wilayah dengan radius 2 kilometer dari puncak.
”Kami sudah menginformasikan kepada para petugas di jalur pendakian untuk menutup jalur pendakian Gunung Slamet. Hal itu untuk menghindari bahaya letusan abu dan dampak lain dari aktivitas vulkanik Gunung Slamet,” ujarnya.
Sukedi menambahkan, setidaknya ada tujuh jalur pendakian yang sudah ditutup, yaitu jalur Bambangan, Kabupaten Purbalingga; jalur Dipojoyo, Pulosari, Kabupaten Pemalang; jalur Jurangmangu, Pulosari; jalur Dukuh Luwung, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal; jalur Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal; jalur Kaliwadas, Kecamatan Bumijawa; dan jalur Baturraden, Kabupaten Banyumas.
Secara terpisah, Tomi, salah satu petugas di jalur pendakian jalur Guci, mengatakan, masih ada lima orang yang hingga Jumat sore berada di Gunung Slamet. Petugas dari jalur pendakian mengirimkan beberapa orang untuk menjemput pendaki yang masih berada di Gunung Slamet.
Tomi mengatakan, beberapa hari lalu, ada salah satu pendaki yang melaporkan perbedaan suhu di puncak Gunung Slamet. Selain itu, pendaki juga melaporkan bau belerang yang menyengat.
”Beberapa pendaki melapor bahwa udara di atas (Gunung Slamet) terasa panas. Mereka juga mencium bau belerang, padahal biasanya tidak,” ucap Tomi.
Koordinator Relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal Kartono mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah evakuasi warga apabila terjadi lagi peningkatan status. BPBD masih menunggu laporan dari petugas di pos pengamatan untuk melakukan langkah selanjutnya.