Kebakaran di puncak Gunung Ciremai yang terjadi sejak Rabu (7/8/2019) siang belum padam hingga Kamis (8/8) sore. Selain menutup jalur pendakian, petugas juga masih mengevakuasi para pendaki.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Kebakaran di puncak Gunung Ciremai yang terjadi sejak Rabu (7/8/2019) siang belum padam hingga Kamis (8/8) sore. Selain menutup jalur pendakian, petugas juga masih mengevakuasi para pendaki.
Di jalur pendakian Palutungan, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jabar, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menyiapkan posko untuk evakuasi. ”Subuh tadi, tim evakuasi telah berangkat,” ucap Endun Abdullah, Ketua Mitra Pengelola Pendakian Gunung Ciremai di jalur Palutungan.
Sebelumnya, api membakar Blok Goa Walet di ketinggian 2.950 meter di atas permukaan laut, Kabupaten Majalengka, Rabu sekitar pukul 13.00. Jaraknya hanya berkisar 0,3 kilometer dari puncak Ciremai setinggi 3.078 mdpl. Dari jalur Palutungan, waktu pendakian ke titik api berkisar 8 jam.
Menurut Endun, sejak informasi kebakaran diterima sore hari, pihaknya langsung berupaya memadamkan api dan mengevakuasi pendaki. ”Dari 23 pendaki yang naik ke Ciremai pada Rabu, dua orang sudah turun. Sisanya masih dievakuasi. Kondisi mereka aman karena berada di ketinggian 2.000 mdpl, bukan di lokasi kebakaran,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Kuningan Agus Mauludin mengatakan, saat ini, tersisa pendaki di jalur Palutungan yang belum dievakuasi, sedangkan 31 pendaki di jalur Apuy telah dievakuasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa karena kebakaran masih terjadi di puncak Ciremai.
Agus belum mengetahui luas lahan dan hutan yang terdampak kebakaran. Namun, blok simpang Apuy di ketinggian 2.750 habis terbakar. ”Kami menurunkan 60 personel yang terdiri dari BPBD Kuningan, Balai TNGC, Polisi, TNI, dan masyarakat,” kata Agus.
Kami menurunkan 60 personel yang terdiri dari BPBD Kuningan, Balai TNGC, Polisi, TNI, dan masyarakat.
Menurut Agus, kendala pemadaman saat ini adalah ketinggian lokasi di atas 2.600 mdpl dan arah angin yang berubah-ubah memicu meluasnya area kebakaran. Pihaknya juga membangun pos lapangan di ketinggian 1.100 mdpl.
Kebakaran di gunung tertinggi di Jabar itu bukan kali pertama. Balai TNGC mencatat, lahan yang terbakar pada 2013 seluas 14,96 hektar. Pada 2014 meningkat menjadi 266,034 hektar dan melonjak lagi menjadi 666,9 hektar setahun kemudian. Setelah tak ada kebakaran sepanjang 2016, api muncul lagi setahun kemudian. Saat itu, luas lahan terbakar 107 hektar.