JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia akan melonggarkan kebijakan moneter dalam jangka panjang dan berkelanjutan. Langkah ini dilakukan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.
Pelonggaran kebijakan moneter akan diarahkan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat dan investasi. Sebab, komponen konsumsi rumah tangga dan investasi merupakan penyumbang utama pertumbuhan ekonomi.
Pada Juli 2019, BI menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,75 persen. Sebelumnya, suku bunga acuan 6 persen bertahan sejak November 2018.
”Tampaknya kita melihat arah dari pelonggaran kebijakan moneter akan berlangsung dalam jangka panjang untuk merangsang pertumbuhan ekonomi,” ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti seusai dilantik di Mahkamah Agung, Rabu (7/8/2019).
Pelantikan Destry sebagai Deputi Gubernur Senior BI dihadiri Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.
Destry menambahkan, selain pertumbuhan ekonomi, stabilitas sistem keuangan juga akan diperhatikan. Selama ini, kendati tidak ada masalah di kondisi ekonomi makro dalam negeri, nilai tukar rupiah tetap goyah ketika terpapar sentimen negatif dari global.
”Kalau stabilitas makro kita terjaga baik, kita tidak perlu panik karena sentimen global sifatnya hanya sesaat,” ujarnya.
Perry Warjiyo menilai, Destry telah memahami visi-misi BI, program strategis, dan arah bauran kebijakan. Kehadiran Destry dalam jajaran Deputi Gubernur BI diyakini akan membuat pengambilan kebijakan semakin solid.
”Kehadiran Destry Damayanti akan memperkuat tim kami,” kata Perry.
Kepala Ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean berpendapat, pengalaman Destry dapat membantu BI menjaga stabilitas moneter, nilai tukar, dan inflasi. Campur tangan Destry di bank sentral bisa membuat upaya BI menstimulasi pertumbuhan ekonomi berjalan maksimal.
Sebelumnya, Destry pernah menjabat sebagai Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan anggota Dewan Komisioner LPS.
Sejalan
Dalam kesempatan terpisah, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus berpendapat, pelonggaran kebijakan moneter BI mesti sejalan dengan kebijakan fiskal pemerintah. Dengan demikian, dampaknya terhadap kinerja sektor riil menjadi signifikan.
”Penurunan suku bunga acuan BI dan pemberian insentif fiskal mesti saling dukung untuk menjawab permasalahan dan tantangan dunia usaha,” kata Heri.
Pertumbuhan ekonomi tahun ini, sebagaimana asumsi makro APBN 2019, sebesar 5,3 persen. Namun, pemerintah menargetkan 5,2 persen. Adapun Bank Indonesia memproyeksikan 5,0-5,2 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan II-2019 sebesar 5,05 persen.
Heri menambahkan, motor penggerak ekonomi dari ekspor dan investasi mesti dipacu dengan mempercepat transmisi penurunan suku bunga acuan BI ke suku bunga perbankan. Cara itu bisa memacu pertumbuhan pinjaman industri untuk mendorong produksi. (DIM/KRN)