Integrasi Untungkan Warga
Di tengah kecamuk gejolak dunia, ASEAN mampu berkembang menjadi organisasi yang melahirkan stabilitas di kawasan. ASEAN pun menjadi salah satu episentrum pertumbuhan.
JAKARTA, KOMPAS— Sebagai sebuah asosiasi regional, ASEAN dibentuk oleh negara-negara di kawasan dengan latar belakang etnis, agama, kultur, dan model pemerintahan yang paling beragam di dunia. Namun, uniknya, di tengah gejolak global dan konflik di sejumlah kawasan–yang notabene memiliki latar belakang lebih homogen atau tunggal–ASEAN justru bertumbuh menjadi salah satu wilayah paling stabil di dunia.
Situasi itu memungkinkan ASEAN berkembang menjadi salah satu episentrum pertumbuhan ekonomi global. Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Antonio Morato Tavares dalam jawaban tertulis yang diterima pekan lalu mengatakan, pertumbuhan ekonomi ASEAN pada periode 2007-2017 rata-rata mencapai 5,2 persen, lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan global yang mencapai 3,1 persen. Basis utama dari pertumbuhan itu adalah perdamaian dan stabilitas kawasan.
Pencapaian itu tidak bisa dilepaskan begitu saja dari peran ASEAN sebagai organisasi regional yang mampu menghasilkan sejumlah aturan bersama antarnegara anggota dan mitra. Sejumlah aturan payung yang telah dihasilkan antara lain ASEAN Free Trade Area yang berorientasi pada kepentingan rakyat, lalu ada pula Master Plan of ASEAN Connectivity yang diarahkan untuk meningkatkan konektivitas.
Perangkat-perangkat itu, yang membantu mendorong pertemuan antarwarga, memungkinkan mudahnya pergerakan orang dan barang yang mendorong menguatnya kinerja ekonomi kawasan.
”Tanpa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), hambatan perdagangan dan tarif akan lebih tinggi di ASEAN sehingga memengaruhi konsumsi dan kualitas hidup warga. Hingga seperempat dari total perdagangan ASEAN dilakukan oleh sesama anggota ASEAN,” kata peneliti senior ISEAS Yusof Ishak Institute, Moe Thuzar, dari Singapura via surat elektronik, Selasa (6/8/2019).
Salah satu kebijakan yang paling banyak dimanfaatkan adalah bebas visa bagi warga sesama ASEAN. Pembebasan itu memudahkan pergerakan warga antarnegara. Pariwisata, kesehatan, dan kesempatan kerja lebih terbuka dan tersedia karena integrasi ASEAN.
Ketua Kajian ASEAN The Habibie Institute Ahmad Ibrahim Almuttaqi mengatakan hal senada. Berbagai keperluan lintas negara bisa diselesaikan dengan mudah karena bebas visa. ”Lebih mudah berdagang satu sama lain. Bisa menikmati produk yang lebih berkualitas dan lebih baik. Perusahaan-perusahaan juga didorong lebih mangkus dan mampu bersaing,” tuturnya.
Namun, pencapaian itu bukan tanpa catatan. Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI menunjukkan, kinerja ekspor dan impor antara negara-negara atau intra-ASEAN mengalami tren penurunan masing-masing 2,9 persen dan 1,5 persen selama periode tahun 2012-2017.
Adapun total ekspor Indonesia ke ASEAN pada tahun 2018 mencapai 41,9 miliar dollar AS, turun rata-rata 0,8 persen per tahun selama 2012-2018. Sementara itu, total impor Indonesia dari ASEAN pada tahun 2018 mencapai 46,0 miliar dollar AS atau 24,4 persen dari total impor Indonesia dari dunia, turun rata-rata 5,1 persen per tahun selama periode 2012-2018.
Meski demikian, neraca perdagangan intra-ASEAN masih mengalami surplus. Total investasi langsung yang masuk ke ASEAN tahun 2018 senilai 154,7 miliar dollar AS, yang 21,9 miliar dollar AS di antaranya masuk ke Indonesia.
Menurut Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag Kasan, perdagangan intra-ASEAN hingga saat ini masih belum meningkat signifikan apabila dibandingkan perdagangan intra dalam kerja sama regional di wilayah lain, seperti Uni Eropa atau NAFTA.
”Hal ini disebabkan, antara lain, negara-negara ASEAN memiliki jenis produk perdagangan yang hampir sama. Namun, kondisi itu justru mendorong pesatnya perdagangan negara-negara di ASEAN dengan di luar ASEAN,” kata Kasan.
Tata kelola pemerintahan
Selain soal ekonomi, Moe dan Ibrahim juga menyoroti dari sisi kebijakan dan tata kelola pemerintahan. ASEAN telah mendorong banyak perubahan kebijakan bagi setiap anggotanya. Perubahan kebijakan itu memang tidak bisa serta-merta dilihat secara nyata. Namun, dampaknya bisa dirasakan warga. ”Memang dibutuhkan kemauan anggota untuk membuat kebijakan sesuai kesepakatan di ASEAN,” ujar Moe.
Meskipun demikian, tidak dapat dimungkiri, kesatuan dan stabilitas ASEAN membuka peluang lebih besar bagi kawasan. Ibrahim menyebut, sumbangsih terpenting ASEAN adalah menjaga perdamaian dan keamanan kawasan. Hal itu membuat warga bisa beraktivitas tanpa harus khawatir dengan kemungkinan konflik.
”Pencapaian ini tidak bisa dikesampingkan mengingat situasi Asia Tenggara pada dekade 1960-an yang penuh konflik. Masalahnya, humas ASEAN buruk. Banyak orang tidak mengerti ASEAN dan manfaatnya bagi warga,” tuturnya.
Kasan mengatakan, bagi Indonesia, ASEAN telah memberikan dampak signifikan bagi kemajuan ekonomi dan kemakmuran masyarakat melalui perdagangan. ”Maka, integrasi ASEAN masih perlu dilanjutkan, salah satunya peningkatan intra-ASEAN yang saling melengkapi agar ekonomi ASEAN terus berkembang dan kemakmuran masyarakat ASEAN juga tercapai secara merata,” katanya. (RAZ/BEN/LSA)