Bursa saham Asia bersiap menghadapi volatilitas yang lebih tinggi pada Kamis (8/8/2019) di tengah ancaman resesi yang terpicu perang dagang Amerika Serikat-China dan kemungkinan perang mata uang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS — Bursa saham Asia bersiap menghadapi volatilitas yang lebih tinggi pada Kamis (8/8/2019) di tengah ancaman resesi yang terpicu perang dagang Amerika Serikat-China dan kemungkinan perang mata uang. Di tengah langkah-langkah yang dinantikan bank-bank sentral di dunia, pilihan para investor adalah mendorong imbal hasil surat utang AS mendekati rekor terendah dan mendongkrak harga emas menembus level 1.500 dollar AS per troy ons untuk pertama kali sejak 2013.
Harga emas di pasar spot bertengger di level 1.503 dollar AS per troy ons. Harga logam mulia itu telah melonjak 16 persen sejak Mei seiring memburuknya perselisihan perdagangan AS-China. Investor berbondong-bondong memindahkan aset mereka ke aset-aset yang dinilai sebagai safe haven, salah satunya emas.
”Pasar keuangan khawatir dengan risiko resesi,” kata ekonom JPMorgan, Joseph Lupton. ”Ekuitas terus merosot dan volatilitas telah melonjak, tetapi bel alarm paling keras terjadi di pasar suku bunga, di mana terjadi perubahan pola kurva imbal hasil pada surat utang AS pada tingkat yang paling ekstrem sejak krisis keuangan 2008.”
Pada Kamis (8/8/2019) pagi, pasar saham Asia goyah karena investor mencoba menemukan pijakan mereka setelah mengalami serangkaian kerugian besar. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,03 persen setelah turun 8 persen dalam waktu kurang dari dua minggu.
Indeks Nikkei Jepang naik tipis 0,1 persen dan mencoba menjauh dari posisi terendahnya dalam tujuh bulan. E-Mini futures untuk S&P 500 turun 0,13 persen. Sentimen positif datang dari Wall Street semalam yang mampu menanjak setelah sempat turun 500 poin. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun tipis 0,09 persen. Indeks S&P500 menanjak 0,08 persen, sedangkan Nasdaq naik 0,38 persen.
Saham awalnya ditekan oleh pasar surat utang. Imbal hasil surat utang AS 30 tahun turun hingga 2,123 persen. Posisi itu tidak jauh dari level terendah sepanjang masa di level 2,089 persen yang terjadi pada 2016. Imbal hasil US Treasury sepuluh tahun turun lebih jauh di bawah tingkat level tiga bulan, sebuah inversi yang telah dipercaya di masa sebelumnya menjadi salah satu penanda timbulnya resesi.
Sebagaimana dipantau, sejumlah bank sentral merespons kondisi teraktual atas AS-China. Bank-bank sentral di Selandia Baru, India, dan Thailand mengejutkan pasar dengan penurunan suku bunga yang agresif. Langkah selanjutnya diperkirakan akan diambil bank sentral Filipina pada Kamis ini.
”Keputusan bank-bank sentral di Asia Pasifik untuk bekerja keras dan cepat telah memberi petunjuk lebih lanjut atas kekhawatiran resesi global,” kata Rodrigo Catril, ahli strategi senior FX di National Australia Bank. ”Ini juga berarti bahwa Fed perlu datang untuk menyelamatkan.”
Keputusan bank-bank sentral di Asia Pasifik bekerja keras dan cepat telah memberi petunjuk lebih lanjut atas kekhawatiran resesi global.
Pemimpin The Fed Chicago Charles Evans mengisyaratkan pada Rabu bahwa ia terbuka untuk menurunkan suku bunga guna meningkatkan inflasi dan untuk melawan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi dari ketegangan perdagangan. Futures bergerak ke harga dalam probabilitas 100 persen dari pelonggaran The Fed pada September, dengan proyeksi turunnya suku bunga hampir 30 persen dengan asumsi penurunan setengah poin. Sekitar 75 basis poin pelonggaran tersirat pada bulan Januari, dengan tingkat akhirnya mencapai 1 persen.
Data Dire pada hasil industri Jerman memicu kekhawatiran Eropa yang sudah masuk dalam resesi dan mendorong hasil panen turun lebih dalam ke wilayah yang negatif. Semua itu memicu spekulasi bahwa bank-bank sentral utama juga harus mengambil tindakan drastis jika hanya untuk mencegah efek negatif bagi mata uang mereka.
Bank of Japan, misalnya, bakal berada di bawah tekanan khusus karena yen telah naik tajam dari banjirnya modal ke safe haven. Yen berada di level 106,10 per dollar AS, menanjak dari level 109,30 per dollar AS hanya dalam tempo sepekan terakhir. Euro juga telah melambung ke level 1,1217 per dollar AS. Sementara indeks dollar AS turun ke 97,595 dari level puncak baru-baru ini di level 98,932.
Harga minyak sedang mencoba pulih di tengah pembicaraan di Arab Saudi yang mempertimbangkan opsi untuk menghentikan penurunan minyak mentah. Hal itu membantu mengimbangi kenaikan stok dan kekhawatiran permintaan melambat. Minyak mentah berjangka Brent naik 1,20 dollar AS menjadi 57,43 dollar AS per barel. Sementara minyak mentah AS naik 1,23 dollar AS menjadi 52,32 dollar AS per barel. (AP/REUTERS)